A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 1
A to Z
Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK.
A
ADEG IRAS, PAMOR, adalah nama pamor yang menyerupai garis lurus mulai dari ujung bilah sampai
pangkalnya yang bersinggungan dengan bagian ganja. Pada bagian ganja, pamor ini seolah menyambung
lagi sampai kebagian yang bersinggungan dengan pesi. Pamor ini dinilai baik tuahnya dan tergolong pamor
langka.
ADEG SIJI, lihat SADA SA’LER.
ADEG WENGKON, lihat TEJA KINURUNG.
AENGTONG TONG, nama desa di Serunggi, Sumenep yang sampai kini masih membuat keris dan
tombak. Desa ini dulu merupakan tempat tinggal para EMPU yang memenuhi kebutuhan kerajaan
Sumenep dan kini masih ada beberapa orang yang bekerja sebagai pandai keris seperti Jaknal, Jembar,
Jekri, Hoji dan lain lain.
AEROLIT, adalah batu pamor yang sangat keras dan berasal meteor, bila telah menjadi pamor akan
berwarna kuning keabu-abuan. Gradasi warnanya tidak terlalu kontras dibandingkan dengan kehitaman
warna besi dasar sehingga sulit dilihat mata, pamor dari bahan ini sering juga disebut Jalada.
AKHODIYAT, PAMOR, adalah bagian dari kelompok pamor yang memiliki kecemerlangan lebih
gemerlap dari bagian pamor lainnya. Pada satu permukaan bilah keris, ada bagian yang kecemerlangan
pamornya menonjol dibanding kecemerlangan pamor disekitarnya dan sepintas lalu mirip dengan lelehan
logam keperakan yang putih mengkilap.
Menurut EMPU Fausan Pusposukadgo, ini terjadi karena suhu yang tepat pada saat penempaan dan bukan
dibuat oleh logam perak seperti dugaan orang,
Pamor ini tidak dapat direncanakan dan tergolong pamor Tiban, pamor ini banyak disukai orang, di Madura
dan Jawa Timur disebut Pamor Deling.
AKIM, nama seorang pembuat keris yang hidup diawal abad 20, dijaman penjajahan Belanda dan tinggal
di kampung 21 Ilir, Palembang.
ALIAMAI, sebutan orang Serawak, Brunei, Sabah dan sebagian penduduk Mindanau Selatan untuk
menyebut keris. Diperkirakan dari bahasa Sulu di Mindanau Selatan.
ALIP, nama pamor yang selalu menempati sor-soran, terutama pada
sebilah keris, namun kadang ditemui juga di tombak. Termasuk pamor
titipan dan pamor Rekan. Bentuknya hanya merupakan garis lurus,
tebal sepanjang sekitar 4 sampai 6 cm dan kadangkala ujung garis itu
membelok patah sedikit.
Pamor Alip bukan merupakan pamor Sada Saler terputus, tetapi sengaja
dibuat begitu dan karena titipan kadangkala terdapat disela pamor
lainnya yang lebih dominan.
Bagi sebagian orang, pamor ini mempunyai tuah baik yakni memperkuat iman, tahan godaan dan tidak
tergolong pamor pemilih hanya pemiliknya harus berpantang terhadap beberapa hal.
AMBANYU MILI, lihat ILINING WARIH.
AMBER, MINYAK, campuran minyak keris dengan bau yang keras memberi kesan sakral, ada yang
menyebut minyak Misik.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 2
ANDA AGUNG, salah satu bentuk pamor berbentuk garisgaris
menyudut, bersusun-susun, berjajar keatas dari pangkal
keujung bilah, tergolong pamor tidak pemilih dan dipercaya
dapat memperlancar karier. Termasuk pamor Miring.
ANGGA CUWIRI, EMPU terkenal pada jaman kerajaan Majapahit sekitar abad 14, buatannya dikenali
dengan tanda sebagai berikut :
Ganjanya relatif berukuran panjang dibanding dengan keris buatan jaman Majapahit lainnya. Gulu
melednya berkesan kekar dan kokoh. Buntut cecaknya tergolong ngunceng mati. Bagian gendokannya
montok, gembung. Bilah kerisnya berukuran sedang tetapi agak ramping dan agak tebal, besinya matang
tempaan berwarna hitam kebiruan namun mempunyai kesan kering. Dibanding dengan bentuk keris secara
menyeluruh, bagian sor-soran agak terlalu lebar, blumbangannya juga lebar dan luas. Pamornya sederhana,
kebanyakan Wos Wutah atau Pulo Tirto.
Keris buatan EMPU Angga Cuwiri mempunyai kesan penampilan yang keras, berwibawa dan meyakinkan.
ANDORAN, salah satu cara mengenakan keris sebagai pakaian
kelengkapan Adat Jawa Tengah terutama di Surakarta. Keris
diselipkan di sela lipatan sabuk lontong, diantara lipatan kedua dan
ketiga. Kedudukan keris tegak, ditengah punggung si pemakai
sedangkan hulu dan warangka keris menghadap kekiri. Cara ini
dipakai untuk menghadap orang yang dihormati, umpamanya Raja
atau berada ditempat yang perlu dihormati seperti mesjid, makam
dan sebagainya.
ANGGABAH KOPONG, salah satu dari 4 macam bentuk ujung sebilah keris atau tombak, menyerupai
sekam padi kopong biasanya buatan Pajajaran atau Tuban banyak yang berbentuk Anggabah Kopong.
ANJANI, NI EMPU, EMPU wanita terkenal dijaman Pajajaran sekitar abad 11, umumnya bilahnya tipis,
panjangnya cukup dan manis, besinya pilihan, tempaan matang dan berwarna hitam. Pamornya tergolong
Mubyar, biasanya Udan Mas, Wos Wutah atau Pendaringan Kebak dan pamor sejenis itu.
ANGGREK KAMAROGAN,
KINATAH, adalah hiasan berupa pahatan relief (gambar
timbul) pada sebilah keris atau tombak. Bentuknya berupa
rangkaian bunga anggrek.
Pahatan ini hampir selalu dilapisi dengan logam emas atau
emas dan perak, paling sedikit hiasan ini memenuhi setengah
bilah. Dahulu yang berhak memakai ini hanya kerabat Raja
dan Patihnya saja.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 3
ANOMAN, Nama dapur keris Luk Lima. Ukuran panjang bilahnya
sedang, memakai kembang kacang, lambe gajahnya hanya satu, pakai
ri pandan, sogokannya rangkap dan panjang sampai kepucuk bilah,
selain itu tidak ada ricikan lain. Keris ini gampang dikenali karena
sogokannya yang panjang tersebut.
ANUKARTO, PAMOR, lihat pamor rekan.
AREN, KAYU, jenis kayu biasanya untuk tangkai tombak (Landeyan, bahasa Jawa), karena cukup berat
biasa dipakai prajurit berbadan cukup kuat.
ARJANATI, KANJENG KYAI, salah satu tombak pusaka Pura Pakualaman, Yogyakarta. Bentuknya
tidak biasa termasuk Kalawija, bilah lurus, pipih dan dibagian pangkal seolah digigit moncong Naga
bersayap. Sayap naga tersebut dua susun, depan dan belakang dan masing masing susun memiliki lima
bulu. Tombak ini tergolong nom-noman.
ASIHAN, PAMOR, gambar motifnya seolah menyatu antara gambar yang ada di bilah keris dan pamor
yang ada di bagian ganja nya, pamor ini tidak berdiri sendiri dan selalu digabingkan dengan pamor lain
yang lebih dominan seperti Ngulit Semangka Asihan dan sebagainya.
AWAR-AWAR, KAYU, sering dipakai untuk rangka keris karena memiliki poleng hitam seperti kayu
Timoho walau tidak seindah Timoho serta bahannya lunak.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 4
B
BADAELA, pamor yang dianggap kurang baik termasuk pamor
tiban dan terletak di sor-soran, karena tuahnya buruk maka sering
diberikan ke museum atau dilarung.
BAKUNG, nama dapur keris luk lima, ukuran panjang bilahnya sedang. Cekungan pejetannya dalam, tikel
alis dan greneng, selain itu tidak ada ricikan lain.
BALEBANG, dapur keris luk lima, ukuran panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah satu,
sogokan rangkap pakai sraweyan, tanpa greneng. Selain luk lima juga ada Balebang luk tujuh dengan
kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan.
BALEWISA, KANJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Parungsari, wrangka dari kayu
Timoho dengan pendok bunton terbuat dari suasa. Semula milik Tumenggung Sasranegara kemudian
diberikan ke anaknya Tumenggung Sasradiningrat yang menjadi menantu Sri Sultan HAMENGKU
BUWONO I, keris ini kembali ke Kraton dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
BANGO DOLOG, Dapur keris luk tiga , ukuran bilah sedang, memakai
kembang kacang, lambe gajah dua, pejetannya dangkal, memakai tikel alis.
Bagian belakang bilah, dipangkal (sor-soran) tepinya tidak tajam sampai ke
luk yang ke dua selain itu tidak ada ricikan lainnya.
BANCEAN, Wrangka kombinasi gaya Surakarta dan Yogyakarta disebut juga Bincihan.
BANDOTAN, Salah satu dapur tombak luk tujuh, sepertiga panjang tombak lurus sedangkan dua pertiga
baru ada luk nya, sisi kiri/kanan bawah ada gandiknya berukir naga kadang dihias kinatah, badan kedua
naga tersebut menyatu dan menghilang membentuk ada-ada yang besar dan menonjol mengikuti luk.
BANJURA, KI EMPU, seorang EMPU pada kerajaan Demak dan jarang tercatat dibuku, buatannya
bentuk ganjanya datar, rata dan tipis, guru melednya kecil , sirah cicaknya panjang tetapi tidak sampai
meruncing pada bagian ujung. Bilahnya sedang dan ramping seperti buatan EMPU Majapahit tetapi
besinya memberi kesan “kering” berpori dan kurang tempaan, pamornya sederhana, kembang kacangnya
ramping tetapi lingkarannya besar, blumbangannya berukuran dalam tapi sempit, sogokannya dangkal dan
panjangnya cukup, secara keseluruhan memberi kesan wingit.
BANYAK ANGREM, salah satu dapur tombak
seperti angsa mengeram, tidak symetris, lebar
bagian bawah, permukaan datar tetapi memakai
ada-ada tipis ditengah bilah, ricikan lain tidak
ada. Dapur ini banyak terdapat pada tombak
lama dan dibuat bukan untuk berperang tetapi
sebagai pusaka.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 5
BANYAK WIDE, EMPU, hidup jaman Pajajaran, ada yang menyebut namanya Ciung Wanara, hasil
karyanya ganjanya tergolong panjang (ganja wuwung), guru meled juga panjang, sirah cecak membulat
tetapi tepat bagian cocor meruncing kecil , besi keris hitam berkesan padat dan liat dan secara keseluruhan
memberi kesan angker, wingit.
BARU, nama salah satu dapur tombak lurus, Bilahnya simetris. Bentuk menyerupai daun bambu dengan
sedikit lekukan landai dibagian bawah pinggangnya. Lebar bilah bagian bawah sedikit lebih lebar daripada
bagian atas pinggang. Tombak ini memakai bungkul dibagian sor-soran, bilah diatas sor-soran berbentuk
ngadal meteng. Dapur Baru ini tergolong popular, banyak dijumpai terutama pada tombak buatan
Majapahit dan Belambangan.
BARU CEKEL, nama salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah bilah agak kebawah ada tekukan
landai membentuk semacam pinggang yang cukup ramping, memakai ada-ada dan bungkul kecil. Sisi bilah
paling bawah bentuknya menyudut, tetapi permukaan bilah yang menghadap kebawah bentuknya datar.
BARU GRONONG, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, bentuknya pipih, tipis,
mempunyai lekukan landai dibagian tengah bilah yang menyerupai pinggang. Lebar bilah bagian atas lebih
sempit disbanding bagian bawah pinggang. Diatas metuk ada bungkul. Tombak ini memakai kruwingan
dikiri kanan bagian bungkul tetapi permukaan bilahnya tidak memakai ada-ada.
BARU KALANTAKA, salah satu dapur tombak lurus, dibagian sisi tengah bilah ada lekukan landai
membentuk semacam pinggang yang tidak begitu ramping. Bagian dibawah pinggang ini lebih besar
daripada bagian diatasnya. Memakai ada-ada, dibawah ada-ada ada bungkul kecil. Sisi bilah yang
menghadap kearah bawah membulat membentuk semacam separuh elips.
BARU KARNA, lihat BARU KUPING.
BARU, KANGJENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur baru, semula milik Ki
Sawunggaling dari Bagelen kemudian diberikan ke Pangeran Mangkubumi melawan penjajahan Belanda.
BARU KUPING, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, menyerupai daun bambu, dengan
sedikit lekukan landai pada bagian bawahnya. Hampir mirip bentuknya dengan tombak dapur Baru. Lebar
bagian bawah pinggang sedikit lebih kecil dari atas pinggang, memakai bungkul diatas mentuk, permukaan
bilah tombak diatas bagian bungkul berbentuk ngadal meteng.
BARU PENATAS, tombak salah satu dapur lurus, simetris, pipih dan tipis. Mempunyai lekukan seperti
pinggang ditengah, lebar bagian bawah pinggang lebih besar daripada bagian atas, diatas bagian metuk ada
bungkul besar, permukaan bilah tombak diatas bungkul berbentuk ngadal meteng.
BARU TEROPONG, salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah ada tekukan landai seperti pinggang
tetapi tidak begitu ramping. Bilahnya agak tebal, tidak memakai ada-ada tetapi memakai bungkul
berukuran besar namun tipis dan tidak begitu menonjol. Permukaan bilah tombak berdapur umumnya
nggigir sapi.
BASSI PAMARO, sebutan bagi pamor Luwu, biasa dipakai orang Malaysia, Singapore dan Brunei dan
menjadi bahan dagangan semenjak jaman Majapahit.
BATANG GAJAH, KANGJENG KIAI, Keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Carita Luk 11,
wrangkanya kayu Trembalo, pendoknya emas blimbingan rinaja warna.
BATU LAPAK, pamor yang selalu menempati bagian sor-soran sebuah keris,
badik, pedang atau tombak. Bentuknya merupakan berkas garis yang
melengkung setengah lingkaran atau menyudut dan tergolong pamor miring
serta pamor rekan , tuahnya bisa melindungi dari bahaya tak terduga.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 6
BAWANG SEBUNGKAL, pamor dengan bentuk mirip dengan irisan
bawang, menempati sor-soran keris tergolong pamor miring dan rekan.
Tuahnya memelihara ketenangan dan ketentraman rumah tangga.
BEKEL JATI, EMPU, hidup di Tuban pada jaman Majapahit, tanda kerisnya Panjang bilah sedang,
condong kedepan sehingga berkesan menunduk, lebar bilah dan ketebalannya cukup, bagian ganja agak
sempit dibandingkan buatan Tuban lainnya dan termasuk ganja wuwung.
Jika kerisnya berluk, maka luk nya dangkal (kemba), kembang kacangnya bagus tetapi lambe gajahnya
tergolong kecil. Sogokannya dangkal dan pendek, janurnya dibuat agak tumpul dan umumnya berpamor
Wos Wutah, Bendo Segara, Udan Mas.
BENDO SAGODO, pamor yang gambarnya merupakan bentuk gumpalan
yang mengelompok rapat, masing masing gumpalan terpisah jarak 0.5 cm – 1
cm dan tergolong pamor rekan. Tuahnya gampang mencari rezeki dan pamor
ini tidak pemilih.
BERAS WUTAH, lihat WOS WUTAH.
BERAS WUTAH PELET, gambaran pada wrangka kayu Timoho yang berupa bintik besar dan kecil
berwarna hitam tersebar tak beraturan, katanya mempunyai tuah yang baik untuk mencari rezeki.
BESI KUNING, atau wesi kuning sebutan senjata tradisional yang terbuat logam bewarna kuning biasa
berbentuk bukan keris tetapi pangot, patrem, golok pendek dan orang orang tua mengatakan bahwa besi
kuningan merupakan campuran unsure besi, timah putih, perak, seng, timbal, tembaga, emas. Dipercaya
mempunyai kekuatan gaib menjadi orang kebal terhadap senjata lain.
BESUT, lihat MASUH.
BETOK, salah satu dapur keris berukuran bilahnya
lebar dibandingkan bilah keris lainnya. Panjang
bilahnya pendek lurus, gandiknya panjang,
pejetannya dangkal, dan merupakan keris yang tua
umurnya.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 7
BIMA KURDA, salah satu dapur keris luk 13, memakai kembang kacang, jenggot susun, lambe gajah
satu, tanpa sogokan, tanpa tikel alis. Selain itu memakai Sraweyan dan greneng lengkap. Selain luk 13 ada
juga yang luk 23 dan ukuran kerisnya lebih panjang dari kalawija, ricikannya memakai kembang kacang,
lambe gajah dua, sogokannya dua, ukurannya normal, memakai greneng lengkap atau hanya ri pandan.
BIRAWA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Carita, luk 11. Wrangkanya
terbuat dari kayu Timoho dengan pendok dari emas bertahta berlian. Semula ini punya Sultan
HAMENGKU BUWONO I yang dianugrahkan ke Pangeran Hadikusuma, putranya, akhirnya setelah
berganti ganti pemilik kembali lagi ke Kraton dengan harga 300 ripis.
BIRING DRAJIT, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris. Sisi bilah tombak di bagian tengah
ada lekukan dalam,bentuknya menyerupai pinggang yang sempit dan ramping, bagian bawah pinggang ini
lebih lebar dibandingkan bagian atas pinggang. Disisi paling bawah ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai ke ujung. Separuh bilah tombak
kebawah permukaannya berbentuk ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.
BIRING LANANG, salah satu dapur
tombak lurus seperti Biring Drajit, Sisi
bilah tombak di bagian tengah ada lekukan
dalam,bentuknya menyerupai pinggang
yang sempit dan ramping, bagian bawah
pinggang ini lebih lebar dibandingkan
bagian atas pinggang. Disisi paling bawah
ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai ke ujung. Separuh bilah tombak
kebawah permukaannya berbentuk ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.
BLABAR, KANGJENG KYAI, nama pusaka kraton Yogyakarta berdapur Pasopati berpamor sekar pala
dengan wrangka kayu cendana, pendok dibuat emas murni dan berbentuk blewehan. Keris ini merupakan
putran atau duplikat dari pusaka kraton Surakarta yang juga bernama Kyai Blabar. Semula dimiliki
Pangeran Hadikusumo tetapi pada pemerintahan HAMENGKU BUWONO V ditarik kembali ke kraton.
BLARAK NGIRID, termasuk pamor miring dan rekan
bentuknya mirip daun kelapa dengan pelepahnya dan tuahnya
untuk kewibawaan dan kepemimpinan, pamor ini kadang
disebut Blarak Sinered atau Blarak Ginered. Pamor ini
tergolong mahal dan susah pembuatannya.
BLANDARAN , LANDEYAN, tangkai tombak sekitar 3 atau 4 meter panjangnya, dahulu digunakan
prajurit berkuda mengejar musuh atau acara Rampogan dan Watangan (latihan perang-perangan untuk
prajurit berkuda) setelah ujungnya diganti dengan semacam bahan lunak.
BLANDONGAN, alat untuk merendam tosan aji sebelum
dicuci dan diwarangi, terbuat dari kayu keras dengan
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 8
ukuran 70 cm x 20 cm x 15 cm, tengahnya ada lekukan
dan kadang diukir. Blandongan disebut juga Kowen.
BLUMBANGAN, atau Pejetan atau Pijetan adalah bagian keris yang berupa cekungan atau lekukan pada
bagian bawah bilah keris letaknya dibelakang bagian gandik dan didepan bagian bungkul.
BONANG RINENTENG, tergolong pamor rekan, merupakan
garis lurus ditengah bilah keris atau tombak mulai dari ujung
pangkal sampai ujung bilah, dikiri kanan garis ada bulatan bulatan
kecil yang menempel garis , antar lingkaran berjarak 1 – 1,5 cm
dan bulatan terdiri dari lingkaran yang tersusun. Tuahnya
membawa rezeki dan berwibawa tinggi, banyak dimiliki pengusaha
.
BONG AMPEL, salah satu dapur tombak lurus, simetris, sisi bilah tengah ada lekukan landai membentuk
pinggang yang ramping menyempit. Disisi bilah bagian bawah ada dua tonjolan menyudut. Permukaan
seluruh tombak ini ngadal meteng.
BONGGOL, lihat BUNGKUL.
BONGKOT, lihat SOR-SORAN.
BONTIT, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Jogya, berdapur Sabuk Inten, luk 11, wrangka dari Timoho,
pendok bunton dari suasa. Semula milik Penembahan Mangkurat, putra HAMENGKU BUWONO II, pada
jaman HAMENGKU BUWONO V dikembalikan ke Kraton.
BOWOROSO, organisasi pecinta keris di Surakarta.
BRAJAGUNA I, EMPU, seorang EMPU terkenal dijaman Surakarta, banyak yang mengatakan EMPU ini
berasal dari Madura. Keris dan tombak buatannya terkenal amat kuat dan dapat menembus perisai, banyak
menggunakan baja pada pembuatannya.
Tanda tanda lain, bilahnya berukuran agak panjang disbanding keris buatan Mataram, tebalnya sekitar 2
kali lipat dan berbentuk ngadal meteng. Bentuk ganjanya agak melengkung, sirah cicaknya tidak begitu
meruncing pada ujungnya. Guru meled dan wetengannya berukuran sedang. Pamornya rumit, lembut dan
biasanya merata di seluruh permukaan bilah, menancapnya pamor pada bilah kuat dan pandes, kalau
membuat pamor miring rapi sekali, jalur pamor tidak ada yang bertindihan satu sama lain. Ia membuat
hampir semua motif pamor namun yang terbanyak adalah Wos Wutah, Pedaringan Kebak, Ron Ganduru,
Wengkon, Naga Rangsang, Kara Welang, Lar Gangsir.
Kalau membuat kembang kacang bentuknya serupa gelung wayang. Jalen dan lambe gajahnya berukuran
sedang. Sogokannya makin menyempit kearah ujung. Blumbangannya dangkal. Kalau tanpa kembang
kacang, gandiknya agak miring. Penampilan keris keras, gagah dan meyakinkan.
BRAJAGUNA II, EMPU, anak dari EMPU Brajaguna I, hidup pada jaman PAKU BUWONO IV di
Surakarta, keris buatannya mirip buatan ayahnya hanya agak lebih pendek.
BRAJAGUNA III, cucu Brajaguna I, hidup dijaman PAKU BUWONO V, perbedaan karyanya adalah
ganjanya lebih lebar.
BRAJAKARYA, EMPU, EMPU terkenal jaman Surakarta dan buatannya sering disebut tangguh
Mangkubumen. Karyanya dikenali sebagai berikut, Ganjanya tergolong ganja Sebit Ron Tal, bentuknya
agak melengkung, sirah cecak meruncing diujungnya, wetengannya ramping, buntut urang melebar
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 9
dibagian ujungnya. Bilah keris berukuran sedang, posisi agak tegak, besinya matang tempaan, pamor penuh
merata diseluruh permukaan bilah, biasanya pamornya nginden, umumnya tegolong pamor mlumah.
Kalau membuat kembang kacang seperti gelung wayang, sogokannya agak dalam, janurnya dibuat
menyerupai lidi, kalau membuat bagian Da pada Ron Da ujung-ujungnya runcing dan lekukannya dalam.
Kalau tanpa kembang kacang, gandiknya dibuat miring, secara keseluruhan kerisnya berpenampilan
tampan dan gagah walau ukurannya tidak besar.
BRAJASETAMA, EMPU, hidup dijaman Sunan PAKU BUWONO IX, buatannya ganjanya ramping,
mendatar, sirah cecak meruncing bagian ujung, gulu meled serta wetengannya sedang, ujung buntut
urangnya melebar. Ukuran bilah sedang besinya hitam keunguan dan matang tempaan, pamor tebal tebal
tapi tidak rapat satu sama lain, motif sederhana, penampilannya gagah meyakinkan, kembang kacang
dibuat menyerupai gelung wayang, blumbangan atau pejetan lebar agak dangkal, tetapi sogokannya sempit,
dangkal dan melengkung dekat ujung, bagian Da pada Ron Da dibuat besar dan jelas, kalau keris lurus
maka gandiknya miring.
BRAJASETIKA, EMPU, EMPU yang hidup dijaman Surakarta, kerisnya disebut tangguh Mangkubumen.
Karyanya dikenali dengan ganjanya tergolong Sebit Ron Tal, sirah cecak meruncing pada bagian ujungnya,
gulu meled berukuran sedang, begitu juga wetengannya, ujung buntut urangnya melebar.bilahnya
berukuran sedang tetapi tebal, besinya matang tempaan dan berkesan padat, pamornya penuh, rumit dan
sering nginden, biasanya pamor mlumah serta teratur rapi.
Kembang kacangnya seperti gelung wayang, blumbangannya normal, sogokan agak dalam dan melengkung
ujungnya, kalau membuat Da pada Ron Da ujung ujungnya meruncing tetapi lekukannya tidak begitu
dalam, jika tanpa kembang kacang, bagian gandik dibuat miring. Penampilan nya tampan tenang dan
meyakinkan.
BRAMA DEDALI, KANGJENG KYAI, Pusaka kraton Yogyakarta, dapur Tilam Upih, wrangka dari
kayu Trembalo, pendok suasa bentuknya blewehan. Semula milik Penembahan Mangkurat dan konon
ditemukan di Dieng, Wonosobo.
BRONGSONG, salah satu cara memakai keris sebagai pelengkap adat Jawa tengah terutama Surakarta,
keris diselipkan di Sabuk Lontong diantara lipatan kedua dan ketiga, tetapi terlebih dahulu keris harus
dibungkus dengan singep sehingga seluruh bagian wrangkanya tidak terlihat. Cara ini digunakan apabila
membawa keris Raja/Pangeran sebagai bukti utusannya tetapi yang boleh melihat hanya orang yang dituju.
BRANGGAH, bentuk warangka gaya Yogyakarta,
bentuknya khas bagian belakang menyerupai helai
daun , itu sebabnya disebut juga godongan. Kesan
penampilannya gagah, di Surakarta disebut Ladrang
sedang di Madura disebut Daunan.
BROJOL, salah satu dapur keris lurus, ada dua versi, pertama bilah
pendek, lebar, tipis, gandiknya polos tipis, pejetan dangkal dan samar
samar, kadang memekai ganja iras tanpa ricikan lainnya.
Versi kedua bilahnya sedang dan lurus, gandik polos, pakai pejetan
tanpa ricikan lainnya. Beda dengan Tilam Upih, pada dapur Brojol
tidak ada alis.
BUNGKALAN, bentuk pamor pada ujung keris, tombak. Pamor apapun kalau pada bagian dekat ujung
bilah bentuknya seperti lidah ular bercabang dua disebut pamor bungkalan dan tergolong pamor yang
disukai.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 10
BUNGKUL, lihat WUNGKUL.
BUNTEL MAYIT, pamor yang bentuknya menyerupai lilitan kain
menutupi seluruh bilah keris, bedor, pedang atau tombak. Merupakan
pamor rekan, paduan pamor miring dan mlumah. Banyak yang
beranggapan pamor ini kurang baik tetapi untuk orang yang kuat bisa
mudah mendapatkan rezeki, tergolong pamor pemilih.
BUNTUT CECAK, buntutan atau kepet, bagian paling belakang dari ganja kadang disebut buntut urang
walau kurang tepat.
BUNTUT URANG, sebutan ujung belakang ganja . setelah bagian gandok, bagian ganja makin menyempit
terus sampai hampir keujung namun dekat ujung ukurannya melebar kembali. Bagian ganja sebelah ujung
itu papak tidak meruncing.
BUTA IJO, Keris luk 9, ukuran bilah sedang, memakai sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan, gandik
polos tanpa ricikan lain lagi.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 11
C
CACAP, Suatu kebiasaan keliru yang dilakukan pemilik keris dimasa lampau yaitu merendam bilah
kerisnya dengan bisa ular atau isi perut ketonggeng, hal ini bisa merusak bilah .
CACING KANIL, nama salah satu dapur
tombak luk 3, 5 atau 7, mirip cacing
menggeliat dan berbentuk beda dengan luk
keris biasa, pada cacing kanil maka luk
mengarah kesegala arah. Tombak dengan
motif cacing kanil tidak pipih tetapi bulat
atau persegi, bisa segi 3, 4 atau berbentuk
belimbing.
Tombak cacing kanil sekarang berubah fungsi bukan sebagai tombak tetapi banyak digunakan sebagai
tongkat komando.
CALURING, atau Cluring merupakan dapur keris luk 11, memakai kembang kacang dengan sogokan
rangkap tanpa ricikan lain, bilah panjang dan tebal, luk nya makin keujung makin rapat, keris ini mudah
dikenali dari luk nya.
Ada juga Caluring luk 13 dengan ricikan yang sama.
CAMPUR BAWUR, keris luk 3, ukuran bilah sedang,
luk ada di atas, bawah dan tengah keris sehingga keris
cenderung lurus. sogokan keris rangkap, memakai
greneng dan pejetan.
CANCINGAN, lihat KANCINGAN.
CARANG MUSTOPO, EMPU, hidup dijaman PAKU BUWONO IV, dikenal juga sebagai EMPU Kyai
Mustopo, kerisnya dikenali sebagai berikut , ganja model Sebit Ron Tal, gulu meled sempit, buntut cicak
model buntut urang, ukuran ganja seimbang dan serasi dengan panjang bilah. Bilah ramping dengan posisi
agak merunduk, matang tempaan dan rapih, keris yang lurus rata rata lebih tebal dibandingkan yang luk.
Pamornya sederhana berpenampilan tampan, sopan dan rapi menyenangkan.
CARANG SOKA, Keris luk 9, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sraweyan, ri pandan.
CARITA, keris luk 13, ukuran bilah sedang memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap
dan greneng. Ada juga Carita luk 11.
CARITA BUNTALA, keris luk 13, bilah sedang, kembang
kacang, lambe gajah satu, sraweyan, ri pandan, kruwingan tidak
melengkung landai tetapi berbentuk patah kaku. Ada juga luk 15,
memakai kembang kacang, lambe gajah dua, memakai jalen,
sraweyan, ri pandan.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 12
CARITA BUNGKEM,
CARITA DALEMAN, keris luk 11, panjang bilah sedang, kembang kacang bungkem, jenggot dan
greneng serta lis-lisan dan gusen.
CARITA GANDU, keris luk 11, ukuran sedang, kembang kacang, jenggot, lambe gajah satu, sraweyan
dan ri pandan.
CARITA GENENGAN, keris luk 11, bilah sedang, luknya
dalam, kembang kacang, jenggot dan lambe gajah satu, sogokan
rangkap, sraweyan dan ri pandan. Dapur ini disebut juga Carita
Gunungan.
CARITA KANAWA, keris luk 9, panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah dua, jalen dan jalu
memet, dus sogokan normal, sraweyan, lis-lisan, gusen, kruwingan.
CARITA KAPRABON, keris luk 11, bilah sedang, gusen
sampai keujung bilah, kembang kacang, tikel alis, jenggot, jalen,
jalu memet, lambe gajah dua, sraweyan, ri pandan, greneng tanpa
sogokan.
CARITA PRASAJA, keris luk 11, bilah sedang, kembang
kacang dan lambe gajah dua.
CARUBUK, keris luk 7, panjang bilah normal, kembang kacang,
lambe gajah dua, sraweyan dan greneng lengkap, ada yang
mengatakan harus ditambahi dengan kruwingan.
CELURIT, senjata tradisional Madura, mirip arit, sabit tetapi bagian lengkung diujungnya lebih panjang
dan runcing.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 13
CENDANA KAYU, bahan pembuat wrangka yang banyak disukai terutama didaerah Surakarta sekitarnya.
Pohonnya berkayu keras dengan tinggi bisa mencapai 15 m, kayu cendana dari Sumbawa terkenal harum
baunya lebih dari cendana jawa. Urat kayu cendana yang bagus disebut ngulit urang, doreng, makin bagus
makin mahal harganya.
CENGKRONG, salah satu dapur keris lurus, bilahnya
sedang posisinya agak membungkuk, bagian gandik
terletak dibelakang, panjang sampai lebih dari setengah
bilah, tanpa ricikan apa apa, beberapa jenis dapur
cengkrong ada yang luk 3, 5, 7, luk terletak diujung
keris, dulu banyak dimiliki oleh alim ulama.
CENDANA MINYAK, untuk meminyaki keris, karena mudah menguap dan terlalu kental maka dicampur
minyak klentik atau minyak mesin.
CEPLOK BANTENG, PELET, pelet kayu timoho
yang bintik bintik besar rapat satu sama lainnya, kadang
bersinggungan dan menyebar diseluruh permukaan kayu
wrangka. Tuahnya baik untuk kewibawaan.
CEPLOK KELOR, PELET, pelet kayu timoho,
bulatan bulatan sebesar daun kelor agak lonjong,
menyeluruh di wrangka, tuahnya dapat menawarkan
ilmu jahat.
CINCIN KERIS, lihat Mendak,
CITRO, salah satu dapur tombak luk 13 mempunyai semacam kembang kacang, dua lambe gajah ditepi
bilah menghadap kebawah didekat bagian mentuk, selain itu memakai ada-ada tipis disepanjang bilah,
kebanyakan buatan Mataram.
COCOR, bagian paling depan dari ganja dan merupakan bagian ujung dari sirah cicak. Cocor ada yang
tumpul ada yang runcing, kadang disebut cucuk.
CONDONG CAMPUR, salah satu dapur
keris lurus, panjang bilah sedang dengan
kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan
hanya satu didepan dan ukuran panjang
sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak
ada, selain itu juga memakai gusen dan lislisan.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 14
CUNDRIK, salah satu dapur keris lurus berukuran kecil sekitar
sejengkal bilahnya umumnya agak tebal dan membungkuk, gandik
terletak dibelakang berukuran panjang dan terdapat kruwingan yang
jelas dan tegas, sepintas seperti keris Cengkrong.
CUNDUK UKEL, keris yang diberikan mertua kepada menantu nya sebagai ikatan keluarganya, biasanya
sebelum diberikan ke menantu terlebih dahulu diberikan kepada anak perempuannya. Bila suatu saat
mereka bercerai maka keris itu dikembalikan kepada anak perempuan tersebut.
CURIGA, kata lain dari keris yang lebih halus dan sopan.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 15
D
DADUNG MUNTIR, pamor yang hampir mirip pamor Sada Saler, bedanya garis yang menjulur
sepanjamg bilah tidak berbentuk garis biasa tetapi lukisan pamor yang mirip dengan pintalan tambang atau
pintalan tali. Tuahnya menambah kewibawaan dan keberanian serta keteguhan hati, tergolong pamor rekan
dan banyak terdapat pada keris dan tombak buatan Madura, termasuk pamor pemilih, tidak setiap orang
bisa cocok.
DAMAR MURUB, lihat URUBING DILAH.
DAN RIRIS, lihat PANDAN IRIS.
DANUWARSA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Jalak Sangu Tumpeng,
warangkanya dari kayu trembalo, pendoknya dari suasa, merupakan putran dari KKA KOPEK, buatan
Empu Supo dibuat jaman HAMENGKU BUWONO V.
DAPUR, adalah penamaan
ragam bentuk atau tipe keris,
sesuai dengan ricikan yang
terdapat pada keris itu dan
jumlah luk nya. Penamaan
dapur keris ada patokannya,
ada pembakuannya. Dalam
dunia perkerisan, patokan
dan pembakuan ini biasanya
disebut pakem dapur keris.
DARADASIH, nama salah satu dapur tombak luk 5, ditengah bilahnya memakai ada-ada yang ukurannya
besar dan tebal sehingga terlihat jelas, bilahnya tebal dan ditepinya ada gusen serta lis-lisan, sisi bilah
bagian bawah tombak ini berbentuk menyudut. Ricikan lainnya tidak ada.
DARADASIH MENGGAH, salah satu dapur tombak luk 5, pada luk pertama terdapat pudak sategal, serta
kruwingan dibagian sor-soran, permukaan bilah pada separuh bagian atas cenderung datar tetapi bagian
bawah berbentuk ngadal meteng. Sisi bilah yang menghadap terdapat semacam kembang kacang dan dua
lambe gajah yang kecil kecil ukurannya.
DEDER, bagian hulu keris terbuat dari kayu
untuk pegangan keris itu, bentuk deder itu
ada ratusan, tiap daerah punya ciri sendiri, di
Yogyakarta dan surakarta disebut juga
ukiran. Kayunya biasanya dipilih yang
gampang diukir tetapi harus keras dan punya
urat yang indah, kayu yang dianggap baik di
Jawa adalah kayu Tayuman sedang di
Malaysia, Riau, Brunei adalah kayu
kemuning.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 16
DELING, PAMOR, nama lain dari Akhodiat di Madura, kalau menyebar dibilah keris disebut Delung
Settong, kalau mengumpul diujung bilah disebut Deling Pucuk dan kalau dibagian pesi disebut Deling
Paksi.
DEWADARU, PELET, nama gambar pada warangka yang berupa garis garis tipis dan tebal berwarna
hitam atau coklat tua berjajar dari atas kebawah atau miring, tuahnya bisa mendapat keberuntungan, karena
indahnya maka timoho pelet dewadaru banyak dicari orang.
DORA MENGGALA, salah satu dapur tombak luk 5, memakai pudak sategal dan kruwingan , bilah
bagian bwah sor-soran agal tebal, tetapi mulai tengah bilah sampai ujung tipis dan datar. Pada sisi bilah
uang menghadap kebawah terdapat bentuk yang menyerupai kembang kacang dan satu lambe gajah
berukuran kecil.
DORENG PELET, gamvaran warangka kayu timoho berupa jurai jurai berwarna hitam atau coklat pada
permukaan kayu, sepintas mirip kulit harimau, gambaran ini selain di kayu timoho juga ada pada kayu
cendana dan kayu yang lain.
DRAJIT, nama keris luk 21, tergolong kalawija, ukuran kerisnya sedikit lebih panjang daripada keris
bukan kalawija. Mempunyai kembang kacang, lambe gajah dua dan sraweyan. Tergolong keris langka dan
buatan lama.
DUNGKUL, lihat WUNGKUL.
DUWUNG, padanan kata keris, dianggap lebih halus dan biasa digunakan oleh priyayi Jawa.
DWISULA, tombak bercabang dua, ada yang lurus dan ada yang ber luk 3, 5 atau lebih, tidak terlalu
populer dibandingkan tombak Trisula, kegunaannya lebih sebagai tombak pusaka yang tidak dipakai secara
langsung dalam pertempuran, biasanya dibuat indah bahkan ada yang diberi kinatah.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 17
E
EKSOTERI KERIS, ilmu mengenai keris yang tampak dari luar dan merupakan lawan dari esoteri keris.
ENDAS BAJA, pamor yang menurut banyak orang bertuah buruk, katanya pemiliknya akan sering
mendapat musibah karena ulahnya sendiri. Apa yang dilakukan serba salah, sebaiknya dibuang atau
dilarung , pamornya selalu terdapat pada bagian sor-soran.
ENTO-ENTO, atau ngento-ento merupakan nama desa di Sleman yang pada masa silam merupakan
tempat Empu Supo Winangun. Menurunkan Empu Jeno Harumbrojo dan Empu Genyo.
ENTO WAYANG, Empu yang hidup zaman Kartasura, anak Empu Supanjang dan leluhur Empu Jeno.
Tanda tanda kerisnya tidak tercatat hanya selalu membuat keris gaya Mataraman.
EPEK, semacam ikat pinggang tradisional dan merupakan kelengkapan pakaian Jawa, terbuat dari bludru
dan kadang dihiah benang emas atau manik manik, lebar sekitar 6 cm dan panjang sekitar 95 cm sampai
140 cm.
Sebuah epek baru dapat dikenakan bila dilengkapi timang, semacam kepala ikat pinggang, pada umumnya
berwarna dasar hitam, kadang ada yang berwarna dasar merah, biru atau hijau. Disesuaikan dengan baju
yang dipakai.
ERI CANGKRING, bagian yang menonjol pada sisi atas
ditepi sebuah warangka gaya Surakarta, Yogyakarta,
Madura atau Bali, berbentuk menyudut tajam menonjol
sekitar 0.5 cm dan tempatnya sejajar dengan tengah lobang
searah dengan garis pesi keris.
ERI WADER, pamor yang menyerupai tulang ikan, sepintas seperti pamor Ron Genduru, bedanya lebih
kurus dan tergolong pamor miring. Pembuatannya tergolong sukar dan karena dapat dirancang maka
termasuk pamor rekan. Pamor ini tergolong pemilih dan dipercaya dapat menambah wibawa pemiliknya.
ESOTERI KERIS, ilmu yang memusatkan pada apa yang tidak tampak dari luar, membicarakan mengenai
tuah, tanjeg, tayuh, khasiat, daya magis, manfaat, pengaruh, penunggu dan semacamnya. Terlepas dari
benar atau tidaknya maka esoteri ini merupakan salah satu budaya per-kerisan dan dibicarakan juga
dinegara lain dan kadang sering dibicarakan dari sudut agama.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 18
G
GABILAHAN, sebutan orang Madura untuk warangka model Gayaman, khususnya bergaya Madura.
GADA TAPAN, KANGKENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Gada. Kini KK Gada
Tapan dan KK Gada Wahana menjadi dua tombak pendamping pusaka KK Ageng Pleret.
GADA WAHANA, KANGJENG KYAI, puasa Kraton Jogya, berdapur Gada dengan hiasan sinarasah
emas, berasal dari pemberian pendeta dari Pratiwagung pada Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
GADING, bahan baku untuk warangka yang banyak jumlahnya, gading gajah afrika umumnya panjangnya
mencapai 2 m dengan berat rata-rata 21 kg sedang gajah asia beratnya sekitar 19 kg dengan panjang ratarata
160 cm saja. Gajah Sumatra gadingnya termasuk paling mahal dengan warna lebih putih dan keretakan
tidak banyak, gajah Thailand agak kekuningan warna gadingnya dan keretakan agak banyak, sedang gajah
Afrika banyak retak gadingnya. Sebagian pecinta keris menolak menggunakan warangka gading ini karena
kekerasannya dapat membuat aus bilah keris dan merusak pamor, itulah sebabnya keris pusaka tidak ada
yang diberi warangka gading.
GAJAH MANGLAR, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Gajah Manglar,
warangka dari kayu Timoho, pendoknya dari emas bertahtakan intan berlian. Semula milik Sri Sultan
HAMENGKU BUWONO I, diserahkan kepada putranya Pangeran Demang dan pada zaman Sultan
HAMENGKU BUWONO V kembali ke Kraton.
GAJAH SINGA, nama salah satu jenis hiasan kinatah yang
ditempatkan bagian bawah ganja. Permukaan yang tidak tertutup
hiasan gajah singa dihiasi ornamen hiasan lain. Kinatah gajah singa
diberikan karena keris tersebut telah berjasa membantu pemiliknya,
terjadi pada pemerintahan Sultan Agung Anyokrokusumo. waktu itu
didaerah Pati, Jawa Tengah bagian utara, terjadi pemberontakan yang
dipimpin Adipati Pragola, sesudah pemberontakan berhasil
dipadamkan maka Raja Mataram memberikan tanda kehormatan
Kinatah Gajah Singa pada prajuritnya.
Semua keris para prajurit sampai perwira dikumpulkan dan diberi hiasan kinatah Gajah Singa kemudian
dikembalikan lagi kepada yang punya, ini untuk peringatan Mataram memadamkan pemberontakan Pati
karena Gajah Singa artinya perlambang angka tahun sesuai dengan candra sengkala, Gajah melambangkan
angka 8 sedangkan Singa angka 5, curiga (keris) angka 5 dan tunggal melambangkan angka 1 dan karena
candra sengkala (lambang angka tahun) selalu dibaca dari belakang maka yang dimaksud adalah 1558
kalender Jawa. Walau penghargaan kinatah Gajah Singa diberikan pada zaman Mataram tetapi ada juga
keris buatan Majapahit, Tuban, Jenggala dan Singasari menggunakan hiasan itu.
GANA KIKIK, salah satu dapur keris lurus yang panjang
bilahnya berukuran sedang, keris ini memakai gusen, adaadanya
tebal dan nyata, gandik keris ini diukir dengan bentuk
srigala sedang melolong, kaki depan tegak sedang kaki
belakang ditekuk. Ada yang menyebutnya dapur Kikik saja
atau Naga Kikik, dapur ini tergolong populer dan banyak
penggemarnya karena indah bentuknya dan tinggi mutunya.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 19
GANDAR, adalah salah satu bagian dari warangka keris, dibuat dari kayu yang tidak terlalu
kerasbentuknya bulat panjang dan pipih, kegunaannya untuk melindungi bilah keris, banyak gandar dilapisi
selongsong logam berukir indah dan disebut pendok.
GANDAR IRAS, warangka yang menyatu dengan gandar , jadi seluruhnya dibuat dari satu bongkah kayu
tanpa sambungan apapun. Warangka Gandar Iras selalu lebih mahal dari warangka biasa karena bahan kayu
yang utuh dan cukup untuk membuat warangka ini sulit dicari dan banyak bahan terbuang dalam proses
pembuatannya.
GANDAWISESA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Naga Siluman,
warangka dari kayu Trembalo dan pendok bertahta rajawarna. Keris ini buatan Penembahan Mangkurat
dizaman pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GANDIK, adalah bagian “raut muka” dari sebilah keris. Ada gandik polos, ada yang dilengkapi racikan
lain. Letaknya tepat diatas sirah cecak. Bagian gandik ini hampir selalu berada dibagian depan keris, hanya
pada beberapa dapur keris antara lain dapur “cengkrong” yang letaknya dibelakang dari bilah keris. Kata
“gandik” dalam bahasa Jawa berarti batu penggilas yang bentuknya bulat panjang. Ukuran dan
ketebalannya bermacam-macam.
GANJA, bagian bawah dari sebilah keris, seolaholah
merupakan alas atau dasar keris tersebut, pada
bagian tengahnya ada lobang untuk memasukan
bagian pesi. Bagian bilah dan bagian ganja dari
sebilah keris merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan melambangkan kesatuan lingga dan
yoni, ganja mewakili lambang yoni sedang bilahnya
melambangkan lingga.
Bentuknya sepintas mirip buntut cecak tanpa kaki, bagian depanya mirip kepala cecak disebut sirah cecak,
begitu pula bagian perut dan ekornya , bagian “perut” ganja disebut Wetengan atau Gendok, sedang bagian
“ekor” disebut buntut cecak. Ragam bentuk ganja ada beberapa macam, ganja Sebit Ron Tal, Wulung,
Wilut, Dungkul, Kelap Lintah. Disemenanjung Melayu, Brunei, Serawak dan Sabah serta Riau disebut juga
Aring, namun sering disebut ganja saja.
GANJA WULUNG, Ganja yang tidak berpamor, banyak pendapat emngapa kerisnya berpamor bagus
sedangkan ganjanya tidak berpamor. Pertama, keris itu adalah keris yang bagus kemudian dibuatkan
putran-nya (duplikat), bagian ganja keris yang bagus itu dilepas lalu dijadikan campuran bahan baku
pembuatan keris duplikat, sedangkan keris aslinya dibuatkan ganja wulung. Kedua, pada jaman dulu
banyak orang yang memahami ilmu keris terutama isoterinya, dengan hanya melihat bagian ganjanya yang
tampak orang akan menduga keris itu berdapur apa, pamornya apa, dan apa tuahnya dengan demikian
apabila orang tersebut telah tertebak apa tuah kerisnya dia merasa seperti “ditelanjangi” sehingga untuk
menutupinya dia memesan ganja wulung. Ketiga karena ganjanya rusak dan diganti.
GANDRUNG, PELET, gambaran pada warangka kayu Timoho berupa bulatan besar tidak teratur
dipermukaan, selain indah bertuah baik dan disenangi orang sekeliling, banyak dicari oleh Dalang.
GAYAMAN, nama salah satu bentuk warangka
didaerah Surakarta dan Yogyakarta, mirip bentuk buah
gayam, makanya disebut gayaman.
Bentuk gayaman Yogyakarta agak beda dengan
gayaman Surakarta, begitu pula gayaman Madura
(gabilahan), warangka ini paling banyak dipakai orang
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 20
karena lebih sederhana , ringkas ukurannya dan tidak
mudah patah dan umum digunakan sehari-hari sebagai
kelengkapan pakaian daerah.
GEDONG PUSAKA, bangunan khusus di keratom tempat penyimpan pusaka, hanya petugas khusus dan
kerabat raja tertentu yang boleh masuk.
GENDOK, atau wetengan atau waduk adalah nama bagian tengah ganja, bentuknya menggembung
bagaikan perut kenyang. Ditengah bagian gendok terdapat lubang untuk memasukan pesi. Sebagian orang
menyebutnya wadukan.
GENYODIHARDJO, pandai keris dari Yogyakarta, kakak empu Jeno walau garapannya masih kalah dari
empu Genyo.
GIRIREJO, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Carita luk 11, warangka dari
kayu Timoho, pendok dari pendok slorok terbuat dari suasa, sedang seloroknya dari emas murni. Keris ini
dibeli Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dari abdi dalem bernama Bekel Wasadikara.
GRENENG, salah satu bagian keris yang merupakan bagian tepi dari punggung keris sebelah pangkal,
bagian tepi bilah ini bentuknya menyerupai gerigi dengan ujung-ujung runcing. Bentuk variasi dari gerigi
ini berbeda dari daerah satu ke yang lain tetapi bentuk dasarnya sama. Ada yang mengatakan bahwa bentuk
greneng merupakan tandatangan sang empu karena setiap empu terutama bagian Ron Da selalu berbeda
satu dengan lainnya.
GODONG ANDONG, salah satu dapur tombak bilah lurus dan
bilahnya simetris, bentuknya mirip gadong andong, ditengah memakai
ada-ada dari pangkal hingga ujung bilah, ricikan lain tidak ada , dapur
ini banyak terdapat pada tombak kuno terutama buatan zaman Pajajaran
dan Segaluh.
GODONG DADAP, salah satu dapur tombak lurus seperti daun dadap, lebar, simetris dan tipis. Ditengah
bilah dari bawah sampai atas memakai ada-ada tipis, ricikannya yang lain tidak ada. Biasanya tombak ini
berukuran kecil kadang disebut dapur Ron Dadap.
GODONG SEDAH, salah satu dapur tombak lurus berukuran kecil, menyerupai daun sirih, lebar ditengah
pipih, simetris dan tipis, bagian tengah dari bawah ke ujung terdapat ada-ada, biasa disebut Ron Sedah.
GODONG PRING, salah satu dapur tombak lurus seperti daun bamby, simetris kiri dan kanan, bilahnya
tipis, hampir tak ada ada-ada, pada bagian bawah ada lekukan landai yang berbentuk semacam pinggang,
pamor ini tergolong populer dan banyak dijumpai.
GOLOK, salah satu jenis pedang sabet dan berat bobotnya, bentuknya agak beragam umumnya berbentuk
lameng pendek bagian punggungnya cembung pada ujungnya, sedang bagian depannya lurus. Yang tajam
hanya sisi depannya.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 21
GOTHITE, mineral besi terdiri dari trioksida besi yang terikat air berwarna kekuningan, merah dan
kecoklatan, rumus kimianya Fe2O3.H2O. besi ini kurang baik untuk bahan keris karena mudah keropos
dan berpori.
GUMBOLO GENI, pamor yang menyerupai binatang kala atau ketonggeng dengan ekor mencuat keatas,
pamor ini tergolong baik untuk menolak sesuatu yang tidak dikehendaki dan tergolong pemilih. Pamor ini
selalu terletak di sor-soran.
GULING, EMPU, empu terkenal di zaman Mataram. Karya karyanya demikian indah. Tanda tandanya
adalah, ukuran bilah lebih besar dari rata rata buatan Majapahit tapi lebih ramping, ganjanya melengkung,
gulu melednya sempit sirah cecak berbentuk lonjong dan meruncing pada ujungnya, buntut urangnya
berbentuk nguceng mati dan tidak pakai tunggakan, banyak keris karya Ki Empu Guling memakai Ganja
Wulung.
Besi yang dipakai 2 rupa, yaitu hitam keabu-abuan dibagian tengah dan hitam legam dibagian pinggir bilah.
Pamornya rumit dan halus, lembut dan padat. Penampilan keris secara keseluruhan memberi kesan gagah,
berwibawa dan anggun. Kalau membuat kembang kacang bentuknya melingkar sekali, jalennya pendek
tapi lambe gajahnya menonjol panjang. Sogokannya dangkal tapi panjang, janurnya berbentuk mirip lidi,
terus tetap kecil sampai kebawah. Kalau membuat bagian Dha pada Ron Dha, lekukannya tergolong
dangkal . jika tidak memakai kembang kacang maka gandiknya agak panjang dan tidak begitu miring.
GULU MELED, salah satu bagian dari ganja yang letaknya dibelakang sirah cecak, dibagian gulu meled
ini, ukuran ganjanya menyempit dibandingkan dengan bagian depannya. Jadi mirip bagian leher seekor
cicak.
GUNAWISESA, KANGJENG KYAI, pusaka Keraton Yogyakarta, berdapur Carita dengan bagian ganja
bertahtakan intan. Warangkanya dari kayu Timoho dengan pendok emas rajawarna. Keris ini buatan empu
keraton pada jaman pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GUNUNGAN, nama salah satu dapur tombak yang bentuknya menyerupai gunungan wayang kulit.
Tombak ini umumnya menyerupai gunungan wayang kulit, berbilah tipis dan lebar, selain ada-ada pada
bagian sor-soran tombak ini tidak punya ricikan apapun.
GUTUK API, KANGJENG KYAI, keris pusaka keraton Yogyakarta, berdapur Jalak, warangkanya dari
kayu Timaha, pendoknya jenis blewahan terbuat dari emas bertahtakan intan permata raja warna. semula
milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I diberikan ke Pangeran Adinegara, putranya, selanjutnya jatuh
ketangan Temenggung Mertadiningrat dan dikembalikan ke keraton pada mas Sri Sultan HAMENGKU
BUWONO V.
GUSEN, adalah daerah sempit sepanjang tepi bilah keris atau tombak, daerah sempit itu yang dibatasi oleh
tepi bilah yang tajam dengan garis lis-lisan.
GUNA, KYAI, empu terkenal yang hidup dijaman penjajahan Belanda, tinggal di Magetan, Madiun.
Kerisnya berukuran panjang dan besar dan pada umumnya berdapur lurus. Karena dari bahan baja maka
keris Kyai Guna terkenal amat kuat dan dapat melubangi kepingan logam, sampai saat ini keris buatan Kyai
Guna masih populer didaerah Madiun dan Ponorogo dan sekitarnya. Banyak diantaranya tidak memakai
bahan pamor, orang Madiun dan Jawa Timur menyebutnya keris pamor waja.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 22
H
HARJAMULYA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Cengkrong,
warangka dari kayu Timoho, pendok blewahan terbuat dari emas, dengan ukiran bahan gading. Keris ini
didapat Sri Sultan Hamengku Buwono II dari “Kangjeng Gubermen” sewaktu Sultan ditawan di Penang.
HULU PEKAKAK, nama hulu keris terkenal disemenanjung Malaka, Riau, Jambi, Serawak, Brunei dan
Sabah, terbuat dari kayu keras, gading atau perak. Bentuknya menyerupai kepala raksasa dengan mata
besar dan hidung panjang yang distilir. Dipulau Jawa bentuk ini dijumpai juga didaerah Surakarta dan
disebut Rajamala.
HULU BURUNG, nama salah satu jenis hulu keris
berbentuk burung, bentuk ini sudah jarang dipakai namun
dulu banyak dibuat orang di Jambi, Bangkinang, Riau dan
Semenanjung Melayu serta Pathani (Thailand Selatan),
terbuat dari bahan kayu yang keras, gading atau gigi ikan
duyung, bahkan ada pula yang dari perak.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 23
I
ILAT-ILATAN, KENDIT, nama gambar pelet pada kayu Timoho, gambarnya mirip gambar pelet kendit
biasa tetapi tidak menyambung dan agak bergelombang, lagipula garis tepi pelet itu tidak rata lurus
melainkan seperti sobek sobek, sepintas lalu seperti lidah api yang menjulur, oleh karena itu dinamakan
kendit ilat-ilatan., tuah pelet ini baik, pemiliknya mudah “mengikat” pengikut dan orang dibawah
pengaruhnya sehingga banyak dicari mereka yang ingin menjadi pemimpin.
ILINING WARIH, nama pamor yang bentuk gambarannya
menyerupai garis-garis membujur dari pangkal keujung bilah.
Garis-garis ini ada yang utuh dan ada yang putus-putus, tetapi
banyak yang bercabang. Pamor ini tergolong pamor rekan,
tuahnya memperluas pergaulan dengan lapisan masyarakat,
pamor ini tidak memilih, ada yang menyebutnya banyu mili
atau toya mili.
Sepintas pamor ini mirip pamor Adeg, bedanya pamor ini
tidak sehalus pamor Adeg, lagipula garis-garis tersebut
menampilkan kesan seperti air yang mengalir.
ILMENIT, jenis material besi terdiri dari trioksida besi-titanium, berwarna hitam metalik atau setengah
metalik, banyak dijumpai dalam pasir besi, terkenal dengan nama pasir Ilmenit. Rumus kimianya
Fe2O.TiO2. keris keris buatan pulau Jawa diduga banyak menggunakan bahan mineral ini.
INDARTO, MRANGGI, ahli pembuat Warangka dari Surakarta. Alamatnya , jalan Nirbitan no 3, Tipes,
Surakarta.
INLAY, salah satu cara menghias tosan aji, caranya dengan membuat guratan dipermukaan bilah, alur yang
terjadi kemudian diisi dengan cairan emas atau perak. Teknik ini banyak digunakan untuk membuat pedang
di Iran terutama dikota Isfahan dan Shiraz, di Jawa disebut teknik Sinarasah, dalam pembuatannya teknik
Inlay lebih mudah daripada pembuatan kinatah.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 24
J
JAKA LOLA, lihat KALOLA
JAKA PRATAMA, KANGJENG KYAI, nama salah satu pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Sengkelat
Luk 13, warangkanya dari kayu Timoho dengan pendok emas bertahtakan Raja Werdi.
Keris ini merupakan duplikat (putran) dari KK Sengkelat yang dibuat dihalaman Kraton, tadinya milik
Penembahan Mangkurat, kemudian ditarik ke Kraton dimasa Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
JAKA SURA, EMPU, EMPU yang hidup dijaman Majapahit, tinggal dikabupaten Jenu, Majapahit,
sehingga dikenal juga dengan nama EMPU Adipati Jenu. Keris buatannya mempunyai ciri, Garis Ganjanya
datar termasuk Ganja Wuwung, bagian sirah cecak meruncing dibagian ujungnya, ganja ini berukuran
“agak gemuk” disbanding dengan ukuran bilah kerisnya. Ukuran bilahnya sedang, pamornya rumit dan
halus. Besi yang digunakan hitam legam berserat halus, bilah keris tidak terlalu menunduk dibanding
dengan keris buatan Majapahit lainnya. Kalau membuat kembang kacang selalu berbentuk Nguku Bima,
lambe gajahnya panjang, blumbangannya agak dalam, begitu pula sogokannya dalam dan panjang, bagian
janurnya dibuat tajam. Tikel alisnya juga dalam, secara keseluruhan keris buatan Empu ini berpenampilan
keras gagah walau ukuran bilahnya tergolong kecil.
JAKA TUWA, nama salah satu dapur keris, panjang bilahnya sedang, lurus, gandiknya polos, pakai tikel
alis, pejetan dan sogokan rangkap tapi pendek, panjang sogokannya hanya separuh dari ukuran normal,
ricikan lain tidak ada, kadang disebut juga JAKA UPA.
JAKA TUWA, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Pandawa Paniwen Panji
Sekar, warangka dari kayu Timoho Bosokan Kendit Putih, pendoknya blewahan terbuat dari suasa. Semula
milik Adipati Purwadiningrat dari Magetan diberikan ke putrinya Kangjang Ratu Kedaton, kemudian
menjadi permaisuri Sri Sultan HAMENGKU BUWONO II sehingga kerisnya juga menjadi pusaka kraton.
JAKA UPA, lihat JAKA TUWA.
JALAK, nama salah satu dapur keris lurus
ukuran bilah lebar, panjangnya sedang, sorsoran
agak tebal, gandiknya polos
pejetannya dangkal, memiliki sogokan
rangkap. Dibanding sogokan keris lain
maka sogokan keris ini tergolong sempit.
JALAK DINDING, atau JALAK DINGIN,
keris bilah lurus, ukuran panjang bilahnya
sedang, memakai gusen, pejetan dan pakai
tingil.
Sepintas mirip sekali dengan keris Tilam
Sari, bedanya terletak pada gusen.
JALAK BUDA, keris yang bilahnya lebar, pendek dan lurus. Gandiknya polos, pejetannya dangkal,
sogokan rangkap dan tipis, kadang pakai tinggil. Permukaan keris ini tidak rata melainkan kropos bopeng.
Besinya mempunyai kesan ngelempung bagai tanah liat.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 25
JALAK MAKARA, seperti pamor JALAK hanya bagian bawah gandinya diukir timbul MAKARA.
JALAK NGORE, adalah salah satu dapur keris lurus, panjang
bilah sedang, ada-adanya terlihat jelas dan tebal sampai keujung
bilah, gandik polos, pakai pejetan, sraweyan dan greneng.
JALAK PITURUN, atau disebut juga JAKA PITURUN, keris lurus dengan panjang sedang dan gandik
polos, memakai pejetan, tingil, ada-adanya jelas dan sogokannya rangkap. Bentuknya mirip Jalak Sangu
Tumpeng, bedanya Jalak Piturun tidak pakai tikel alis dan ada-adanya tidak jelas.
JALAK NGUWUH, keris lurus dengan panjang
sedang, gandik polos, memakai pejetan dan tingil. Adaada
terlihat jelas dan tebal, sampai keujung bilah.
Bentuknya mirip Tilam Sari, kadang dinamakan Jalak
Nguwoh.
JALAK NYUCUP MADU, keris lurus, panjang normal, pejetan, gandik polos, greneng dan sogokan
berukuran pendek didepan. Umumnya sogokan sempit dan dalam, memakai tikel alis.
JALAK SANGU TUMPENG, salah satu
dapur keris bilah lurus, ukurannya sedang,
gandiknya polos memakai tikel alis, pejetan,
sogokan rangkap, sraweyan dan tingil.
Ricikan lain tak ada. Tuahnya memudahkan
mencari rejeki dan pamornya tidak pemilih.
Biasanya dipunyai pedagang, pegawai Bank,
pengusaha.
JALEN, bagian keris yang berbentuk tonjolan runcing, hanya satu buah, letaknya persis diketiak kembang
kacang.
JALAK SUMELANG GANDRING, keris dapur lurus, bilah
sedang, gandik polos, pejetan dan sogokan satu didepan.
Sogokan belakang tidak ada, memakai tikel alai, kruwingan
dan tingil. Bagian ada-adanya cukup jelas.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 26
JALU MEMET, nama bagian keris yang berupa tonjolan runcing, kecil, pada bagian paling bawah dari
gandik. Diatas bagian Jalu Memet ini hampir selalu ada Lambe Gajah.
JAMANG MURUB, keris dapur lurus, panjang bilah sedang, bentuknya khas, karena gandiknya polos
lebih miring disbanding gandik keris lain, memakai blumbangan, sogokan rangkap berukuran pendek,
memakai lis-lisan dan gusen, ada-adanya cukup jelas.
JANGKUNG MANGKUNEGORO, lihat Segoro Winotan.
JANGKUNG, keris luk 3 ukurannya panjang, bilahnya sedang, kembang kacang berbentuk gula milir,
sogokan rangkap dengan ri pandan.
JANGKUNG PACAR, Luk 3 panjang bilahnya sedang,
kembang kacang, jenggot, lambe gajah dua, sogokan depan
berukuran panjang, ada yang sampai tengah bilah dan ada yang
sampai pucuk.
JAPAN, EMPU, terkenal dijaman Surakarta Hadiningrat, keris buatannya berciri ganjanya agak
melengkung, gulu melednya agak gemuk, sirah cicak meruncing pada bagian ujungnya, wetengannya
meramping, buntut urangnya melebar. Bilahnya berukuran sedang , besi tempaannya matang, pamornya
menancap lumer pandes pada permukaan bilahnya, motif pamor sederhana, Wos Wutah, Pendaringan
Kebak dan pamor sejenis. Bilahnya tidak begitu condong kedepan disbanding dengan keris buatan
Surakarta lainnya. Kalau membuat kembang kacang mirip gelung wayang, sogokan agak dalam dan makin
meruncing keujung, blumbangannya lebar, dalamnya cukup. Kalau tanpa kembang kacang, gandiknya
miring, secara keseluruhan berpenampilan berani dan berwibawa.
JARAN GUYANG, keris dengan Luk 7, gandiknya polos, pakai blumbangan, tingil atau tidak ada tingil
melainkan greneng wuwung.
JAKASUKADGA, EMPU, terkenal dijaman PAKU BUWONO IX di Surakarta, buatannya banyak
dicintai penggemar keris karena apik dan rapi. Pamornya nginden, ukurannya sedang, tidak terlalu tebal,
besinya matang tempaan dan berwarna kebiruan, biasanya berpamor wos wutah, Pendaringan Kebak,
Bendo Segoro, Buntut pari dan sejenisnya. Bagian ganja mendatar, sirah cicak berukuran sedang, guru
meled dan wetengannya juga sedang, buntut urang melebar diujungnya, kembang kacangnya dibuat
menyerupai gelung wayang, lambe gajahnya manis, sogokannya dalam, makin keujung makin sempit,
bagian Dha pada Ron Dha dibuat rapi dan jelas. Jika mempunyai luk maka luknya mempunyai lekukan
yang dalam sehingga secara keseluruhan berpenampilan menarik hati, tampan dan anggun.
JARUDEH, keris luk 9, ukuran sedang, kembang kacang dan lambe gajah satu, memakai jenggot dan
sogokan.
JARUMAN, keris luk 9, ukuran bilah sedang, sogokan rangkap dan memakai sraweyan, gandiknya polos.
JAWA DEMAM, hulu keris yang dikenal di Semenanjung Malaysia, Jambi,
Riau, Brunei, Sabah, berbentuk manusia dengan ikat kapala. Sedang melipat
tangan didepan, bentuk distilir dengan indah terkadang masih dihiasi dengan
ukiran halus dan rumit. Umumnya dari kayu keras, gading atau perak.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 27
JAROT ASEM, nama pamor keris atau tombak yang tergolong langka, gambarnya menyerupai serabut
kasar saling menyilang tetapi tidak saling tindih, tergolong pamor sukar pembuatannya dan masuk pamor
rekan. Tidak memilih dan juga bertuah pemiliknya lebih teguh hatinya dan besar tekadnya.
JENO HARUMBROJO, EMPU, Kalangan pakar dan penggemar
mengakui bahwa EMPU yang ada di Jawa saat ini tinggal satu, yaitu
EMPU Djeno Harumbrodjo yang tinggal di desa Gatak, Sleman
Yogyakarta (15 km barat Yogya) dari silsilahnya EMPU ini memang
keturunan ke 15 dari EMPU Supo pada jaman kerajaan majapahit (abad
13).
JENGGOT, atau JANGGUT, nama bagian keris yang bentuknya berupa tonjolan runcing yang terletak di
“dahi” kembang kacang. Jumlah tonjolan ini pada umumnya tiga buah berderetan.
JERUK NIPIS, lihat NIPIS, JERUK.
JIMAT, KANGJENG KYAI, salah satu Tombak Pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur KUDUP
GAMBIR, dimiliki Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I sejak masih menjadi Pangeran Mangkubumi.
JIRAK, EMPU, terkenal didaerah Tuban jaman akhir Majapahit sekitar abad 12, keris buatannya bertanda
khusus, besinya keras, kering tapi padat. Pamornya lembut menggerombol rapat, kebanyakan Wos Wutah
atau Ngulit Semangka. Bentuk bilah manis menyenangkan, bagian “pinggang” bilahnya menyempit
ramping, panjang bilah sedang, tebal tipisnya cukup. Kalau pakai sogokan dibuat dangkal, gandiknya
pendek ganjanya tergolong ganja wuwung, guru meled dan bagian ganjanya sempit, secara keseluruhan
keris ini berpenampilan ayu, cantik dan anggun.
JOHAN MANGANKALA, salah satu dapur keris luk 13, panjang normal, gandik polos, dua sogokan
normal, sraweyan dan greneng lengkap.
JWALANA, lihat Pamor Tiban.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 28
K
KACANG, EMPU KI, terkenal didaerah Madura pada jaman Majapahit mulai berdiri, tandanya bilah
lebar, ukurannya agak lebih panjang dari keris lainnya, besinya keras berpori halus namuk karena
mengelompok ada kesan kasar. Ganjanya menampilkan kesan miring, kedudukan keris pada ganja miring
kedepan sehingga ada kesan menunduk sopan, bagian gandiknya miring, kalau memakai kembang kacang
maka bagian itu relatip besar tetapi ramping, kesannya keris keras, kasar tapi tidak sombong.
KAGOK, model warangka atau ukiran hulu keris yang tidak bergaya Yogyakarta atau Surakarta.
Warangka gaya Surakarta mengikuti gaya pesisiran dengan sedikit pembaharuan pada bentuknya sedang
warangka gaya Yogyakarta mengikuti gaya Tunggaksemi dengan sedikit pembaharuan pula.
Warangka model kagok dibuat didaerah yang tidak fanatik model Surakarta atau Yogya misalkan Kedu,
Banyumas, Bagelen, Jepara tetapi masing masing daerah juga punya cirri khas daerah masing masing.
KALA CAKRA, Kitanah, hiasan berupa pahatan atau relief pada bilah
keris atau tombak. Bentuknya berupa binatang Kala dan sebuah lingkaran
Cakra. Penambahan ini dimaksudkan sebagai rajah, yakni gambar yang
dianggap mempunyai tuah tertentu. Kinatah ini ada yang dilapis emas atau
perak.
KALA LUNGA, keris Luk 23, ukuran panjang lebih panjang dari keris biasa memakai kembang kacang,
jenggot, lambe gajah dua, jalen dan jalu memet. Memakai sogokan rangkap ukuran normal, sraweyan dan
greneng lengkap, termasuk keris langka, seandainya ada biasanya keris lama.
KALA NADAH, keris luk 5, memakai pejetan dan
sraweyan, ada sogokan rangkap tetapi hanya pada satu
sisi, sisi lain polos tanpa sogokan, ukuran panjang
bilah sedang dan termasuk keris langka.
KALA TINANTANG, keris luk 21, ukuran lebih panjang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu,
sogokan rangkap, ukuran normal, memakai sraweyan dan greneng lengkap, tergolong keris langka dan
buatan lama.
KALAWIJA, keris yang luknya lebih besar dari 13, menurut berita, semua keris yang dibuat lebih dari luk
13 diperuntukan khusus untuk mereka yang dinilai masyarakat mempunyai penampilan atau pribadi yang
lain umpamanya cacat badan, ahli sastra, tari dan sebagainya.
KANCINGAN, keris dengan Luk 17, ricikannya sederhana, hanya kembang kacang, lambe gajah satu dan
tingil saja.
KANDA BASUKI, keris lurus, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, tetapi
memakai Jalu Memet dan greneng lengkap.
KALIANJIR EMPU, hidup dijaman Panembahan Senopati, Mataram, tanda tanda kerisnya, Ganja model
Sebit Ron Tal ukuran sedang, sirah cecak agak kecil, gulu melednya sempit, yang terbanyak memakai
ganja wuwung, tidak memakai pamor. Bilahnya berukuran sedang, baik panjang, lebar maupun tebalnya,
kalau membuat luk maka terlihat menyenangkan, kembang kacang seperti gelung wayang, sogokan serasi
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 29
dan berukuran dalam, jika membuat pejetan atau blumbangan agak sempit dan dalam ukurannya, pamornya
tidak tergolong meriah dan biasanya Pulo Tirto. Keris buatannya berkesan luwes menyenangkan tetapi
wingit dan angker. Katanya baik untuk pegawai negeri untuk mengangkat derajatnya.
KAMALAN, ramuan dari campuran bubuk belerang, garam dapur dan kadang air jeruk nipis (jeruk pecel),
gunanya untuk menuakan keris, tombak dan barang pusaka lainnya, keris yang sudah dikamal maka
permukaannya akan terkikis sehingga tidak tampak bekas gerinda, kikir atau asahan.
KANDANGAN, desa dikawasan Sumenep, Madura bekas tempat tinggal EMPU Keleng.
KANTAR, keris luk 13, ukuran bilah sedang memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan
rangkap dan sraweyan.
KANYUT, bagian keris letaknya diujung belakang ganja, dibagian buntuk cecak yang berbentuk buntut
urang, bentuknya menyerupai duri pipih yang melengkung runcing, jadi seakan akan buntut urang itu
dilengkungkan keatas, sebuah kanyut tidak mungkin dimiliki oleh ganja yang buntut cecaknya berbentuk
nguceng mati.
KARACAN, salah satu dapur tombak luk 7, sisi bilah paling bawah berbentuk menyudut, permukaan
bilahnya ngadal meteng dengan ada-ada yang hampir tak terlihat karena tipis, tombak ini juga memakai
bungkul tetapi kecil dan tipis.Ukuran lebar tombak ini dibagian bawah agak jauh lebih lebar disbanding
bagian tengahnya. Karacan termasuk dapur tombak yang langka.
KARANG KIJANG, BESI, penamaan atas salah satu jenis besi, menurut Ronggowarsito, besi Karang
Kijang adalah besi yang berurat, uratnya seperti air laut, warnya hitam kebiruan.
KARA WELANG, salah satu dapur keris Luk 13, ukuran sedang,
memakai kembang kacang, lambe gajah hanya satu dan ri pandan.
KARIMO, pembuat keris yang hidup di Bangil, Jawa Timur. Hidup dijaman Belanda, keris dan
tombaknya biasanya berukuran kecil dan sederhana garapannya.
KARNA TANDING, lihat KARNA TINANDING,
KARNA TINANDING, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilah sedang, bentuknya ada dua
macam. Pertama keris dengan bilah simetris, memakai sogokan rangkap, sraweyan, greneng didepan dan
belakang. Ada yang mengatakan tidak pakai greneng melainkan kembang kacang dan satu lambe gajah
didepan dan belakang.
KASA, EMPU, terkenal didaerah Madura dan hidup dijaman awal Majapahit. Kerisnya dinilai indah dan
ampuh, ukuran bilah sedang,bagian “pinggang” bilah agak ramping, kedudukan bilah condong kedepan.
Bagian sor-soran dibuat agak tebal. Bagian ganjanya manis bentuknya dan tergolong Sebit Ron , sirah
cicaknya membulat seperti irisan buah melinjo, pamornya lembut tapi meriah, kalau pakai sogokan, maka
sogokannya dalam. Kembang kacang, jalen dan lambe gajahnya biasanya kecil. Penampilan keris secara
keseluruhan menarik hati, memikat namun anggun.
KATUB, jenis besi pembuat keris, berwarna hitam kehijauan, hijau seperti rumput layu.
KEBO DENGEN, atau MAHESA DENGEN, keris luk 5, keris ini memakai kembang kacang, lambe
gajah satu, gandiknya panjang.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 30
KELAP LINTAH, salah satu dapur keris lurus, ukurannya sedang, bilahnya
simetris, mempunyai 2 buah gandik, gandik ini polos didepan dan belakang,
tanpa ricikan apa-apa. Ganjanya iras dan bentuknya kelap lintah.
KELEM, penamaan jenis pamor melalui kesan penglihatan dan rabaan, jika dilihat pamor itu kurang jelas,
kalau diraba terasa nyekrak, tidak halus dan lumer. Ini terjadi karena bahan pamor bukan dari mutu yang
baik.
KEBO DENGDENG, atau MAHISA DENGDENG, keris luk 5, mempunyai sogokan rangkap dan
tembus dari satu sisi ke sisi yang lain. Ricikan lain tidak ada dan tergolong langka.
KELENG, EMPU, hidup jaman Pajajaran, tanda kerisnya, ganjanya agak panjang, bagian bawah
cenderung merupakan garis lurus, tergolong ganja wuwung, sirah cicak tidak lancip, buntut urangnya ada
yang papak dan ada yang ngunceng mati. Gandiknya tidak terlalu miring, bulat dan kokoh agak panjang.
Kalau memakai kembang kacang, bentuknya bagai tunas tumbuh, bentuk Dha pada Ron Dha tidak tegas.
Tikel alis agak pendek, sogokannya dalam dan panjang, bagian janurnya dibuat tajam sampai puyuhan.
Empu Keleng menggunakan besi yang madas dan mentah. Besi itu berkesan kering tapi montok. Pamornya
lembut, tapi tidak ruwet. Penempatan pamor pada bilah tidak menentu, pada umumnya jenisnya pamor
mlumah, antara lain beras wutah, jung isi dunya dan lain lain. Empu ini jarang membuat keris luk, biasanya
keris lurus.
KEMBANG KACANG, atau Tlale Gajah, atau Sekar Kacang,
adalah nama bagian keris yang bentuknya mirip namanya. Di
Semenanjung Malaysia, Riau, Brunei, Sabah disebut Belalai Gajah..
Kembang Kacang ini selalu menempel pada bagian atas dari bagian
gandik. Walau secara umum bentuknya sama tetapi kembang kacang
ada beberapa variasi bentuk yaitu Nguku Bima, Pogok, Gula Milir dan
Nyunti selain itu walau bentuk dasarnya sama tetapi ada beda antara
daerah satu dan lainnya.
KERIS TAYUHAN, keris yang dalam pembuatannya lebih mementingkan tuah dari pada keindahan
garapannya, pemilihan besi atau keindahan pamor sehingga berkesan wingit, angker. Tetapi karena yang
membuat seorang Empu maka factor keindahan tetap ada pada keris tersebut.
KERIS TINDIH, dianggap mempunyai tuah yang baik bagi penggemar tosan aji untuk menetralkan
pengaruh yang kurang baik dari keris lainnya. Keris keris yang masuk jenis ini antara lain berdapur Jalak
Budo, Betok, Semar Tinandu dan Semar Betak.
KERIS PUSAKA KANGJENG KYAI AGENG KOPEK, keris Pusaka Kraton Yogyakarta yang
dianggap PUSAKA UTAMA. Berdapur Jalak Sangu Tumpeng dengan warangka kayu Cendana wangi,
pamor tidak diketahui tetapi pendoknya suasa bentuknya blewahan. KKA KOPEK dulu tanda mata
Susuhunan PAKU BUWONO III kepada Pangeran Mangkubumi melalui Gubernur dan Direktur Pesisir
Utara Pulau Jawa, Nicolaas Hartingh, sewaktu beliau dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal
13 februari 1755.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 31
KERIS PUSAKA KANGJENG KYAI AGENG JAKA PITURUN, dianggap keris jabatan Raja
Yogyakarta, berdapur Jalak Dinding, wrangka kayu Timoho denganpendok Suasa dihias batu permata.
KKA JAKA PITURUN selalu dipakai Pangeran Mangkubumi semasa berperang melawan Belanda.
KEWAL, atau KEWALAN, cara memakai keris di Jawa Tengah, keris diselipkan disela sabuk lonthong,
dipunggung, diantara lipatan kedua dan ketiga, kedudukan keris condong ke arah tangan kiri, hulu keris dan
warangkanya tetap menghadap kearah kiri. Cara ini hanya boleh dipakai para prajurit dalam situasi darurat,
dalam keadaan aman dilarang. Demikian pula orang biasa dilarang menggunakan cara ini.
KIDANG MILAR, keris luk 9, bentuknya sederhana sekali, ukuran bilah panjang, pakai greneng, ricikan
lain tidak ada, biasanya hanya ada pada keris tangguh Madura.
KIDANG SOKA, keris luk 9, Ukuran panjangnya sedang, kembang kacang dengan lambe gajah satu,
sraweyan dan greneng. Ada pula yang pakai ri pandan.
KI NOM, EMPU, terkenal di akhir Kerajaan Majapahit sampai ke jaman pemerintahan Sultan Agung di
Mataram, beberapa ahli keris memperkirakan bahwa usia Ki Nom memang panjang sekali, oleh karena itu
dinamakan Ki NOM oleh Sultan Agung karena kekagumannya terhadap Ki Nom. Tetapi sebagian ahli
mengatakan bahwa terdapat beberapa empu dengan nama Supo Anom yang merupakan turunan Empu
tersebut. Keris keris dan tombak Ki Supo Anom memang indah sekali, banyak diantaranya diberi kinatah
baik yang jenis Anggrek Kamoragan atau kenis yang lain. Sampai sekarang keris nya selalu dicari dan
harganya mahal, tanda tanda utama memberi penampilan anggun. Mewah dan berwibawa.
Ganja buatan Ki Nom, kebanyakan merupakan ganja wilut dan kelap lintah, sirah cecaknya montok dan
meruncing ujungnya, gulu melednya besar dan kokoh, ukuran panjang bilah sedang, lebarnya juga sedang,
tetapi tebalnya lebih disbanding keris buatan Mataram lainnya. Bilah buatannya selalu berbentuk nggigir
lembu. Pamornya rumit, halus dan padat serta rapi penempatannya, besi yang digunakan 2 rupa, bagian
tengah yang bercampur pamor warna besinya hitam keabu-abuan atau hitam keunguan tetapi dibagian
pinggir hitam legam.
Bagian kembang kacang dibuat seperti gelung wayang, tetapi berkesan kokoh, dan bila diamati dari sisi
atas akan berkesan ramping, jalennya kecil dan lambe gajahnya pendek. Blumbangannya dangkal dan
menyempit kearah ujung. Janurnya menyerupai batang lidi.
KIKIK, lihat GANA KIKIK.
KLENTIK, MINYAK, dari buah kelapa digunakan untuk mengolesi tombak, keris, pedang dan lainnya.
Agar tidak berbau tengik biasanya dicampur minyak cendana, kenanga atau melati.
KENANGA GINUBAH, pamor yang tergolong pemilih, bisa
membuat pemiliknya mempunyai kepribadian menarik dan
menonjol dilingkungannya, bentuk menyerupai untaian bunga
kenanga.
KENDIT PELET, gambar pada warangka kayu Timoho berupa
garis hitam atau coklat melingkar sempurna mendatar ditengah
warangka keris atau tombak. Pellet kendit ada beberapa antara lain
Kendit Putih, Kendit Simbar dan Kendit Rante. Gambaran kendit ini
tidak hanya pada kayu Timoho saja tetapi juga pada kayu Elo Wana
serta beberapa kayu lainnya.
KENDIT ILAT-ILATAN, lihat KENDIT SIMBAR.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 32
KENDIT PUTIH, PELET, gambaran pada kayu Timoho berupa garis putih melingkar pada warna dasar
kayu yang coklat kehitaman, tuahnya dipercaya disegani orang.
KENDIT RANTE, gambaran pada kayu Timoho berupa
garis hitam atau coklat tua yang terputus-putus tetapi saling
rapat satu sama lainnya, sering dicari polisi atau jaksa untuk
“mengikat” terdakwa agar tidak lari.
KENDIT SIMBAR, gambar di warangka timoho berupa garis hitam atau coklat tua tetapi garis itu tidak
rata melainkan robek-robek seperti nyala lidah api sehingga disebut juga Kendit Ilat-ilatan.
KERIS AGEMAN, keris yang dalam pembuatannya lebih mementingkan keindahannya daripada tuahnya,
keris jenis ini biasanya dipesan untuk diberikan sebagai kenang-kenangan atau tanda mata.
KERIS MAJAPAHIT, lihat KERIS SAJEN.
KERIS PICHIT, istilah yang dipakai di Semenanjung Malaysia, Brunei, Sabah, Riau untuk keris yang
permukaan bilahnya terdapat lekukan lekukan yang menyerupai bekas pijitan. Di Jawa dinamakan keris
Pejetan.
Dalam kerisologi, keris Pejetan termasuk dalam golongan keris Tayuhan yang lebih mementingkan
kekuatan gaibnya dibandingkan penampilan luar.
KERIS SAJEN, penamaan terhadap keris yang sederhana,
kecil dan hulunya menyatu dengan bilahnya, hulu yang terbuat
dari logam ini biasanya berupa gambaran manusia yang distilir.
Keris saja kebanyakan berpamor sanak. Keris sajen dibuat
khusus untuk keperluan sesaji tetapi ada yang menyebutnya
keris Majapahit padahal keris Majapahit sebenarnya bentuknya
indah dan mutunya tinggi, tidak sesederhana keris sajen.
Banyak keris sajen ditemui di lading, ditengah sawah atau
sungai dan banyak yang sudah tidak utuh karena karat namun
karena itulah sering dibayangkan keris tersebut bertuah dan
ampuh.
KLEREK, KANGJENG KYAI, nama tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Bandotan Luk 9,
semula milik Prawirarana, prajurit Pangeran Mangkubumi. Prajurit ini berhasil membunuh Mayor Clereq
sehingga tombaknya dinamakan Klerek dan diminta Pangeran Mangkubumi sebagai pusaka Kraton.
KLIKABENDA, atau Kalika Benda, nama salah satu keris luk 9, memakai gandik polos, pakai pijetan,
sraweyan, ri pandan serta greneng. Ada yang menyebut keris Kala Bendu.
KODOK, EMPU, terkenal dijaman Mataram dan hidup di Madiun, ada yang menyebutkan EMPU
KODOK nama lain dari EMPU SUPO ANOM, tapi buku yang lain tidak menyebut demikian apalagi ada
perbedaan diantara karya keduanya.
Ciri-cirinya, ganjanya mendatar, sirah cecak meruncing pada ujungnya gulu melednya berukuran sedang,
kesan keseluruhan galak tapi menyenangkan (sumingit), besinya halus nglugut (berbulu bisa-miang),
pamornya rumit, alur garis pamor agak kaku dan tidak begitu halus. Kalau membuat kembang kacang,
bagian ini seolah membengkak bagian pangkalnya, pejetannya dibuat dalam, jalennya pendek, sogokan
berukuran panjang, janurnya dibuat tajam. Bilahnya tidak begitu lebar sehingga memberi kesan ramping.
Kedudukan bilahnya begitu condong kedepan memberi kesan membungkuk.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 33
KORO WELANG, pamor yang menyerupai kulit ular belang, menambah kewibawaan pemiliknya.
Termasuk pamor miring dan sukar dibuat serta pemilih.
KUDI, senjata mirip kujang, banyak terdapat di Jawa dan Madura, kalau kujang adalah senjata genggam
maka Kudi termasuk tombak tangkai pendek sepanjang sekitar 65 – 80 cm. Ada yang berpamor dan kinatah
emas, warangkanya agak aneh sehingga memasukan kudi dari samping bilah bukan dari atas.
KUJANG, senjata khas Parahiyangan, sebenarnya khusus dipakai petani, mulai dibuat sekitar abad 8 atau
9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300
gram. Banyak yang percaya kujang bisa mengusir hama tanaman, menyuburkan tanah dan lainnya.
KUL BUNTET, nama bentuk pamor yang menyerupai bentuk obat nyamuk melingkar, biasanya terletak
dibagian sor-soran. Merupakan pamor titpan yang bisa dibuat kemudian, tergolong pamor pemilih dan
tergolong pamor miring, keris yang memakai pamor ini biasanya keris Tayuhan.
KUMAMBANG, istilah yang digunakan untuk menilai keadaan “tertanamnya” pamor pada besi bilah
keris. Bila hanya menempel saja dan tidak tertanam kuat maka disebut pamor kumambang (mengambang).
KUWUNG, EMPU, Hidup dijaman Pajajaran sekitar abad 11, karyanya kebanyakan berdapur lurus.
Tandanya bagian bawah ganjanya cenderung lurus, gandiknya agak tegak, panjang dan membulat bagian
depan, memberi kesan kokoh, bentuk huruf Dha pada Ron Dha tidak jelas, sogokannya panjang dan dalam,
janurnya dibuat tajam sampai ke pujuhan, kembang kacangnya seperti tunas tumbuh. Empu ini
menggunakan besi padat, kedudukan bilah pada ganjanya agak miring, sehingga keris buatannya
mempunyai kesan menunduk, sopan. Kerisnya agak lebih besar dan panjang.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 34
L
LAKEN MANIK, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Sangkelat luk 13,
warangkanya dari kayu cendana, pendoknya suasa blewahan. Milik Pangeran Hadiwinata yang diberikan
ke Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
LALER MENGENG, nama salah satu dapur keris, bilahnya
sedang dan lurus, gandiknya panjang, kembang kacang terbalik,
dan tidak terlalu menonjol keluar.
Dapur ini tergolong langka dan hanya pada keris keris tua.
LAMENG, salah satu dapur pedang yang tergolong pedang sabet, panjangnya lebih dari 1 meter, tiga
perempat punggung bilahnya lurus selebihnya sampai keujung melengkung seperti garis cembung, bagian
dibagian ujung lebih lebar disbanding pangkalnya. Seluruh isi punggung pedang majal, sejajar dengan isi
punggung terdapat kruwingan, seluruh sisi yang tajam lurus datar. Karena titik beratnya mengarah keujung,
maka penggunaannya tidak gampang, kalau salah menggunakan tangan bisa terkilir, oleh karena itu hanya
prajurit kraton yang berbadan tegap yang menggunakannya.
LAR BANGO, selain nama dapur keris juga nama dapur pedang, yang berupa pedang panjangnya sekitar
85 – 95 cm ujungnya runcing. Dua pertiga bagian punggung merupakan garis lurus, selebihnya lengkung
yang cekung. Bagian yang lurus majal sedang yang cekung makin keujung makin tajam. Sejajar dengan sisi
lurus punggung terdapat kruwingan, sisi tajam didepan yang dibawah membentuk garis cekung kemudian
berubah cembung sepintas seperti huruf S. walau tergolong pedang suduk tetapi sering menjadi pedang
sabet. Titik berat tidak begitu mengarah keujung sehingga enak digunakan. Banyak yang digarap apik dan
dihias dengan pamor yang indah.
Sementara yang keris tergolong keris lurus, ukuran panjang bilahnya sedang pipih, ricikannya kembang
kacang (biasanya kecil), pejetan, tikel alis dan tingil.
LAR NGATAP, atau LAR NGANTAP adalah salah satu dapur
keris bilah lurus, bentuknya agak aneh, gandiknya polos,
memakai pejetan, sogokannya rangkap memanjang hingga
pucuk bilah, keris ini tergolong langka.
LARUNG, dibuang, biasanya untuk yang bertuah buruk, biasanya keris dibersihkan dulu, dibungkus kain
putih dengan bunga dan sedikit kemenyan setelah itu dilarung ditengah kali yang dalam atau laut.
LEGI, EMPU, terkenal pada jaman Mataram, karyanya ditandai dengan ganja melengkung, gulu meled
dan sirah cicaknya besar, buntuk urang melebar pada ujungnya, bilah berukuran sedang dan besi berwarna
hitam keabu-abuan, tempaannya padat dan matang, pamor rumit dan padat, penampilan memberi kesan
lembut dan tampan. Kalau membuat kembang kacang mirip gelung wayang, lambe gajah kecil runcing,
sogokannya berukuran pendek, alurnya agak lebar, bagian blumbangan atau pejetan biasanya dangkal dan
penuh dengan pamor. Gandiknya miring dan tikel alisnya pendek.
LENGIS, KAYU, kayu yang biasa digunakan sebagai tangkai tombak (landeyan), kayu ini dengan olahan
yang baik tidak mudah patah dan ringan serta tetap lurus.
LIMAN LUK TIGA, salah satu dapur keris luk 3, ukuran panjangnya normal, bentuknya hampir sama
dengan keris Naga Siluman luk 3, pada bagian gandik sor-soran terdapat gambar timbul berupa gajah utuh,
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 35
mulai kepala, badan, kaki sampai ekor, ricikan lain hanyalah greneng dan ada-ada. Pada umumnya dilapisi
dengan kinatah emas.
LIMARAN, salah satu motif hiasan kinatah dan sinarasah, khusus dibagian metuk pada sebilah tombak.
Bentuk hiasan mirip dengan motif batik, limaran merupakan deretan pola segitiga melingkar penuh (tepung
gelang – bhs Jawa) pada metuk, dengan posisi saling menyilang.
LIMONIT, salah satu mineral besi terikat air, warnanya kuning, kelabu gelap atau coklat tua, biasanya dari
eropa, Jerman, Perancis. Ada juga keris Jawa menggunakan besi in kemungkinan menggunakan sisa dari
kereta kerajaan yang berasal dari Eropa.
LINDRI, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta, dapur Pasopati, Warangka dari
kayu Timoho dan pendoknya emas murni bertahtakan rajawarna. Dibuat pada Pemerintahan Sri Sultan
Hamengku Buwono II dan diberikan ke putrinya Kangjeng Ratu Maduretno dan kembali ke Kraton di
jaman Sri Sultan Hamengku Buwono V
LINGIRAN, salah satu dapur tombak lurus, potongan melintang tombak biasanya berbentuk segitiga dan
tombak ini berukuran panjang.
LINTANG MAS, pamor yang bentuknya berupa bulatan berlapis seperti pamor Udan Mas, tetapi lapisan
bulatannya lebih banyak sehingga garis tengah bulatan mencapai 1 cm atau lebih. Tergolong pamor pemilih
cocok untuk pedagang permata, kain.
LIS LISAN, garis batas sepanjang tepi bilah keris sejak dari atas kembang kacang keujung bilah terus
kebawah lagi sampai mendekati greneng.
LONING, EMPU, terkenal pada jaman Pajajaran. Tandanya buntut urangnya selalu nguceng mati,
ganjanya tergolong ganja wuwung, guru melegnya panjang dan sirah cecaknya membulat, bagai irisan buah
melinjo. Ukuran gandik dan bentuknya sedang sedang saja, kembang kacang memberi kesan manis tapi
kokoh, lambe gajahnya pendek, sederhana, bagian yang menyerupai Dha pada RON DHA kurang jelas,
jika memakai luk tergolong rengkol, besinya berkesan padas mentah, bilahnya lebar dibagian tengah, dan
sedang dibagian atas gandik. Apabila ada sogokan biasanya dalam dan panjang, janurnya dibuat tajam
sampai ke puyuhan.
LUJUGUNA, EMPU, terkenal pada jaman Kerajaan Kartasura, ada yang mengatakan beliau berasal dari
Madura, tanda kerisnya adalah : ganjanya berbentuk garis datar, sirah cecak lonjong dan meruncing pada
ujungnya, gulu melednya panjang sehingga terkesan kurus. Kalau membuat kembang kacang bentuknya
Nguku Bimo, jalennya berukuran besar, lambe gajahnya panjang menonjol, sogokannya pendek, jika tanpa
kembang kacang, gandiknya panjang dan tidak begitu miring. Blumbangannya dibuat dalam, bilahnya
berukuran agak panjang dibandingkan buatan Mataram pada umumnya. Pamornya banyak, kurang halus
dan tidak nyekrak, yakni tidak perih kalau diraba, penampilannya gagah, kasar dan tegas.
LUK, bagian kelok keris, jumlahnya selalu GANJIL tidak pernah genap, jumlah terbanyak biasanya 13
tetapi ada yang lebih dari itu sampai 29 dinamakan KALAWIJA, sedang jumlah terkecil adalah 3 walau ada
yang menyebutkan bahwa keris luk 1 itu ada.
LUMER PANDES, pamor yang tertanam kuat dibilah, menyembul keluar halus tapi jelas.
LUNG GANDU, nama salah satu dapur keris / tombak, jika tombak ber luk 9, seluruh permukaan bilah
tertutup kinatah Lung-lungan bentuknya nggigir sapi dengan ada-ada tipis disepanjang bilah, sisi ujung
bawah tombak berbentuk menyudut. Karena susah dibuatnya kini dapur ini langka dan jarang ditemui.
LUNG KAMAROGAN, KINATAH, hiasan berupa relief (gambar
timbul) di sebilah keris atau tombak, pahatan relief biasanya dilapisi
emas, dulu yang berhak memakainya adalah abdi dalem berpangkat
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 36
Wedana Kliwon, hiasan ini ada yang sepertiga keris, ada yang
setengahnya dan ada pula yang sampai ujung bilah.
LUWU, PAMOR, biji besi berasal dari pegunungan Torongku dan Ussu diwilayah Luwu, Sulawesi
Selatan. Walau bukan batu meteor tetapi bersipat seperti batu meteor sehingga bisa sebagai bahan pamor.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 37
M
MACAN, EMPU KI, terkenal di daerah Madura pada awal kerajaan Majapahit. Tanda tanda keirnya, bilah
berbadan lebar, keris itu agak tipis dibandingkan buatan Tuban, besinya halus keras tapi berpori, warna besi
hitam kehijauan, jika bilah itu dicuci dalam keadaan putih bersih seakan mengeluarkan bau rempah, pamor
keris umumnya lembut dan mubyar. Ganjanya berukuran normal, bagian bawahnya rata. Ganja ini
tergolong ganja wuwung, gandiknya miring, kalau memakai kembang kacang maka kembang kacangnya
besar dan ramping. Jalennya juga berukuran besar. Sogokannya berukuran dalam, tetapi kaku. Keris
kerisnya berpenampilan keras, berwibawa dan tegas.
MAHESA DENDENG, lihat Kebo Dendeng.
MAHESA LANANG, lihat Kebo Lajer.
MAHESA GENDARI, KANGJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur kebo Lajer, warangka
dari kayu Timoho. Pendoknya dari suasa. Semula milik Adipati Danurejo yang bergelar KPH
Kusumoyudo. Kemudian diserahkan ke Kraton pada masa pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU
BUWONO V.
MAESALENGI, KANGJENG KYAI, Pusaka kraton Yogyakarta, dapur tidak diketahui pasti, ada yang
mengatakan dapur Paniwen ada yang mengatakan Sengkelat, dihias kinarasah emas permata hingga pucuk.
Warangka dari kayu Trembalo dengan pendok dari emas Rajawarna, buatan Penembahan Mangkurat
dimasa Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dan merupakan putran dari keris milik Tumenggung
Sastranegara, bupati Mancanegara.
MAHESA LAJER, lihat Kebo Lajer.
MAHESA NABRANG, dapur keris luk 15, gandiknya polos, lis-lisannya melingkar seluruh bilah. Mulai
dari atas gandik sampai kebagian buntut cecak.
MAHESA NEMPUH, dapur Luk 3, ukuran bilah sedang, gadik polos, memakai pejetan dan tikel alis,
greneng lengkap.
MAHESA SOKA, dapur Luk 3, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, jenggot, lambe gajahnya
dua, tikel alis dan greneng. Sogokannya rangkap sampai ketengah bialah atau kepucuk.
MAHESA TEKI, lihat Kebo Teki.
MALELA KENDAGA, penamaan jenis besi bahan keris atau tosan aji lainnya yang pada permukaan
eolah bertaburan kristal kecil yang mengkilap. Keristal keristal yang berkerlip akan tampak terang jika
bilah keris itu akan tampak terang bila bilah keris itu dalam keadaan putih bersih. Sebagian pecinta keris
membedakan Malela menjadi Pasir Malela dan Malela Kendaga, yang Pasir Malela maka kerlipnya
membiaskan warna putih keperakan sedang Malale Kendaga berwarna kuning emas.
Keris dengan besi ini biasanya keris lama karena pengolahan bahan pasir besi menjadi besi tidak sempurna
MALIK, nama jenis besi bahan pembuatan tosan aji, permukaannya kasar dan warnanya hitam keabuabuan,
jika dijentik dengungnya sember, menurut para ahli tuah besi ini buruk sehingga pemiliknya sukar
mencari rejeki.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 38
MANCUNGAN, bentuk pamor yang serupa dengan Ujung Gunung hanya letaknya terbalik. Bagian yang
lancip justru menghadap ke pangkal. Pamor ini pamor rekan dan pemilih, tuahnya menambah wibawa
pemiliknya.
MENGKON, nama salah satu dapur tombak luk 9, tepi bilah tombak bagian bawah membentuk sudut
dengan tepi menghadap kebawah, diatas bagian mentuk terdapat bungkul dan diatas bungkul terdapat adaada
sepanjang bilah, permukaan bilah seluruhnya berbentuk nggigir sapi.
MANGKURAT (1), nama salah satu dapur lurus yang ukuran bilahnya sedang, bagian gandiknya polos,
memakai pijetan, tikel alis, sogokan rangkap ukuran normal, gusen dan ri pandan.
MANGKURAT (2), salah satu dapur keris Luk 3, panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang,
jenggot, lambe gajah satu, pakai tikel alis, pejetannya dangkal, pakai greneng.
MANGKURAT, UKIRAN, ukiran gaya Yogyakarta, berpenampilan sedang, sesuai untuk orang baik
tinggi atau pendek, juga cocok untuk orang yang lemah lembut atau kasar.
MANGLAR MUNGA, salah satu dapur luk 3 dengan panjang bilahnya sedang, gandiknya diukir dengan
gajah bersayap berbadan naga dan badan ini meliuk ditengah bilah sampai keatas. Ada pula yang badannya
“menghilang” ditengah bilah. Ricikan lainnya adalah ri pandan susun.
MANGUN ONENG, KANGJENG KYAI, pedang pusaka milik Kraton Yogyakarta, berdapur lameng,
dibawa selalu oleh abdi dalem wanita yang senantiasa berada dibelakang raja dalam setiap upacara besar di
kraton.
Kisahnya saat Pangeran Mangkubumi menjadi Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I, saat itu banyak
bupati kraton Surakarta ingin bergabung antara lain Mangun Oneng dari Pati, karena dicurigai akan
berkhianat maka Mangkubumi memerintahkan orang menghukum mati Mangun Oneng dengan Pedang
dan kemudian menjadikan pedang tersebut pusaka kraton.
MANDRABAHNING, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur jangkung mayat,
warangka Timoho dengan pendok emas, merupakan putran dari keris KK TOYATINABAN, dibuat oleh
Empu Lurah Mangkudahana dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
MANGGAR, merupakan nama pamor keris, tombak atau pedang yang bentuknya menyerupai bunga
kelapa dalam untaian. Pamor ini merupakan kumpulan dari bulatan lonjong kecil yang mirip dengan
bulatan pamor Wiji Timun yang letaknya berserakan saling menyudut. Pamor Manggar tersusun dari
pangkal sampai ujung bilah. Tergolong pamor rekan, tuahnya mudah mencari rejeki dan menonjol
dipergaulan, tidak memilih dan tergolong langka, banyak dijumpai di keris buatan Madura.
MANIKEM, pamor yang gambarnya merupakan bulatan bulatan berlapis, berjajar berderetan dari pangkal
sampai ujung bilah, garis tengah bulatan mencapai 1.5 – 2 cm dan tiap bulatan terdiri lebih dari 8 lapis.
Bulatan satu dengan lainnya dihubungkan dengan garis garis pamor. Disukai pedagang dan pengusaha
karena tuahnya gampang mencari rejeki.
MARANGI, atau mewarangi adalah pekerjaan membersihkan dan memberi warangan pada bilah keris atau
tosan aji lainnya. Tujuannya untuk menampilkan gambaran pamor sekaligus menambah keawetan keris
tersebut. Jika proses ini berjalan baik maka pamor akan tampak maksimal dan indah.
Sebelum diwarangi, keris harus lebih dahulu dibersihkan sampai putih, disebut mutih, ini membersihkan
bilah dari sisa minyak, warangan atau karat. Cara mewarangi ditiap daerah berbeda walau tujuannya sama.
Sisa warangan lama dan karat dibersihkan dengan cara merendam dalam air kelapa basi (setelah disimpan
sekitar 2 minggu), bisa juga dengan memakai buah mengkudu masak sekitar 15 buah. Setelah direndam,
tergantung dengan tebal karat atau banyak kotoran, seringkali rendaman ini memakan waktu 1 minggu atau
lebih, maka bilah dicuci dengan air jeruk nipis dicampur buah klerak atau bisa juga dengan sabun colek,
dibilas, digosok dengan sikat gigi secara perlahan agar tidak merusak pamor. Proses ini diulang sampai
bilah berwarna putih dan tidak ada lagi minyak atau kotoran lain menempel di bilah. Warangan yang baik
adalah berupa kristal warangan alam yang berwarna jingga kemerahan, setelah dihancurkan menjadi bubuk,
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 39
dicampur dengan air perasan jeruk nipis. Sering karena mendapatkan warangan susah, maka orang
menggunakan arsenikum, tetapi hasilnya kurang baik.
MARAK, adalah salah satu dapur keris lurus berukuran sedang, gandik polos. Memakai sogokan didepan,
greneng lengkap. Kadang disebut dapur Merak.
MARA SEBA, salah satu dapur keris lurus ukuran sedang. Gandik polos dengan pejetan, tanpa tikel alis.
Memakai greneng, sogokan rangkap, ukuran normal tetapi bagian janurnya tebal sehingga jarak sogokan
depan dan belakang terkesan jauh.
MASUH, tahap awal pembuatan tombak, keris dan lainnya. Bagian besi ditempa berulang kali sehingga
kotoran dan kandungan karbon keluar sebagai percikan bunga api, jika sudah selesai maka besi ini menjadi
besi wasuhan yang bersifat ulet, liat dan mudah dibentuk.
MAYANG MEKAR, nama pamor yang tergolong langka,
tergolong pamor rekan dan bertuah dikasihi rekan
sekelilingnya tetapi teramasuk pamor pemilih.
MAYAT MIRING, dapur keris lurus berukuran sedang, ganjanya agak membungkuk dan bagian
gandiknya polos. Memakai gusen, sogokan belakang dan pejetan. Bila posisi bilah tidak membungkuk
biasa disebut dapur MAYAT saja.
MBATOK MENGKUREB, sebutan model ganja keris yang bentuknya melengkung, dilihat dari samping
seperti garis cekung. Mirip ganja sebit ron tal, bedanya pada Mbatok Mengkureb garis dibawah sirah cicak
den gulu meled juga cekung.
MBUGISAN, penamaan pamor berdasarkan kesan penglihatan terhadap pamor tersebut. Pamor apapun
yang ada degradasi warna antara besi dan pamor tidak jelas disebut mbugisan, ini terjadi saat dibuat suhu
terlalu tinggi sehingga bahan pamor luluh kedalam bahan besinya.
MBUNTUT TUMA, salah satu dari 4 macam bentuk ujung bilah
keris atau tombak, menyerupai bentuk ekor kutu rambut. Keris buatan
Surakarta banyak yang ujungnya berbentuk mbuntut tuma, lagi pula
bentuk ini kebanyakan hanya disukai oleh pecinta keris di daerah
Surakarta.
MBUNTUT URANG, lihat buntut urang.
MEGANTARA, nama salah satu dapur keris Luk 7, model luknya menyerupai dapur Murma Malela, jarak
antara luk pada bagian dekat dengan ujung bilah lebih rapat satu sama lain disbanding dengan bawahannya.
Ricikan kembang kacang, lambe gajah satu, jalen dan greneng.
MEKANGKANG, nama jenis bahan besi untuk membuat keris, ada dua macam yaitu Mekangkang
Lanang dan Wadon, tuah dari Mekangkang Lanang baik untuk prajurit, bisa menambah waibawa,
warnanya hitam keunguan dan jika diamati teliti seakan mempunyai semacam urat urat halus tetapi kalau
diraba permukaannya halus lumer dan kalu dijentik berbunyi dengung yang panjang. Untuk Mekangkang
Wadon warnanya ungu tua kebiruan, pada permukaannya seolah tersebar kristal kecil yang membiaskan
warna kebiruan, jika dijentik berbunyi dengung pendek. Konon baik untuk pegawai agar disayang atasan.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 40
MELATI RINONCE, pamor yang bentuknya mirip untaian bunga
melati yang diuntai dengan benang mulai ujung pangkal sampai ujung
bilah, tergolong pamor rekan dan tidak memilih. Dipercaya baik untuk
mencari rejaki.
MELATI RINENTENG, sebutan lain melati rinonce.
MELATI SINEBAR, pamor berbentuk kumpulan bulatan menyebar berurutan dari ujung bilah sampai
pangkal, penampang bulatan terluar sekitar 1 cm, biasanya ada 6 atau 8 lapis bulatan. Bukan pamor
pemilih, disukai pengusaha dan pedagang, termasuk pamor rekan.
MENDAK, perlengkapan hiasan
pada sebilah keris, bentuknya
seperti cincin melingkar pada
pangkal pesi sebilah keris. Terbuat
dari logam perak, emas atau
suasa/kuningan. Seringkali
ditambah permata, intan berlian
atau batu mulia lainnya, harganya
bisa bervariasi dan menentukan
status social pemakainya.
MENDARANG, atau Mundarang, dapur keris lurus berukuran sedang. Memakai kembang kacang, lambe
gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng lengkap.
MENDUNG, EMPU, empu yang hidup didaerah Blambangan pada jaman Majapahit. Tanda keris
buatannya, bentuknya sedang, kesannya ramping dan manis namun keras berwibawa, besinya umumnya
hitam dengan tempaan matang namun ada kesan glugut seperti berbulu halus. Jika memakai sogokan
biasanya dangkal dan agak pendek. Kalau memakai luk biasanya dalam dan rengkol memberi kesan padat.
Pamornya umumnya merata penuh tetapi tidak mubyar.
MESEM, keris lurus dengan panjang bilah sedang. Memakai kembang kacang, lambe gajah satu.
METUK, merupakan bagian tombak yang bentuknya seperti
cincin. Letaknya tepat dibawah sor-soran. Kegunaannya untuk
menahan bilah tombak apabila ada benturan masuk kedalam
tangkainya. Sering dihias dengan ukiran berbagai motif seperti
limaran, teratai.
MIJI TIMUN keras diujungnya, maka bilah tombak tidak, lihat Wiji Timun.
MINETTE, jenis mineral besi berwarna coklat terdiri dari trioksida besi terikat air dengan rumus kimia
Fe2O3H2O.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 41
MINYAK KERIS, campuran beberapa jenis minyak digunakan
untuk pewangi dan pengawet tosan aji, umumnya campuran
minyak cendana, melati, kenanga dan lainnya, sebagai
pencampur umumnya minyak klentik atau sekarang banyak
dipakai minyak Singer. Minyak yang kurang baik akan
menyebabkan bau tengik, mengakibatkan jamur dan merusak
bilah.
MLOYOGATI, EMPU, nama empu yang kurang terkenal dari Blambangan dijaman Majapahit. Kerisnya
berbilah kecil agak tebal tetapi ramping. Besinya seringkali berwarna hitam kelam pada tempaannya.
Banyak membuat pamor miring. Ganjanya sering model Mbatok Mengkurep, secara keseluruhan kerisnya
memberi kesan tangkas, terpercaya dan manis dipandang.
MINYAK RASE, bahan pembuat minyak keris dari binatang Rase, sejenis Musang, didekat alat
kelaminnya. Sudah jarang dipakai karena populasi Rase yang tinggal sedikit.
MRANGGI, orang yang punya keahlian membuat warangka keris, tombak atau sarung pedang. Biasanya
juga sebagai tukang mewarangi. Ia harus bisa memahami watak pemesannya agar bentuk warangkanya
sesuai dengan sifat orang tersebut. Selain itu mengetahui sifat kayu dan jenisnya agar menghasilkan bentuk
warangka yang artistic, baik dan tahan lama.
MRAMBUT, bentuk pamor menyerupai garis yang
membujur dari pangkal keujung bilah. Garis ini bukan garis
yang utuh melainkan terputus-putus, sepintas lalu seperti
pamor Adeg, bedanya pamor Adeg garisnya tidak terputus.
Tuahnya menangkal segala sesuatu yang tidak diingini,
pamor ini pemilih.
MRUTUSEWU, salah satu bentuk pamor dengan gambaran
merupakan kumpulan garis-garis dan bulatan yang saling
berdekatan sehingga tampak ruwet, sepintas mirip pamor Sisik
Sewu. Tersebar dari pangkal sampai ujung bilah. Termasuk
pamor mlumah, tidak pemilih dan tuahnya untuk pergaulan.
MULYAKUSUMA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta, dapur Pendawa
Cinarita, luk 5 dengan warangka dari Cendana. Pendoknya jenis blewahan serta dari suasa. Keris ini
didapat sebagai hadiah untuk Sri Sultan Hamengku Buwono II ketika ditawan di Pulau Penang.
MURMA MALELA, Salah satu keris dapur luk 7 dengan luk
makin kearah pucuk makin rapat. Ricikannya, kembang kacang
dan lambe gajah dua, tergolong dapur langka.
MUNGGUL, PAMOR, bentuknya seperti bisul, menonjol dari
permukaan bilah sebesar biji kacang hijau atau lebih besar sedikit.
Pamor ini sangat keras dan tidak hilang dikikir dengan kikir baja
karena terbuat dari bahan titanium yang keras. Dianggap pamor
yang baik dan sukar dicari, sering selain pada keris Jawa , pamor
ini terdapat di badik badik buatan Bugis dan Luwu.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 42
MUTIH KERIS, satu tahapan dari membersihkan serta mewarangi keris. Biasanya direndam air kelapa
basi baru disikat perlahan lahan dilarutan jeruk nipis berkali-kali sampai sisa warangan dan minyak hilang
sama sekali dan keris tampak putih seperti pisau dapur yang baru diasah.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 43
N
NABI SULAIMAN, nama pamor yang letaknya didaerah sorsoran,
merupakan pamor titipan, pamor yang dibentuk kemudian
setelah bilah keris selesai dikerjakan. Bentuk pamor menyerupai
bintang segi enam, tuahnya baik terutama dalam keadaan darurat
tetapi pamor ini pemilih dan katanya hanya raja atau
keturunannya yang bisa memilikinya.
NAGA GAJAH, keris luk 7, gandik keris diukir kepala gajah lengkap dengan telinga dan belalai tetapi tanpa
badan. Ricikan lain adalah sraweyan, ri pandan dan greneng. Kadang memakai gusen, selain itu tak ada ricikan
lain. Keris ini tergolong langka, seandainya ada kemungkinan bikinan baru atau tangguh muda, adapun pecinta
keris menyebutnya Naga Liman.
NAGA KIKIK, lihat GANA KIKIK.
NAGA KIKIK LUK LIMA, liaht Naga Salira.
NAGA LIMAN, lihat NAGA GAJAH.
NAGA PASA, lihat NAGA TAPA.
NAGA PENGANTEN, salah satu dapur luk 9, keris ini gandiknya kembar depan belakang dan diukir kepala
Naga dengan badan saling membelit mengikuti kelokan luk pada bilah keris. Bagian ganja memakai greneng,
pada umumnya dihiasi kinatah emas. Seringkali pada moncong dua Naga tersebut dijejali dengan butiran emas
atau berlian. Tujuannya untuk meredam sifat galak dari penampilan Naganya.
NAGA KERAS, salah satu dapur keris luk 7, ukuran bilah sedang,
memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan
sraweyan. Ada yang mengatakan gandiknya dibuat dengan bentuk
kepala Naga dengan ekornya meliuk mengikuti belokan luk sampai
keujung. Keris ini memakai greneng, tetapi menurut buku lama
keris ini dinamakan Naga Sasra luk 7.
NAGA PUSPITA, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, dapurnya tidak jelas, ada yang
mengatakan berdapur Sengkelat tetapi ada yang mengatakan berdapur Naga Sastra. Warangkanya kayu
Trembalo, pendok dari emas bertahta intan permata, dibuat di jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO II,
tempat pembuatannya di Pulo Gedong, Taman Sari. Setelah selasai diberikan pada Gusti Raden Mas Surojo
yang kemudian menjadi Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
NAGA, KANGJENG KYAI, salah satu Pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Pasopati, pamor Kembang Pala,
warangka kayu Timoho jenis bosokan, dengan pendok Emas Rajawarna.
Dibuat di Tamanan Kraton, dimasa pemerintahan Sri Sunan HAMENGKU BUWONO I.
NAGA RANGSANG, bentuk pamor yang mirip dengan Blarak Ngirid, perbedaan hanya pada arah garis yang
menyerupai daun kelapa, pada Blarak Ngirid arahnya keujung sedang Naga Rangsang sebaliknya. Tuahnya
menambah wibawa, tetapi pamornya pemilih.
NAGA RANGSANG, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Jalak dengan Gandik Naga,
keterangannya tidak jelas, mungkin dapurnya Naga Tapa, Warangkanya kayu Cendana, pendok dari emas
bertahtakan permata, semula milik Sri Sunan HAMENGKU BUWONO I.
NAGA SALIRA, salah satu dapur keris luk 5, bentuknya ada 2 macam.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 44
Yang pertama : Gandik keris ini diukir dengan bentuk Serigala duduk, kadang dinamakan Naga Kikik luk 5,
sumber lain mengatakan mirip dengan Naga Siluman, jadi pada gandik diukir kepala Naga bukan Srigala,
bedanya pada bagian badan lengkap dengan sisiknya sedang Naga Siluman tidak.
NAGASASTRA, salah satu dapur luk 13, bagian gandik diukir dengan
kepala Naga sedang badan mengikuti luk ditengah bilah sampai keujung,
ricikan lain kruwingan, ri pandan dan greneng, pada dapur Nagasastra
yang baik biasanya dilapisi dengan logam emas (Kinatah mas), dapur
Nagasastra ada yang luk nya 9 dan 11 sehingga harus disebut luknya.
NAGA SILUMAN (1), salah satu dapur keris luk 7, bagian gandik ada
ukiran Naga dengan mulut menganga lalu badan naga menghilang
dibagian bilah, selain itu terdapat sraweyan, ri pandan dan greneng. Dapur
ini tergolong popular.
NAGA SILUMAN (2), salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilah sedang, bagian gandik diukir kepala Naga
dan badan menghilang menyatu dengan bilah, ganja nya biasanya Kelap Lintah.
NAGA SINGA, lihat Singa Barong.
NAGA TAPA, salah satu dapur keris lurus dengan bilah sedang, gandik diukir Kepala Naga sedang badan
Naga ditengah bilah sampai ujung. Biasanya memakai greneng lengkap, sebagian menyebutkan keris ini
berdapur Naga Pasa.
NEM-NEMAN, sebutan untuk keris atau tombak yang belum lama dibuatnya, berlaku di Surakarta,
Yogyakarta dan sekitar dijaman Sunan Pakubuwono IX dan X serta Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan
VIII.
NGADAL METENG, penamaan terhadap bentuk permukaan bilah keris atau tombak jika permukaan itu
cembung dan menyerupai punggung binatang kadal yang sedang mengandung sehingga disebut Ngadal
Meteng.
NGAMAL, Pelet, lihat Nyamel, Pelet.
NGAMPER BUTA, keris luk 17, tergolong Kalawija, ukuran panjang bilahnya sedang, kembang kacang,
lambe gajah satu, jalen blumbangan dan greneng lengkap. Dapur Ngamper Buto tergolong langka.
NGERON TEBU, penamaan tepi bilah yang tidak rata dan menggerigi karena penempatan bahan pamor
ditepi bilah, sebagian orang mengatakan ini kurang baik karena tepinya tidak rata tapi sebgian lagi mengatakan
baik. Keris ini menggunakan bahan pamor lebih banyak dibandingkan keris biasa.
NGGAJIH, penamaan pamor berdasarkan kesan penglihatan, pamor yang tampak berlemak disebut Nggajih.
Jadi pamor jenis apapun kalau tampaknya berlemak disebut Nggajih seperti Ngulit Semangka Nggajih dan
sebagainya.
NGGIGIR LEMBU, atau Nggigir Sapi, penamaan bentuk permukaan bilah keris atau tombak. Memakai adaada
jelas dan disisi kiri kanan bagian ada-ada itu memberi kesan “montok”, maka permukaan bilah seperti itu
dinamakan Nggigir Lembu.
NGINDEN, penampilan pamor yang seolah dapat membiaskan cahaya berkilau seperti akik.banyak dijumpai
keris nem-neman buatan Surakarta.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 45
NGINGRIM, salah satu ragam pelet pada kayu Timoho, gambaran itu berupa garis-garis pendek dan panjang
bercampur sejajar tak beraturan. Warna garis itu hitam dan coklat tua diatas kayu berwarna coklat keputihan
atau abu-abu, kayu ini biasanya mahal harganya.
NGLEMPUNG, jenis besi yang penampilannya mempunyai kesan padat dan matang tempaan. Besi yang
nglempung seolah tidak berpori sehingga tidak gampang kropos.
NGLOLOS PUSAKA, salah satu cara melepaskan keris dari warangka dengan cara menggerakan warangka
tersebut, sehingga bilah keris keluar dari warangka. Caranya dengan memegang ukiran (hulu keris) dengan
tangan kanan. Tangan kiri memegang bagian pendok atau gandar keris kemudian bergerak menjauhi badan
sedangkan tangan kanan tetap.
NGRING HESTI, salah satu dapur tombak lurus, bilah simetris, menyerupai dapur Baru, bagian tengah sisi
bilah ada lekukan landai menyerupai pinggang,lebar bilah bagian atas pinggang lebih sempit dibandingkan
bawahnya, sedikit dibagian bawah ada pudak sategal simetris di kiri, kanan sisi bilah.
NGRING SEMBEN, salah satu dapur tombak lurus, symetris, bagian atas menyerupai bentuk Daun Andong,
bagian diatas mentuk ada bungkul tipis, diteruskan ada-ada sampai ujung bilah dan permukaannya berbentuk
Nggigir Sapi.
NGUCENG MATI, salah satu bentuk ujung dari buntut cecak pada sebuah ganja. Ujungnya meruncing
seolah merupakan ujung sumbu lilin atau lampu minyak, ganja ini banyak terdapat pada keris buatan Pajajaran,
Tuban dan Madura tua.
NGUDUP GAMBIR, salah satu dari 4 macam bentuk ujung sebilah keris atau tombak, menyerupai kuncup
Bunga Gambir yang belum mekar, banyak terdapat pada ujung tombak.
NGUKU BIMA, salah satu bentuk Kembang kacang, menyerupai kuku Bima dalam Wayang, bagian pangkal
besar dan lebar sehingga menimbulkan kesan kokoh, sedang ujungnya meruncing tetapi tidak melingkar seperti
gelung wayang.
NGULIT SEMANGKA, nama pamor yang mirip kulit semangka. Tergolong pamor tiban, tuahnya
memperluas pergaulan, tergolong pamor mlumah dan cocok dipakai siapapun.
NUR, nama pamor yang berbentuk mirip hurup S terletak dibagian sor-soran. Tuahnya baik sebagai tempat
bertanya, cocok untuk guru, tergolong pamor pemilih.
NGUNUS PUSAKA, salah satu cara melepas keris dari Warangkanya. Tangan kanan memegang hulu keris,
tangan kiri memegang pendok atau gandarnya, kemudian tangan kanan bergerak keluar manjauhi badan
sedangkan tangan kiri tetap pada tempatnya, cara ini hanya dilakukan bila akan digunakan untuk maksud yang
kurang baik.
NIPIS, JERUK, jeruk yang digunakan untuk mencuci dan pembersih keris, tombak dll, ilmiahnya bernama
Citrus Aurantifiola, di Jawa Tengah dan Timur disebut Jeruk Pecel.
NYAMBA, hulu keris berbentuk kepala dan tubuh tokoh wayang, kebanyakan berbahan kayu dan diukir lalu
disungging. Ada juga yang berhulu tanduk, gading atau bahan logam.
NYAMEL, bentuk gambaran pellet kayu Timoho, berupa noda hitam besar (ceplok-ceplok, bhs Jawa),
bentuk tak menentu tetapi mendekati bulat. Disukai walau sederhana tetapi indah.
NYEPUHI, cara yang digunakan empu agar kerisnya tidak mudah bengkok dan tidak gampang majal, keris
yang sudah selesai penggarapannya dibakar lagi sampai sekitar 500 derajat C, segera dimasukan kedalam air
dingin atau air ramuan atau air kembang setaman, atau dimasukan kedalam minyak baru ke air. Nyepuhi
pekerjaan yang paling banyak resikonya jika gagal maka keris yang telah 99% selesai akan gagal, langsung rusak
tidak bisa diperbaiki lagi.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 46
NYUJEN, salah satu dari 4 bentuk ujung keris atau tombak, menyerupai tusukan sate, keris buatan luar Jawa
banyak yang Nyujen Sate, selain Nyujen ada yang berbentuk Gabah Kopong atau Mbuntut Tuma.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 47
O
OGLENG, salah satu cara pemakaian keris di Jawa Tengah khususnya di daerah Surakarta. Keris diselipkan
disela sabuk lontong dilipatan kedua dan ketiga dari atas, yang umum keris dicondongkan kearah tangan kanan
dengan hulu dan warangka menghadap ke kiri.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 48
P
PAGELEN, EMPU, Empu yang hidup dijaman Pajajaran, walau karyanya indah namun disbanding empu
yang lain dia kurang terkenal, mungkin karena karyanya tidak banyak. Ukuran bilahnya panjang lebar dan besar,
memberi kesan gagah. Ganjanya panjang dan lurus berbentuk Ganja Wuwung, guru melednya panjang, sirah
cecak agak membulat dan blumbangannya berukuran luas.
Umumnya keris buatan empu ini berwarna hitam padat liat dan berkesan kering, pamornya lembut dan pandes,
seolah tertancap kuat di bilah, gambar pamor sederhana, terbanyak Wos Wutah, kedudukan keris pada ganjanya
tidak terlalu membungkuk. Penampilannya memberikan kesan tenang, berwibawa dan menarik hati.
PAKEM KERIS, panutan, pegangan dan rujukan segala sesuatu mengenai yang berkaitan dengan eksoteri
keris, tetapi kadang ada perbedaan sedikit dari apa yang dianut oleh satu dengan yang lain.
PAKUBUWANAN, UKIRAN, model hulu keris gaya Yogyakarta, ukirannya berpenampilan “kendo” sesuai
dengan orang yang berwatak sabar, lembut dan sedang tingginya.
PAMENGKANG JAGAD, adalah bilah keris yang retak terbelah dibagian tengah atau bawah, ini karena
sewaktu penempaan suhunya kurang tinggi sehingga satu saat penempelan besi dan pamor akan lepas dan retak.
Walau termasuk keris cacat, tetapi banyak juga yang menyukainya.
PAMETRI WIJI, organisasi pecinta budaya keris dan senjata traditional Indonesia. Di Yogya didirikan sekitar
tahun 1982, di Jakarta tahun 1983 didirikan juga organisasi serupa.
PAMOR AKHODIYAT, adalah bagian kelompok pamor yang mempunyai kecerahan lebih dari yang lain,
sepintas seperti lelehan putih keperakan. Ini yang terjadi karena suhu yang tepat saat penempaan.
PAMOR LULUHAN, terjadi karena proses pemanasan yang suhunya terlalu tinggi, bahan besi dan pamor
menyatu terlalu erat sehingga batas besi dan pamor susah dilihat dengan mata. Yang banyak memakai pamor ini
adalah keris buatan Blambangan.
PAMOR MAS KEMAMBANG, pamor yang letaknya dibagian Ganja. Bentuknya merupakan garis mendatar
yang berlapis-lapis, termasuk baik tuahnya.
PAMOR MUNGGUL, pamor yang bentuknya seperti bisul, menonjol dari permukaan bilah sebesar biji
kacang hijau atau lebih besar sedikit. Pamor ini sangat keras dan tidak bisa hilang walau dikikir dengan baja
karena sifat bahannya sangat keras (Titanium).
PAMOR REKAN, pamor yang gambar motifnya sudah dirancang terlebih dahulu dan biasanya berdasarkan
pesenan calon pemilik keris.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 49
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 50
PAMOR SUMBER, pamor yang letaknya dibagian ganja, bentuknya bulatan berlapis-lapis, paling sedikit ada 3
lapisan. Dalam sebuah ganja, jumlah bulatan yang menyerupai “mata-kayu” itu paling sedikit 6 buah, pamor
ini tergolong baik dan dicari orang.
PAMOR TIBAN, tidak direncanakan terlebih dulu, si empu hanya menempa sambil berdoa, contohnya Wos
Wutah, Pandaringan Kebak, Pulo Tirto, Tunggak Semi dll.
PAMOR WINIH, pamor yang terletak dibagian ganja bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis, paling sedikit
tiga lapisan, semacam “mata-kayu”. Pamor ini tergolong baik dan dicari orang.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 51
Macam o.
PANAH, senjata traditional yang dijumpai disemua
daerah. Terdiri dari dua bagian yaitu busur dan anak
panah. Di Indonesia biasanya busar dibuat dari kayu
atau bambu sedang anak panah dari bambu, kayu atau
rotan.
PANCURAN MAS, PAMOR, pamor yang gambar
motifnya menempati dua pertiga bagian keris, yaitu
bagian bilah dan ganja. Gambarnya berupa garis lurus
mulai ujung bilah sampai pangkal yang bersinggungan
dengan bagian ganja. Kemudian dibagian ganja, garis itu
pecah menjadi dua, secara menyeluruh seperti lidah ular
bercabang. Pamor ini dinilai baik untuk pedagang dan
pengusaha.
PANDES, istilah untuk menyatakan “tertanamnya” pamor pada wilah besi. Pamor ini tampaknya seolah
tertanam kuat pada bilah besi dan menyembul keluar kepermukaan dengan jelas dan tegas. Penyebutan pamor
pandes biasanya hanya digunakan untuk mengamati tangguh keris, misalnya salah satu tanda keris buatan empu
Ki Nom adalah, pamornya Pandes.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 52
PANDU NAGA, nama salah satu dapur tombak luk 3. memakai gandik yang dibentuk menyerupai kepala
Naga dikedua sisi didaerah sor-soran. Badan Naga mengikuti lekukan tepi bilah sesuai dengan luknya, sedang
ditengah bilah diantara badan Naga tersebut berbentuk ngadal meteng. Tombak ini tergolong langka dan
biasanya dari jaman Mataram Sultanagungan.
PANGERAN SEDAYU, atau PANGERAN SENDANG SEDAYU, nama seorang empu terkenal dijaman
Majapahit. Kerisnya dapat ditandai dengan cirri sebagai berikut, Ganjanya tergolong Ganja Wuwung, yakni
datar, namun dibagian ujung dekat buntut cecak agak melengkung kebawah. Ukuran ganja sedang, demikian
pula ukuran bagian bagian ganja semua serba serasi, bagian buntut cecaknya berbentuk buntut urang. Bilahnya
berukuran sedang, baik panjangnya, lebar maupun tebalnya, pendek kata semua dibuat serasi. Seluruh bagian
keris, termasuk ricikannya digarap dengan cermat, rapi, ayu dan sempurna. Begitu rapinya sampai-sampai tepi
bagian sogokannya mempunyai kesan tajam. Oleh kebanyakan pecinta keris, buatan Pangeran Sedayu dianggap
sebagai keris yang paling sempurna dari semua keris yang ada.
Salah satu tanda paling menyolok, besinya selalu dari bahan pilihan, hitam, halus dan lumer matang tempaan.
Kesannya seolah-olah besi itu selalu basah bahkan menurut pecinta keris cukup diberi minyak dua tahun sekali
dan dibersihkan serta diwarangi tiap 5 tahun sekali. Pendapat ini didasarkan karena memang besi itu benarbenar
tahan karat.
Pamor keris ini tergolong pamor luluhan yang lembut sekali, pamor yang muncul ke permukaan bilah sedikit
sekali, bahkan tidak ada yang nyata nyata muncul. Keris buatannya mempunyai penampilan tampan, tangkas,
berwibawa oleh karena itu banyak diminati pejabat negara atau mereka yang tergolong pemimpin. Dan karena
keindahan serta kesempurnaan garapannya maka nilai dan mas kawin keris buatan Pangeran Sedayu tergolong
yang tertinggi dibandingkan yang lain.
PANGOT, salah satu senjata tradisional di Jawa dan Bali, bentuknya menyerupai pisau dapur tetapi dibentuk
rapi dan indah. Punggung bilah tumpul. Pada ujung bilah bentuknya agak mencuat kebelakang. Walau dibuat
dari besi baja, kadang diberi pamor. Pangot memang dibuat untuk keperluan praktis.
PANGGANG LELE, nama salah satu dapur tombak
luk 3, disisi bilah yang menghadap kebawah terdapat
semacam bentuk yang menyerupai jenggot. Diatas
bagian mentuk terdapat bungkul yang diteruskan
dengan ada-ada yang terlihat jelas sampai keujung bilah.
Seluruh permukaan bilah berbentuk nggigir sapi.
PANGGANG WELUT, salah satu dapur tombak luk 5 atau 7, disisi bilah yang menghadap kebawah ada
semacam bentuk yang menyerupai jenggot. Diatas begian mentuk terdapat bungkul yang dilanjutkan dengan
ada-ada sampai keujung bilah. Separuh panjang tombak bagian bawah permukaannya berbentuk ngadal meteng,
sedang diatasnya pipih datar saja.
PANIMBAL, salah satu dapur keris luk 9, ukuran sedang memakai kembang kacang, lambe gajah ada dua,
memakai sogokan rangkap, sraweyan dan greneng. Ricikan lain tidak ada.
PANINGSET, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya, luk 13 dan berdapur Parungsari, warangka
dari kayu Trembalo dengan pendok dari emas murni bertahta emas permata dikelilingi manik manik. Semula
keris ini milik Pangeran Mangkukusuma yang kemudian dipersembahkan ke Sri Sultan HAMENGKU
BUWONO V.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 53
PANIWEN, nama salah satu dapur keris luk 9, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, kadangkadang
kembang kacangnya pogok, lambe gajahnya satu, selain itu sogokan nya rangkap, sraweyan dan greneng.
PANJAK, sebutan orang yang bekerja pada seorang empu. Ia merupakan tenaga kasar yang kerjanya menempa,
menangani ububan dan menambah arang di perapian serta kerja kasar lainnya. Seorang panjak yang menyerap
ilmu sang empu suatu saat bisa juga menjadi empu.
PANJAK SEDAYU, sebutan bagi kelompok pembantu empu Pangeran Sedayu yang juga membuat keris mirip
dengan karya empu Pangeran Sedayu pada jaman Majapahit, walau belum punya nama sendiri tetapi keris
buatannya cukup indah.
Keris ini berukuran bilah sedang, besinya hitam berserat, pamor sederhana, umunya Pulo Tirto atau Wos
Wutah, tanda tanda lainya bagian ganja mempunyai sirah cecak yang meruncing ujungnya. Guru melednya
sedang, wetengannya juga sedang. Sogokannya dalam, ujungnya agak melengkung, janurnya dibuat tajam. Kalau
membuat Dha pada bagian Ron Dha, jelas dan manis sekali. Kruwingannya jelas, begitu juga kalau membuat
gusen dan lis-lisan. Bagian ada-ada dibuat rapi sehingga ujung bilah. Keris buatan Panjak Sedayu mempunyai
penampilan manis berwibawa tetapi tidak seanggun buatan Pangeran Sedayu.
PANJIANOM, atau Panji Nom, salah satu dapur keris lurus. Bilahnya berukuran sedang, bentuknya berkesan
agak membungkuk mamakai sogokan rangkap, sraweyan dan greneng.
PANJI HARJAMANIK, KANGJENG KYAI, salah satu pusaka kraton Yogya, berdapur Pendawa Paniwen
walau nama ini tidak ada dalam Pakem Dapur Keris. Warangka dari kayu Timoho dengan pendok dari emas.
Merupakan putran KK. JAKATUWA, dibuat oleh empu Lurah Mangkudahana dijaman Sri Sultan
HAMENGKU BUWONO V.
PANJI WILIS, jenis hiasan emas yang ditempelkan
pada bagian depan gandik keris atau sirah cecak
ganja. Hiasan emas itu diukir indah, teknik
pemasangan bisa kinatah atau sinarasah.
PANUNGKUP, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya, berdapur Sempana dengan luk sinarasah,
warangka dari kayu Timaha, pendok emas Rajawarna, keris ini buatan Empu Lurah Supa dijaman Sri Sultan
HAMENGKU BUWONO V dan merupakan putran KKA Panungkup.
PARANG ILANG, sejenis senjata tajam tradisional berbentuk pedang. Pembuatannya sederhana tanpa pamor,
tandanya punggung bilah tumpul merupakan garis cekung. Bagian sisi yang depan membentuk garis cembung
dan tajam seluruhnya, mulai bagian pangkal sampai ujung. Kegunaan untuk berburu dan merambah hutan.
PARANG LANDUNG, tergolong pedang tanpa pamor, panjang sekali sekitar 125 cm atau lebih, bagian dekat
ujungnya agak lebih lebar disbanding pangkalnya. Sisi punggungnya tumpul, sedang sisi yang didepan tajam
seluruhnya, biasanya untuk berburu, mencari rotan dan kadar bajanya lebih banyak dibandingkan pedang
sejenis.
PARI SAWULI, pamor yang gambarnya menyerupai untaian bulir padi, tergolong tidak memilih, cocok bagi
semua orang, tetapi tergolong sulit dan banyak hambatan pembuatannya.
PARUNG SARI, salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilahnya sedang, memakai kembang kacang, jenggot,
sraweyan, sogokan rangkap, pejetan dan greneng, tetapi ada yang mengatakan ini dapur Sengkelat.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 54
PASIKUTAN, atau sikutan, istilah untuk menilai gaya irama bentuk dan kesan perwatakan tosan aji, khususnya
keris, biasanya sebelum ahli tangguh menentukan tangguh sebilah keris, terlebih dahulu ditentukan
pasikutannya. Apakah pasikutan itu kau (janggal), wingit (angker), prigel (tangkas), sedeng (sedang), demes
(rapi menyenangkan), wagu (kurang serasi), odol (kasar), kemba (hambar), tanpa semu (tidak berkesan),
sereng (keras,galak), dan bagus (tampan).
Contohnya : Keris tangguh Majapahit, pasikutannya angker tapi tangkas, tangguh Blambangan, pasikutannya
rapi mengesankan , tangguh Tuban pasikutannya sedang, tangguh Mataram Senapaten pasikutannya tangkas,
keras tapi tampan dan sebagainya.
PASOPATI, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya sedang
dan menampilkan kesan ramping, ricikannya memakai kembang kacang
pogok, lambe gajahnya satu, sogokan dua, ukuran normal serta ri
pandan. Kadangkala Pasopati juga memakai gusen dan lis-lisan. Nama
Pasopati ini berlainan dengan senjata pusaka Arjuna.
PEDANG, Senjata tajam berbentuk pisau panjang, hampir seluruh suku bangsa mempunyai jenis pedang.
Ditinjau dari bentuk mata bilahnya, ada dua macam pedang yaitu : Petama, Pedang Suduk, yaitu pedang yang
memakainya dengan cara menusuk tubuh lawan. Kedua, Pedang Sabet, yaitu pedang yang memakainya dengan
cara membabat tubuh lawan. Pedang di Indonesia bentuknya hampir menyerupai pedang dari daratan China
dibandingakn dengan yang dari Eropa atau Arab.
PEGAT WAJA, istilah yang digunakan untuk menyatakan
keadaan keris yang retak pada sisi tajam bilahnya. Keris ini
tergolong cacat dan tidak begitu disukai orang karena retaknya
disebabkan tidak menempel dengan sempurna saton dengan
lapisan bajanya sewaktu penempaan karena suhu kurang tinggi.
PEJETAN, lih Blumbangan.
PEMAOS, LANDEYAN, tangkai tombak yang panjangnya sekitar 2.5 m, biasa digunakan prajurit jaga kraton.
PENDAWA, keris luk 5, sepintas mirip dapur
keris Pulanggeni. Ukurannya sedang,
gandiknya polos, memakai sogokan dua,
sraweyan dan greneng lengkap.
PENDAWA CINARITA, atau Pendawa Carita nama salah satu dapur keris luk 5 memakai kembang kacang,
lambe gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan, greneng, ada-ada nya jelas. Keris ini banyak dipunyai dalang dan
tergolong dapur popular.
PENDAWA LARE, keris luk 5, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, bagian adaadanya
tebal dan tampak jelas.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 55
PENDAWA PRASAJA, nama keris luk 5, ukuran panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe
gajahnya satu, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan.
PENDOK, lapisan pelindung bagian gandar dari warangka keris, biasanya terbuat dari logam perak, kuningn,
tembaga, emas. Pendok dibuat dengan rapi dan ukiran lembut dan kadangkala diberi hiasan intan berlian atau
batu mulia. Ragam ukirannya bermacam-macam, alas-alasan, semen, tamansari dsb.
PENDOK BUNTON, jenis pendok yang menutupi seluruh bagian gandar dari warangka keris. Pendok ini
ada yang tanpa hiasan sama sekali, ada pula yang dihiasi ukiran dan pahatan. Pendok jenis ini disukai di
Surakarta dan Yogyakarta.
PENDOK CUKITAN, pendok yang dihiasi dengan ukiran cukitan, bukan dipahat melainkan “dicukit”
dengan alat yang tajam sehingga terjadi alur-alur indah seperti yang dikehendaki. Selain dipakai di Surakarta,
Yogyakarta dan Madura juga di Bali.
PENDOK KEMALO, atau Kemalon, adalah pendok yang
diberi warna. Bahan pendok umumnya logam murah seperti
kuningan atau tembaga, warna kemalo lazim yang dipakai adalah
hijau, merah, hitam dan coklat.warna itu mempunyai arti dan
kedudukan si pemakai di lingkungan kraton. Pewarnaan pendok
bukan dengan cat tetapi biasanya dengan bahan tradisional.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 56
PENDOK KRAWANGAN, menyerupai pendok Buton, tetapi bagian depannya dihias dengan ukiran pahatan
yang berlubang-lubang, banyak dipakai warangka dari Surakarta dan Yogya.
PENDOK SLOROK, pendok yang hanya menutup sebagian gandar dari sebuah Warangka keris. Bagian
depan pendok dibuat semacam sobekan/celah selebar 1 – 2 cm untuk memperlihatkan keindahan urat kayu
bahan gandarnya. Pendok Slorok disebut juga pendok Blewahan, biasa dipakai di Yogya dan Surakarta.
PENDOK TOPENGAN, pendok yang hanya menutupi sebagian dari
gandar sebuah warangka keris. Bagian tengah depan dibuat celah
memanjang yang gunanya memperlihatkan keindahan urat kayu gandar,
banyak dipakai warangka gaya Madura.
PENDOK TRETES, pendok yang dihiasi dengan permata. Bisa Intan, Mirah, Jamrut dan dijaman dulu hanya
kalangan bangsawan saja yang boleh menggunakan pendok ini.
PENGARAB-ARAB, KANGJENG KYAI, nama salah satu pedang pusaka kraton Yogyakarta. Berdapur
Lameng, digunakan khusus untuk menghukum mati yang dilakukan oleh petugas disebut Abdidalem Singoranu.
PENGGING WITORADYO, nama salah satu tangguh didunia perkerisan atau tombak, biasanya berupa
keris luk, bagian luknya amat rengkol, yakni lekukannya amat dalam dibanding keris biasa. Umumnya besinya
matang tempaan dan mempunyai kesan lumer pandes pamornya.
PENUKUP, LANDEYAN, jenis tangkai tombak dengan panjang 195 – 225 cm, tombak dengan landeyan
penukup ini dulu digunakan untuk pertempuran jarak dekat sehingga harus dilatih secara khusus untuk bisa
menggunakannya.
PESI, bagian bawah yang merupakan tangkai keris. Bagian inilah yang masuk kedalam hulu dengan panjang
sekitar 5 – 7 cm dengan penampang 5 – 7 mm. Di Jawa Timur disebut dengan istilah Paksi.
PINARAK, nama salah satu dapur keris lurus, bilahnya sedang dengan posisi agak membungkuk, gandiknya
panjang dibelakang. Bagian depan justru tajam, menggunakan sogokan rangkap. Ricikan lain tidak ada.
PINARAN MENDANG, salah satu dapur keris lurus, sebagian menyebut Mendang Pinaran. Bilahnya
berukuran sedang, gandik panjang dan polos. Sogokannya rangkap sepintas seperti Kebo Lajer.
PITRANG, PANGERAN EMPU,
PLERET, KANGJENG KYAI, Pusaka kraton Yogya berupa tombak serta dianggap paling tinggi
kedudukannya, berdapur Pleret. Hanya Raja atau Pangeran Sepuh yang diijinkan mencuci atau menjamah
tombak ini.
PRAMBANAN. PAMOR, batu meteor yang jatuh didaerah Prambanan pertengahan abad 18, terdiri atas dua
bagian, meteor pertama diambil atas perintah Sri Paku Buwono III tanggal 13 februari 1784 dan kedua lebih
besar lagi diambil atas perintah PAKU BUWONO IV pada tanggal 12 februari 1797. setelah sampai di keraton
Surakarta dinamakan Kangjeng Kyai Pamor dan dipakai sebagai cadangan pembuat pamor keris/tombak.
PUCUKAN, atau Pucuk adalah bagian paling ujung atas dari sebilah keris atau tombak. Ujung itu selalu
runcing, ragam bentuknya ada ngudup gambir, mbuntut tuma, anggabah kopong dan nyujen.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 57
PUDAK SATEGAL, adalah nama salah satu bagian keris yang terletak diatas
sor-soran, ditepi bilah. Terdiri dari dua bagian, didepan dan dibelakang. Pudak
sategal yang ada dibagian depan bertengger diatas gandik sekitar 3,5 cm sedang
dibelakang menempel di tepi bilah sekitar 6,5 cm dari ujung ganja, bentuk
ricikannya menyerupai kelopak bunga dengan ujung ujung yang runcing.
Selain itu Pudak sategal juga merupakan nama keris berdapur lurus dengan
kembang kacang, lambe gajah satu, pejetan, kruwingan , greneng dan pudak
sategal.
PUDAK SINUMPET, Pelet, gambaran pada Warangka kayu Timoho yang menyerupai pelet Tulak. Hanya
garis hitam tebal ditengah, tidak hitam legam tetapi berwarna lebih muda.
PULANGGENI, dapur keris luk 5, ukurannya sedang, gandiknya polos,
mempunyai sraweyan dan greneng lengkap.
PULANGGENI, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya
berdapur Tilam Upih, warangkanya Kayu Trembalo, pendok dari emas
dihias rinaja werdi. Dibeli Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dari
mranggi bernama Mas Darmapanembung.
PULAS, Pelet, nama gambar warangka kayu Timoho berupa bintik atau garis tebal berwarna hitam atau coklat
tua atau hitam pucat. Gradasi warnanya tidak begitu kontras seperti lukisan awan atau mendung.
PULO TIRTA, nama pamor yang mirip Wos Wutah, hanya menghiasi sebagian kecil dari bilah tombak, keris.
Penempatan menyebar tidak merata, mirip pulau-pulau, merupakan pamor tiban dan bertuah menambah
ketrentaman dan rejeki serta baik untuk pergaulan.
PUNTING, Keris, lih Pesi.
PURBANIYAT, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, merupakan pegangan jabatan Patih kraton,
semula dimiliki Kangjeng Pangeran Ageng Ario Danurejo I, setelah meninggal maka keris tersebut
dikembalikan ke kraton kemudian diberikan sebagai tanda jabatan ke Patih yang baru, demikian seterusnya.
PURNAMA DADARI, lihat Wulan-wulan.
PURNAMA SADHA, lih TIMOHO.
PUSAKA, benda peninggalan nenek moyang, bisa berupa rumah, benda lainnya seperti pusaka, sehingga walau
sebenarnya nilai pusaka itu biasa tetapi bagi pemiliknya nilainya tinggi sekali.
PUTRI KINURUNG, nama pamor yang bentuk gambarnya merupakan sebuah danau dengan beberapa pulau
ditengahnya, banyak yang menyukainya terutama bagi pemegang uang seperti bendahara, kasir dsb, tergolong
pamor tiban dan tidak pemilih.
PUTRI KINURUNG, Ukiran, model ukiran gaya Yogya sepintas seperti ukiran lainnya tetapi di bonggol
dihias dengan ukiran pahat. Ukiran Putri Kinurung ini sesuai dikenakan oleh orang yang pesolek, suka
mengenakan pakaian rapi dan mewah.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 58
PUTING KERIS, lih PESI.
PUTUT, merupakan nama dapur keris lurus yang ukuran
panjang bilahnya agak pendek, lebar, gandiknya diukir seperti
orang duduk atau monyet duduk tanpa ricikan lain, pamornya
umumnya sederhana.
PUTUT KEMBAR, salah satu dapur keris lurus, bentuk serupa dapur putut tetapi gandiknya ada dua,
bentuknya agak simetris dengan kedua gandik dihias bentuk manusia atau monyet. Biasanya berpamor
sederhana. Ada yang menyebut ini keris Umyang walaupun ini salah kaprah karena Empu Umyang hidup pada
jaman kerajaan Pajang.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 59
R
RANGGA PASUNG, salah satu dapur keris yang tergolong
Kalawija, luk 15, gandik polos, tikel alis dan greneng, tetapi ada
yang bukan greneng melainkan tingil, keris ini tergolong langka.
RANGGA WILAH, salah satu dapur keris luk 15, memakai kembang kacang, lambe gajah satu dan greneng.
RAHTAMA, pamor yang terletak di sor-soran, tergolong pamor tiban, pada umumnya pamor ini terselip di
pamor wos wutah atau ngulit semangka, tuahnya baik dimiliki oleh pengantin baru atau pasangan yang
menghendaki anak yang baik berbudi luhur dan mulia.
RAJA WERDI, hiasan yang biasa diberikan pada sebuah pendok dengan cara menempelkan warna warni
manik manik dan batu mulia, penempelan ini diatur rapi dan cantik disekitar tepi bagian mlewahan pendok.
Pendok Raja Werdi disebut juga pendok Rinaja Warna atau Rinarja Werdi.
RAMBUT DARADAH, pamor yang hampir mirip dengan Adeg, tetapi pada jarak tertentu terdapat lekukan
pinggir pamor, ia tergolong pamor miring, biasanya pamor rekan, tuahnya baik dan berjiwa kepemimpinan,
pamor ini termasuk pemilih.
RANDA BESER, sebutan keris yang cacat berlobang pada bagian sor-soran nya, lubang ini terjadi bukan
karena aus tetapi karena pembuatan nya ada kekeliruan. Pada umumnya lubang itu berupa celah yang terdapat
pada pertemuan antara bagian bawah keris dengan bagian atas ganja. Tuahnya buruk, bisa boros, tetapi keris ini
masih bisa diperbaiki oleh empu atau pengrajin keris.
RANTE, pamor yang gambarannya mirip dengan rante, berupa sederet bulatan yang berlubang ditengahnya,
bulatan itu dihubungkan dengan pamor yang menyerupai garis. Tergolong pamor rekan, tidak pemilih dan
tuahnya baik untuk mencari kekayaan dan tidak bersipat boros.
RARA SIDUWA, salah satu dapur keris luk 5, bentuknya khas, bagian bawah lurus dan luk nya mulai dari
tengah bilah, rickan hanya pejetan serta tingil saja, dapur ini tergolong langka dan hanya terdapat pada keris tua
saja.
REGOL, salah satu dapur keris lurus, panjang bilahnya sedang,
mempunyai 2 buah gandik didepan dan belakang, pijetan juga
dua didepan dan belakang, biasanya tidak begitu condong
kedepan melainkan cenderung tegak.
Keris ini mempunyai bentuk ganja yang khas.
REGOL, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Bondan, mungkin termasuk Kalawija,
warangkanya dari kayu trembalo dengan pendok blewahan dari emas, keris ini duplikat K.K.A. REGOL, dibuat
Empu Lurah Ngabehi Supo dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
REJENG, EMPU, hidup di Surakarta dijaman Sunan Paku Buwono V, kerisnya ditandai dengan : Ganja nya
Sebit Ron Tal, sirah cicaknya meruncing bagian ujungnya, bagian gendok tidak begitu cembung dan buntut cecak
tergolong model buntut urang.
Ukurannya sedang tetapi agak tipis dibandingkan keris sejamannya, besi berwarna hitam dan keabu-abuan,
pamornya tergolong mubyar, secara keseluruhan penampilannya kalem, sopan tapi cukup berwibawa.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 60
REKAN, PAMOR, pamor yang sudah dirancang terlebih dahulu seperti Blarak Ngirid, Ron Genduru, Udan Mas,
Kupu Tarung dlsb.
REMPELAS, DAUN, daun dari jenis pohon Ficus sp, atau dari jenis pohon Celtis rigescens Planch. Daun amplas
yang telah kering digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu warangka, ukiran, semua peralatan dari kayu.
RENCONG, senjata traditional dari ACEH.
RENGGO, salah satu dapur tombak luk 5, tombak ini memakai sapit abon dan semacam alur serupa sogokan
yang mengelilingi sapit abon itu. Bilahnya tebal tetapi datar saja tanpa ada–ada, ditepi bilah yang menghadap
kebawah terdapat dua tonjolan menyudut serupa lambe gajah.
RENGKOL, penamaan bagi luk keris atau tombak oleh pecinta keris di
Jawa, luk yang “rengkol” artinya luk yang lekukannya amat dalam. Lawannya
adalah KEMBA artinya luk nya tidak begitu nyata, kedalamannya dangkal.
RI CANGKRING, nama bagian dari warangka keris gaya Solo, Yogyakarta atau Madura. Terletak ditepi kira
dan kanan bagian atas warangka baik model gayaman, branggah, ladrang atau daunan. Jadi ri cangkring
merupakan bagian yang berpasangan, bentuknya merupakan tonjolan landai yang arahnya sejajar dengan letak
lubang tempat pesi keris masuk warangka.
RICIKAN, adalah nama dari bagian keris, tombak atau pedang. Secara garis besar sebilah keris dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yakni bagian wilahan atau bilah, ganja dan pesi. Bagian wilahan atau bilah juga dibagi 3
bagian utama, sor-soran, tengah dan pucukan. Pada bagian sor-soran inilah ricikan keris banyak ditemukan.
RINAJA WARNA, lihat RAJA WERDI.
RI PANDAN, pamor yang gambarnya menyerupai duri ikan, sepintas seperti pamor Ron Genduru tetapi
daunnya lebih jarang dan tipis sehingga menimbulkan kesan kurus. Tergolong pamor miring dan termasuk
pamor rekan. Tuahnya menambah kewibawaan dan baik bagi prajurit tetapi pamor ini tergolong pemilih.
RONGGOWARSITO, RADEN NGABEHI, Pujangga Jawa terkenal dari kraton Surakarta, menulis buku
tentang keris yang berjugul PAKEM PUSAKA.
RON DADAP, lihat GODONG DADAP.
RON GENDURU, pamor popular dan mahal harganya. Bentuknya
menyerupai daun genduru, tuahnya menjadikan pemiliknya
terpandang, wibawa dan pandai memimpin orang. Pamor ini
tergolong pemilih dan kadang disebut juga Pamor Bulu Ayam.
RON SEDAH, lihat GODONG SEDAH.
RON TEKI, salah satu dapur keris lurus,
panjang bilah sedang, memakai kembang
kacang, lambe gajah ada dua, gandiknya
panjang, selain itu memakai pejetan,
sogokannya satu didepan.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 61
RON PAKIS, pamor yang menyerupai daun Pakis, tergolong pamor
miring dan rekan, juga termasuk pamor popular dan mahal harganya dan
sering dikacaukan namanya dengan pamor Bulu Ayam.
ROS-ROSAN TEBU, pamor yang berbentuk batang tebu yang beruas
pendek. Tergolong pamor mlumah, tuahnya mudah mencari rejeki dan
disegani orang, tergolong pamor rekan dan tidak memilih.
RUAS BAMBU, nama salah satu dapur keris lurus yang tepinya mempunyai
ketiak-ketiak seperti pudak sategal yang bersusun dari atas kebawah. Jarak antar
ruas bekisar 2.5 – 4.5 cm, biasanya jaran ruas dibagian pangkal lebih rapat
dibandingkan dibagian ujung. Keris ini hanya terdapat di Bangkinang, Riau dan
pada umumnya tidak berpamor serta besinya halus sekali.
RUDUS, sebutan bagi Badik di Kalimantan Timur dan Sabah, sebagian menyebut Badik Rudus.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 62
S
SABET PEDANG, lihat PEDANG SABET.
SABUK INTEN, salah satu dapur keris luk 11, ukuran
panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe
gajah dua, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan.
Kadang ada yang luk 13, namun ada yang mengatakan
itu adalah dapur Sengkelat.
SABUK TALI, salah satu keris luk 11, panjang bilahnya sedang, gandik polos, ricikan sederhana, sogokan
hanya satu, dibagian depan saja, ukuran sogokan tidak begitu panjang , memakai tingil.
SABUK TAMPAR, salah satu keris luk 9, panjang keris sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu,
sogokan hanya satu didepan, sraweyan dan ri pandan. Sabuk Tampar juga ada yang luk 11, luknya rengkol
(dalam), gandik polos, pejetan, sogokan satu didepan dan sraweyan.
SADA LANANG, lih SADA SALER.
SADAK, merupaka salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris dan tebal. Bentuk atas menyerupai
Godong Andong, bagian tengah menyempit menyerupai pinggang. Memakai ada-ada sampai ketengah bilah,
dibawah ada-ada ada bungkul, disis bilah bagian bawah disamping bungkul ada bentuk menyudut. Selain itu
Sadak juga merupakan nama sejenis tosan aji berpamor yang bentuknya mirip dengan pinsil. Sebenarnya Sadak
yang ini merupakan bentuk tombak pendek dengan pegangan (hulu) hanya sejengkal, dewasa ini sering dipakai
sebagai isi dari tongkat komando.
SADA SALER, salah satu bentuk pamor yang
berbentuk garis memujur dari pangkal keujung bilah
keris. Pamor ini tidak memilih, dibeberapa tempat
disebut Sada Lanang, Adeg Siji atau Sada Siji.
SALAHITA, EMPU, sering dipanggil Empu Salaita atau Empu Galaita, hidup di Tuban pada awal
Kerajaan Majapahit. Kerisnya berukuran besar, panjang dan tebal memberi kesan gagah , ganjanya datar dan
tergolong ganja wuwung, gandiknya membulat tebal, blumbangannya berukuran lebar, sirah cecak berbentuk
membulat, mirip potongan buah Melinjo, gulu melednya jenjang dan ujung ganja berbentuk nguceng mati.
Empu ini menyusun pamor dengan rumit, menyebar dipermukaan bilah, besi yang digunakan bersifat liat, padat
dan memberi kesan kering. Kesannya gagah, tegas, tangguh dan meyakinkan.
SALA KETINGAL, salah satu dapur pedang yang tergolong Pedang Suduk. Panjang sekitar 85 – 95 Cm, sisi
punggung terdiri dari 2 bagian, yang bawah lurus sampai dua pertiga panjang majal, kemudian sisi itu berubah
bentuk cekung yang makin keujung makin tajam, pada sisi punggung yang lurus didekatnya ada kruwingan,
sejajar dengan sisi pedang. Bagian ujungnya runcing, sisi pedang yang tajam, didepan, merupakan sisi lengkung
yang cembung.
Pedang ini sering digunakan secara praktis di pertempuran dan juga banyak yang dijadikan pusaka, hanya
bentuknya lebih tipis dan berpamor yang apik.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 63
SAMPUR, salah satu dapur keris lurus, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, jenggot,
jalen, lambe gajahnya dua, tikel alis, ada-ada dan sogokannya rangkap. Selain itu memakai pudak sategal,
kruwingan, sraweyan, greneng susun. Ada yang menamakan juga dapur Sinom Pudak Sategal.
SATRIYA PINAYUNGAN, nama pamor yang
serupa pamor Kudung tetapi dibawahnya ada
pamor lain. Pamor yang dibawah dibagian sorsoran
bisa berupa Wos Wutah, Bawang Sebungkal
dll. Tetapi ada yang mengatakan Pamor ini
bentuknya berupa bulatan-bulatan berlapis,
jumlahnya 3 buah.
Letaknya berjajar dibagian sor-soran. Diatas jajaran bulatan itu ada lagi beberapa bulatan berjajar keatas.
Menurut pecinta keris, kedua versi itu benar semua, pamor ini dapat menjauhkan rasa iri, dengki dari orang lain
terhadap dirinya, tergolong popular dan dicari Pejabat.
SANGA-SANGA, salah satu dapur tombak luk 9, permukaan bilahnya nggigir sapi dengan ada-ada tipis
sepanjang bilah. Sisi bilah diujung bawah tombak berbentuk menyudut, seluruh permukaan bilah tertutup
kinatah lung-lungan. Tombak ini termasuk langka karena mungkin terlalu indah dan mahal bila diproduksi
kebanyakan.
SANTAN, salah satu dapur keris luk 11, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai pejetan, tikel alis, kembang
kacang, jenggot, lambe gajahnya satu, greneng dan Ron Dha nunut.
SAPIT ABON, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, pipih, tipis dan tidak memakai ada-ada.
Sisi bagian tengah bilah ada lekukan dangkal dan landai menyerupai bentuk pinggang, tetapi tidak begitu
ramping.ukuran bilah bagian atas pinggang lebih sempit disbanding bagian bawah. Dibagian sor-soran ada
bentuk sapit abon, yaitu bentuk semacam penjepit bilah, menyerupai ada-ada besar yang terputus.
SEBIT RON, nama bagian yang permukaannya melandai dibagian belakang bagian gendok dari sebuah ganja.
Sebit Ron berbeda dengan Sebit Ron Tal.
SEBIT RON TAL, salah satu bentuk ganja keris, bentuknya agak lengkung melandai. Disbanding bagian
Wetengan maka bagian Sirah Cicak dan bagian Buntut Urang kedudukannya agak turun. Keris-keris buatan
Mataram banyak yang memakai ganja Sebit Ron Tal.
SEDET, keris dengan luk 15, panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajahnya satu, pakai
jalen, sogokan rangkap ukuran normal, ricikan lain greneng, ada yang memakai tikel alis, adapula yang tidak.
SEGARA MUNCAR, keris luk 9, panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet
dan sogokan rangkap yang ukurannya panjang sampai sekitar pertengahan bilah, tidak memakai greneng
maupun tingil tetapi memakai sraweyan.
SEGARA WEDI, nama pamor berbentuk bulatan bulatan kecil, sebgian
berlapis sebagian tidak, menyebar keseluruh permukaan bilah, pamor ini
menyebabkan yang punya mudah mencari rejaki dan bukan pamor pemilih.
SEGARA WINOTAN, biasa disebut juga Jangkung Mangku Negoro, nama salah satu dapur keris.ukuran
bilah sedang, luk 3, memakai kembang kacang, jenggot, sogokannya rangkap ukuran normal tetapi sogokan
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 64
tersebut menyatu sampai keujung bilah. Memakai kruwingan dan greneng lengkap. Di Sabah dan Serawak
disebut Aliamai Lok Tiga.
SEGARA WINOTAN, PELET, gambar pada warangka
Timoho, pada permukaannya tergambar dua atu tiga bintik besar
berwarna hitam atau coklat tua, letaknya tidak teratur, tuahnya
menambah kebijaksanaan pemiliknya.
SEKAR ANGGREK, pamor yang menyerupai untaian bungan anggrek,
sepintas mirip Pamor Bunga Pala.bedanya pada Sekar Anggrek, bagian
ujung bunga lebih berkembang (mekrok – jawa), tergolong pamor rekan,
tuahnya mudah mencari keberuntungan.
SEKAR JANTUNG, salah satu dapur tombak lurus,
bilahnya simetris, sisi bilah bagian tengah melebar. Memakai
pudak sategal, dan kruwingan, biasanya pudak sategalnya
lebih besar dari pudak sategal keris, seluruh tepi bilah diatas
pudak sategal memakai gusen dan lis-lisan. Disisi bilah bagian
bawah ada bentuk menyudut, dapur ini tergolong langka.
SEKAR KOPI, pamor seperti buah buah kopi dalam untaian ranting,
ditengah ada pamir yang menyerupai garis tebal dari pangkal bilah
keujung, dikiri kanan garis itu ada bulatan bulatan kecil yang
menggerombol terpisah pisah, setiap gerombol terdiri dari dua, tiga atau
empat bulatan kecil. Tuahnya memudahkan pemiliknya mencari rejeki,
sehingga banyak dicari pedagang dan pengusaha, tergolong pamor rekan.
SEKAR GLAGAH, lih Sekar Tebu.
SEKAR LAMPES, pamor keris dengan gambar menyerupai untaian
bunga, mirip Sekar Anggrek dan Sekar Pala. Pamor ini tergolong rekan
dan pemilih.
SEKAR MANGGAR, nama pamor yang gambarannya menyerupai
untaian bunga kelapa, sepintas seperti pamor Mangar tetapi pada pamor
Mangar maka “bunga kelapa” nya lebih besar dan lebih jelas, sedang
pada pamor Sekar Mangar yang lebih jelas adalah gambar “untaian dan
tangkainya”. Pamor ini menyebabkan terkenal dalam pergaulan,
merupakan pamor tidak pemilih dan tergolong pamor rekan.
SELEH, EMPU, KI, hidup dijaman kerajaan Demak. Tanda tanda kerisnya ialah Ganjanya tipis, datar dan
tergolong ganja wuwung. Gulu melednya sempit, sirah cicaknya panjang. Wetengannya ramping sekali, buntut
cicaknya meruncing. Ukuran bilah kerisnya hampir serupa dengan buatan Majapahit tetapi besinya tampak
seperti kurang tempaan, berpori dan agak kekuningan. Pamornya seolah hanya mengambang dipermukaan
bilah, motif pamornya sederhana seperti Wos Wutah, kembang kacangnya agak kurus tetapi lingkarannya agak
lebar, sogokannya biasa tetapi blumbangannya agak sempit dan dalam. Secara keseluruhan keris buatannya
berkesan sederhana tapi berwibawa.
SEKAR PALA, pamor keris atau tombak, menyerupai bentuk untaian
bunga pala , ia hampir mirip dengan pamor Sekar Anggrek. Tuahnya
dapat menjadikan pemiliknya terkenal, biasanya dimiliki Dalang atau
Pesinden.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 65
SEKAR SUSUN, pamor yang mirip Melati Rinonce, bedanya pada
Pamor Sekar Susun gambar bunganya lebih besar. pamornya tidak pemilih
dan biasanya terdapat dikeris nom-noman.
SEKAR TEBU, pamor yang mirip Blarak Ngirid atau Blarak Sinered.
Bedanya ujung garis pamor yang menyerupai gambar daun kelapa tidak
sampai ketepi bilah, melainkan mengumpul ditengah bilah. Guratan
garisnya juga lebih halus. Pamor ini tergolong pemilih, merupakan pamor
Miring dan Rekan.
SELOKARANG, pamor yang gambarnya menyerupai batang karang
dilaut, sepintas lalu menyerupai pamor Tunggak Semi, tetapi bagian
seminya memanjang terus sampai keujung bilah, tergolong pamor Mlumah
yang sukar pembuatannya. Katanya keris ini baik bagi yang ingin mencari
pengikut. Biasanya dimiliki oleh pemimpin peguruan silat atau pimpinan
aliran kebatinan.
SELUT, salah satu hiasan pada hulu keris
(gagang keris), sebesar bola pingpong dengan
garis tengah 35 – 45 mm, terbuat dari logam
berukir seperti perak, emas, tembaga,
kuningan dihiasi dengan intan berlian dan
batu mulia lainnya., selut yang mahal bisa
berharga jutaan rupiah.
SEMAR BETAK, atau SEMAR BETAK atau Semar Petak, nama salah satu dapur keris , bilahnya pendek,
lebar dan lurus. Bagian sor-sorannya agak tebal, gandiknya tebal diukir kepala gajah dan dibawah gandik ada
lubangnya. Dapur keris ini tergolong sederhana dan hanya ada pada keris keris tua.
SEMAR MESEM, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya pendek tetapi lebih besar dibandingkan
bilah keris lain pada umumnya, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, biasanya bentuk bilah memberi
kesan membungkuk. Dapur keris ini jarang terdapat di keris baru ataupun lama, tergolong amat langka.
SEMAR TINANDU, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya tergolong pendek, tipis tapi lebar dan
menampilkan kesan gendut. Keris ini memakai kembang kacang bersusun dua, atas dan bawah. Selain itu ia
memakai sogokan dua, ukuran normal. Gandiknya tergolong tipis dan pejetannya dangkal. Keris ini tergolong
langka dan tua, dikalangan pecinta keris sering dianggap keris tindih, yakni bisa menangkal pengaruh buruk
keris lain.
SEPANA KALENTANG, atau Sempana Klentang adalah nama keris luk 9, bilahnya berukuran panjang,
luknya tidak dalam, memakai kembang kacang, ri pandan dan tikel alis.
SEMBUR, PELET, gambar pada warangka Timoho berupa bintik bintik kecil berwarna hitam atau coklat tua
dan relatif merata dipermukaan kayu, bintik ini ada yang bentuknya bulat dan ada yang lonjong.
SEMPANA, lih Sepana,
SEPANER, nama salah satu dapur keris lurus, ada yang menyebutnya SEMPANER, SEMPANA BENER,
SUPONO BENER. Bilahnya sedang, memakai kembang kacang, tikel alis dan ri pandan. Keris ini tergolong
populer dan banyak jumlahnya.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 66
SENGKELAT, salah satu dapur keris luk 13, ukuran panjang
bilahnya sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu
dan memakai jenggot. Selain itu ricikannya adalah sogokan
rangkap, sraweyan, ri pandan, greneng, kruwingan. Namun ada
yang menyebutkan bahwa Sengkelat tidak memakai jenggot, jika
ada jenggot namanya dapur Parungsari.
SEPANG, nama salah satu dapur keris lurus, panjang bilahnya
sedang, memakai kembang kacang tanpa pejetan, tanpa ricikan
lainnya.
Tetapi ada pendapat yang menyatakan dapur Sepang bilahnya
simetris, tanpa ricikan, tanpa gandik, kadang kadang ada tingil
kembar dikanan kirinya, tuahnya baik untuk membangun
kerukunan suami istri.
SEPOKAL, salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilahnya sedang dan hanya ada sraweyan saja. Bentuk keris
amat sederhana.
SEPANA PANJUL, atau Sempana Panjul, nama darur luk 7, keris ini memakai kembang kacang, sraweyan, ri
pandan dan greneng. Tergolong langka dan agak jarang dijumpai.
SEPANA BUNGKEM, nama salah satu dapur keris luk 7, memakai kembang kacang tetapi kembang
kacangnya bungkem. Tergolong popular dan disukai oleh Jaksa atau Pembela karena katanya dapat
mempengaruhi lawan bicara, tetapi karena sering dicarai maka banyak terjadi pemalsuan yang tadinya tidak
bungkem dibuat menjadi bungkem dengan cara membentuk kembali kembang kacangnya menjadi bungkem.
SENGKOL, nama salah satu dapur keris luk 1, ukuran bilahnya sedang,
lurus dan agak membungkuk. Ganja keris berdapur Sengkol ini polos,
pejetannya dalam, pakai greneng atau tingil, luknya satu dipangkal bilah,
bentuk ini tergolong aneh dan keris ini juga langka sekali.
SEPANA, atau Sempana, atau Sumpono, nama dapur keris luk 7, memakai kembang kacang, gandiknya tebal,
sraweyan dan ri pandan. Keris ini banyak jumlahnya.
SETRA BANYU, EMPU, nama empu yang hidup didesa Tesih pada kerajaan Majapahit dengan tanda
buatannya sebagai berikut, ganja datar, tergolong ganja wuwung, gulu melednya panjang, sirah cecaknya
berukuran sedang, wetengannya montok, buntut urangnya panjang dan tipis. Secara keseluruhan bagian
ganjanya agak lebih panjang dibanding dengan keris buatan Majapahit lainnya.
Empu ini menyenangi pamor miring seperti Adeg, Lar Gangsir, ganggeng kanyut dan sebagainya. Ukuran bilah
agak lebih panjang dari buatan dari buatan Majapahit umumnya tetapi lebar bilahnya cukup sehingga memberi
kesan ramping. Kalau membuat sogokan dangkal tapi panjang, janurnya tumpul, kembang kacangnya kurus,
jalennya pendek, lambe gajah panjang, bagian pejetan dibuat sempit dan dangkal, tikel alis pendek dan dangkal.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 67
SETAN KOBER, nama keris milik Adipati Jipang, Arya
Penangsang. Digunakan ketika melawan Sutawijaya, saat perutnya
terkena Kyai Pleret maka ususnya yang keluar diselipkan ke
kerisnya tetapi ketika terdesak maka Arya Penangsang lupa dan
mencabut kerisnya sehingga usunya terburai.
SIDERIT, mineral besi terdiri dari kristal-kristal karbonat besi. Mineral ini berupa kelabu putih kekuningan,
atau kecoklatan dengan permulaan yang mengkilat, rumusnya FeCO3. dalam dunia keris maka bahan ini biasa
dipakai untuk batu bahan pamor yang hanya mengandung besi saja. Pada bilah keris, pamor dari bahan ini
warnanya hitam dan umunya dinamakan Pamor Sanak atau Nyanak. Ada yang menyebut pamor wulung.
SIGAR JANTUNG, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya pendek lebar. Lurus, bagian tengah
bilah bentuknya seperti jantung pisang, gandiknya tipis dan pejetannya sempit.biasanya memakai ganja iras,
selain itu juga merupakan nama tombak lurus, tombaknya lebar dan pipih, bentuknya mirip melahan jantung
pisang. Tombak ini biasanya sederhana sekali tanpa ada-ada, tanpa bungkul, biasanya memakai metuk iras,
tombak ini tergolong langks, biasanya buatan Pajajaran dan Segaluh. Diduga dahulu dibiat bukan untuk
kegunaan praktis tetapi sebagai pusaka.
SI GINJE, nama keris pusaka buatan Mataram yang kemudian menjadi milik Sultan Jambi, konon dibuat di
jaman Sri Sultan Agung, besi yang untuk membuatnya diambil dari 9 tempat yang berlainan . besi bahan
pembuatannya pun diambil aneka macam alat yang berbeda namun semua berawalan dengan hurup “Pa” (P).
keris ini menurut cerita hanya ditempa pada hari Jum’at saja dengan setiap menempa hanya satu kali pukulan,
sesudah jadi menjadi keris yang sakti dan diberikan Raja Mataram ke Raja Jambi, begitu saktinya sehingga
katanya jika keris ini menyentuh daun saja maka seluruh pohon akan layu dan akhirnya tumbang.
SIKIM ACEH, Pedang khas daerah Aceh, terbuat dari besi dan baja dengan panjang sekitar 80 – 90 cm,
punggung pedang ini majal sedang sisi depannya tajam seluruhnya. Bagian punggung bilah agak tebal, tetapi
mulai tengah sampai tepi depannya tipis sekali. Sikim Aceh tergolong pedang sabet. Bobotnya tidak begitu berat
sehingga mudah memainkannya.
SIKUNYIR, bentuk ganja yang bagian sirah cicaknya menonjol kedepan dan runcing. Penamaan ini hanya
dikenal di Malaysia dan Brunei. Kata Sikunyir berasal dari Sekunar, salah satu bentuk kapal disana, bentuk sirah
cicak yang tergolong Sikunyir juga hanya ada pada keris buatan Malaysia dan Brunei saja.
SILAK WAJA, merupakan salah satu tahap dalam pembuatan tosan aji, setelah selesai penempaan maka calaon
keris dikikir untuk mengeluarkan pamornya, proses ini dimulai dari tepi bilah makin lama ketengah. Pekerjaan
ini memerlukan pengalaman, agar dapat berhenti pada saat yang tepat. Kalau berlebihan akan banyak pamor
hilang begitu sebaliknya.
SIMBAR INTEN, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Pandawa
Panimbal Singa, nama ini tidak ada dalem Pakem Keris, tetapi ini yang tercantum di kraton. Warangka dari kayu
Trembalo, pendoknya dari emas. Keris buatan Tamanan Surakarta ini semula milik Pangeran Mangkubumi
sebelum menjadi raja kemudian diberikan ke putrinya Kangjeng Ratu Bendara, istri RM Said. Setelah bercerai,
putri ini menikah dengan Kangjeng Pangeran Haryo Diponegoro sesudah itu diwarisi oleh anak angkatnya,
Pangeran Mangkurat dan dikembalikan ke kraton.
SIMBANG KURUNG, sebutan pamor yang merupakan garis melintang pada gandik atau kembang kacang,
tuahnya katanya mudah mencarai rejeki, dikasihi orang dan selalu selamat, pamor ini hanya ada di keris atau
tombak.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 68
SIMBANG PATAWE, sebutan bagi pamor yang menyerupai dua garis melintang pada gandik atau kembang
kacang. Pamornya katanya untuk pengasihan dan dihormati orang sekitarnya.
SIMBANG RAJA, pamor yang bentuknya menyerupai tiga garis melintang pada bagian gandik atau kembang
kacang, tuahnya bisa mengangkat derajat pemiliknya, disayang atasan.
SIKEP, atau Anyikep Pusaka, salah satu cara memakai keris,
sebagai kelengkapan pakaian di Jawa Tengah, keris diselipkan
dilipatan sabuk lontong bagian dada. Kedudukan keris miring
kearah tangan kanan. Hulu dan warangkanya menghadap
kebawah. Cara ini biasanya dipakai oleh ulama yang
mengenakan jubah atau dalam keadaan darurat perang.
SIKI, EMPU, seorang empu hidup di Sedayu pada jaman Majapahit. Keris dan tombaknya mirip buatan
Pangeran Sedayu, yang agak beda olah dan tempaan besinya tidak sehalus garapan Pangeran Sedayu. Tanda
tandanya, ganjanya datar tergolong ganja wuwung, sirah cecak meruncing kecil, Gulu Melednya panjang,
wetengannya kurang gemuk. Bilahnya berukuran sedang, posisinya terlalu menunduk disbanding keris
Majapahit yang lainnya, besinya hitam tetapi memberi kesan kering. Pamornya rumit dan halus. Umumnya
berupa Wos Wutah, Pendaringan Kbak atau sejenisnya. Kembang kacangnya menyerupai gelung wayang,
jalennya kurang ramping, Bagian Dha pada Ron Dha, bentuknya agak aneh. Sogokannya dalam, panjang dan
janurnya dibuat tajam. Gandiknya agak panjang dan tebal.
SIKIR, EMPU, juga dikenal Empu Ki Jikir, hidup dijaman Pajajaran. Keris buatannya pada umumnya lurus,
panjang bilahnya sedang, tipis. Besinya biasanya hitam, padat dan liat. Pamornya pandes, seolah menancap kuat
pada permukaan bilah. Ganjanya berukuran normal, tergolong ganja wuwung. Bagian bawahnya lurus, guru
melednya panjang. Sirah cicaknya membulat, bagian blumbangannya berukuran luas, kalau ada ron-dho nya ,
bentuk huruf Dho kurang jelas, empu ini lain dengan empu Singkir.
SIMBAR-SIMBAR, nama pamor yang sepintas seperti rumpun padi yang terpotong daunnya. Tergolong
langka karena sulit membuatnya, tergolong pemilih, termasuk pamor miring dan pamor rekan. Tuahnya
menambah wibawa pemiliknya, menangkal guna-guna.
SINARASAH, atau Sinrasah, salah satu dapur keris luk 5, ditengah bilah diukir gambar timbul (relief, biasanya
dengan motif lung, lungan) dan ditempel dengan emas atau perak, ricikan lain kembang kacang, jenggot dan
greneng lengkap.kadangkala memakai sogokan.
SINOM, nama salah satu dapur kerid lurus, panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, sogokan
rangkap. Lambe gajah satu, pakai pejetan, sraweyan dan ri pandan.
SINGAWIJAYA, EMPU, empu terkenal hidup dijaman Sri Sunan Pakubuwono IX di Surakarta. Tanda keris
buatannya, ganjanya agak melengkung, tergolong Sebit Ron Tal, sirah cicak berkesan montok tetapi meruncing
pada ujungnya. Guru melet dan wetengannya berukuran sedang. Ujung buntut urangnya melebar. Besi yang
diguanakan biasanya matang tempaan dan warnanya hitam keabu-abuan. Pamornya lembut, tidak meriah tetapi
rapi teratur dipermukaan bilah.jika pamor itu jenis miring, serat-serat alur pamor halus sekali. Ukuran panjang
bilahnya sedang, kedudukan bilah, bila keris itu ditegakkan, agak condong kedepan. Kembang kacangnya seperti
gelung wayang. Blumbangan dan sogokannya berukuran sedang. Kruwingannya nyata dan rapi, bentuk dha
pada ron dha dibuat jelas.kalau memakai luk, bentuk luknya dalam. Keris buatannya berpenampilan sopan dan
lembut.
SINGA BARONG, salah satu dapur keris luk 7, bagian gandiknya diukir
bentuk kepala Singa yang menyerupai KILIN di budaya cona. Ricikan
lainnya, sraweyan, ri pandan, greneng, dapur ini sering disebut dapur
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 69
Naga Singa. Tergolong popular, beberapa keris ini dihias kinatah emas
dan berlian. Ada juga yang berluk 7 dan 9.
SIRAH CICAK, bagian paling depan dari Ganja, yang bentuknya (jika dilihat dari bawah) seperti kepala cicak.
SIRAT, pamor yang bentuk gambarnya menyerupai anak kunci. Yang dikelilingi semacam bentuk kepompong.
Terletak di sor-soran, tergolong pamor tiban. Pamor ini tidak pemilih, tuahnya baik untuk kepemimpinan,
berwibawa dan disayang orang. Ada yang menyebut pamor ini :Pamor Teja Bungkus atau Bima Bungkus.
SIRAP, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogya, keris ini berdapur Tilam Upih, warangka kayu Timaha
dan pendok dari emas rajawarna. Merupakan duplikat dari keris Raden Adipati Danurejo III (Kangjeng
Pangeran Kusumoyudo) di Japan. Keris ini dibuat oleh Empu Lurah Mangkudahana pada pemerintahan
Sri Sultan Hamengku Buwono V.
SIPAT KELOR, salah satu dapur tombak luk 3, bagian didekat metuk lurus, luk hanya terdapat dibagian dekat
ujung. Disepanjang bilah terdapat ada-ada, tanpa bungkul. Pada sisi tombak sebelah bawah dekat bagian metuk
terdapat bentuk yang menyerupai jenggot.
SLADANG ASTO, nama tombak luk 5, luknya rengkol, lekukannya dalam. Permukaan bilahnya nggigir
lembu, dengan ada-ada terlihat jelas.sisi bilah paling bawah membentuk semacam sudut, tombak ini buatan
Majapahit terutama Pengging Witoradyo.
SLEWAH, sebutan untuk pamor berbeda tetapi pada sisi bilah yang sama. Antara pamor satu dan lain
dipisahkan jarak sekitar 1 cm atau lebih, bia pamor tidak dipisahkan oleh jarak atau jaraknya kecil, dinamakan
pamor DWIWARNA.
SISIK SEWU, pamor yang banyak dicari pengusaha yang mempunyai
karyawan banyak. Tuahnya memperlancar rejeki dan menambah derajat
pemiliknya.pamor ini merupakan kumpulan bulatan bulatan kecil yang
berlapis lapis. Ukurannya rata rata lebih kecil dari Udan Mas, tetapi jika
Pamor Udan Mas itu menyebar maka pada pamor Sisik Sewu
menggumpal. Walau tidak seterkenal Udan Mas tetapi bagi yang percaya
tuahnya sama.
SODO, tergolong pedang sabet. Bagian didekat ujung bilah lebih lebar daripada bagian pangkalnya, separuh
panjang bilah yang dibawahnya bentuknya lurus. Tetapi yang dibagian atas menjadi agak cembung. Ujungnya
mempunyai bentuk khas, mirip hurup S yang miring, dengan ujung runcing kecil, bagian punggung pedang yang
bawah majal tetapi makin keujung makin tajam. Sisi depan yang tajam lurus saja, tak ada kruwingan, tergolong
pedang sabet, tetapi karena titik berat ada di ujung maka menggunakannya harus hati hati.
SOGOKAN DEPAN, bagian keris yang terdapat pada sor-soran,
berupa alur tegak, lebih dalam dari alur Tikel Alis. Letaknya dibelakang
bagian pejetan atau blumbangan, bagian bawah sogokan depan ini
menyatu dengan blumbangan.
SOGOKAN BELAKANG, bagian keris yang terdapat pada sor-soran,
berupa alur tegak disamping sogokan depan. Antara sogokan depan dan
belakang dinamakan Janur. Dibelakang sogokan belakang biasanya ada
sraweyan.
SOKAYANA, nama pedang tergolong pedang suduk. Panjang pedang ini sekitar 90 sampai 115 cm. Sisi
punggungnya terdiri dari dua bagian. Bagian bawah majal, panjangnya sekitar dua pertiga panjang bilah sedang
bagian sisanya merupakan garis cekung yang makin keujung makin tajam. Ujung pedang ini runcing. Dibagian
bawah bilah pedang Sokayana, sejajar dengan bagian punggung yang lurus, terdapat kruwingan. Sisi bilah
pedang yang tajam didepan, bentuknya menyerupai garis cembung. Pedang Sokayana selain digunakan dalam
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 70
peperangan juga sebagai pedang pusaka dan digarap apik serta indah. Titik beratnya tidak terlalu mengarah
keujung sehingga mudah digunakan, walau termasuk pedang suduk tetapi bisa juga digunakan sebagai pedang
sabet.
SOMBRO, EMPU NI MBOK, seorang Empu wanita terkenal sekitar abad 10 silam berasal dari kerajaan
Pajajaran. Dikenal mempunyai kekuatan ghaib untuk membantu melahirkan, menghindarkan hama tanaman,
keselamatan dan ketentraman. Bentuk keris buatannya sederhana , ukuran bilahnya tidak panjang. Semua nya
merupakan keris lurus, pamornya sederhana, tetapi besinya tergolong pilihan. Paling banyak berdapur brojol, tidak
cantik tapi berwibawa. Banyak diantaranya tergolong keris pejetan, yaitu pada permukaan bilah terdapat lekuakan
seperti pejetan dan beberapa keris buatannya memakai ganja iras. Setelah terkenal di Pajajaran, empu ini pindah
ke Tuban yang menjadi Bandar terkenal di Jawa.
SONO KELING, KAYU, jenis pohon kayu yang sering digunakan membuat warangka keris, jika sudah kering
maka urat kayunya berwarna kehitaman, meskipun bukan jenis kayu terbaik tetapi banyak yang menggunakan
karena cukup murah. Banyak juga yang membuat kotak keris dari kayu ini. Sering disebut Angsana Keling.
SONO KEMBANG, KAYU, sering digunakan semagai warangka keris atau tombak, dibeberapa daerah
disebut Angsana Kembang, pohon ini banyak terdapat di Jawa bagian Selatan, jika sudah tua maka warna urat
kayunya berwarna coklat tua dan htam ber-kembang kembang. Harganya tergantung indah tidaknya ganbar
kembang ini, jika bagus bisa menyamai harga kayu Timoho.
SOR-SORAN, bagian paling bawah dari bilah keris, diatas bagian ganja. Pada bagian sor-soran ini terdapat
bagian bagian utama keris yang disebut ricikan, beberapa jenis pamor khusus juga menempati bagian sor-soran
ini, bagian ini disebut bongkot.
SRAWEYAN, atau Srewehan, bagian keris yang bentuknya melandai dibelakang bagian sogokan belakang
sampai kebagian greneng.
SRI SADANA, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Tilam Upih, warangka kayu
Timoho, Pendoknya bunton, dari suasa bertahta permata. Mulanya kepunyaan Penembahan Mangkurat dan
ditarik ke istana pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
SUGIHAN, KANGJENG KYAI, nama salah satu pusaka kraton yagya, berdapur Pasopati, warangka dari
kayu Cendana dengan pendok emas murni rinajawarna. Keris ini merupakan putran dari Kyai Sugihan Sultan
Agungan, milik Pangeran Ngabehi dan keris ini dibuat Empu Lurah Mangkudahana dijaman Sri Sultan
HAMENGKU BUWONO V
SUJEN AMPEL, nama salah satu dapur keris lurus yang panjang bilahnya sednag tetapi agak tebal. Selain itu
memakai kembang kacang, jenggot , lambe gajahnya satu, ri pandan. Sujen Ampel juga dipakai untuk nama
dapur tombak lurus. Bentuk tombak ini agak mirip dengan dapur tombak TUMBUK, sisi bilah bagian tengah
ada lekukan landai yang membentuk pinggang yang amat ramping, sempit. Disisi tombak paling bawah, ada dua
bagian yang bentuknya menyudut pada masing masing sisinya. Permukaan bilahnya ngadal meteng.
SUMELANG GANDRING, nama salah satu dapur keris lurus yang bilahnya sedang. Keris ini memakai
gandik polos, memakai sogokan satu didepan, sraweyan dan tingil. Ricikan lain tidak ada.
SUNDANG, nama keris di Mindanao,
kepulauan Sulu, Philipine. Bentuknya serupa
keris dari Jawa hanya saja lebih besar dan
panjang, rata rata 65 cm, lebar bagian pangkal
sekitar 12 cm, bahan bakunya sama dengan
keris, besi dan baja serta bahan pamor, hanya
saja bahan bajanya lebih banyak. Pembuatan
sundang saat ini sudah jarang dilakukan lagi.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 71
SUMPANA, lih Sempana.
SUMSUM BURON, pamor yang mirip Wos Wutah, penempatannya tidak menyebar tetapi menggerombol
dan mengelompok rapat. Namun masing masing kelompok terpisah satu sama lain. Pamor ini tergolong pamor
tiban, tidak pemilih serta mudah mencari rejeki dan luas pergaulannya.
SUMUR BANDUNG, gambar pamor yang hampir sama dengan
Pendaringan Kebak, namun pamor ini mempunyai bulatan bulatan kosong
ditengah bilah, bulatan kosong ini boleh sat, dua atau tiga. Pamor ini bisa
rekan atau tiban.
SUMUR SINOBO, salah satu pamor yang bentuknya menyerupai bulatan bulatan lingkaran bersusun,
berderet dari pangkal sampai ujung bilah. Sepintas mirip pamor Bendo segoro, namun bulatan bulatannya lebih
rapat satu sama lain. Dibanding Uler Lulut maka bulatan-bulatannya lebih terpisah, lebih lebar. Tergolong
pamor rekan dan tuahnya mendatangkan rejeki serta buka pamor pemilih.
SUNGGINGAN, WARANGKA , adalah warangka keris yang setelah selesai dibentuk dihias dengan lukisan
tangan dengan pola lukis tertentu, biasanya menganut cara melukis wayang kulit (Sunggingan), warangka ini
tergolong mewah dan mahal harganya, tetapi untuk warangka ini tidak diperlukan kayu dari kwalitas yang
terbaik.
SUNGKEMAN, salah satu cara memakai keris di Jawa
Tengah, keris diselipkan kesabuk lonthong dilipatan
paling atas, sehingga seluruh bagian gandar keris
tertutup oleh sabuk. Kerisnya condong kekanan, hulu
keris dan warangkanya juga menghadap kekanan kearah
bawah.
SUPA ANOM, EMPU, lih KI NOM, EMPU.
SUPAGATI, EMPU, empu yang tinggal di Blambangan pada awal kerajaan Majapahit, sekitar akhir abad 12.
sebenarnya beliau berasal dari Majapahit tetapi kemudian pindah ke Blambangan. Kerisnya bisa ditandai
sebagai berikut, besinya hitam padat, keras dan seperti “berurat”. Ukuran bilahnya kecil, ramping, manis tetapi
ada kesan galak. Empu ini tidak memperhatikan pamor, biasanya keris atau tombak buatannya berpamor Wos
Wutah, penempatan pamornya tidak merata, hanya menempati sebagian permukaan bilah, namun penggarapan
tiap bagian kerisnya dilakukan dengan cermat dan indah. Caranya membuat sogokan manis dan tak terlalu
dalam, bagian ujung sogokan melengking sedkit, serasi dengan lengkungan luk yang pertama. Bagian ganjanya
agak tipis.
Keris buatan empu ini terkenal ampuh, tinggi derajatnya sehingga disukai oleh TNI atau pegawai Negeri. Empu
Supagati adalah adik dari Empu Jaka Supa yang diperintah oleh Raja Majapahit mencari pusaka KK Sumelang
Gandring, dia menyertai kakaknya ke Blambangan dan merhasil menemukan keris tersebut. Jaka Supa
mendapat gelar Pangeran dan diberi tanah bebas pajak Sedayu, kelak menjadi Pangeran Sendang Sedayu,
sedangkan Supagati mendapat nama Ki Supadi dan mendapat jabatan Demang.
SUPA MADRANGI, lih PANGERAN SEDAYU.
SUPANA BENER, lih SEPANER.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 72
SUPRADIYA, EMPU, hidup di Tuban diawal Kerajaan Majapahit, karyanya selalu dibuat cermat dan
berpamor indah, garis pamornya lembut dan rapih. Besinya tampak seperti berserat, gaya nya walau masih
berciri Tuban tetapi juga terpengaruh gaya Majapahit. Penampilannya memberi kesan manis tetapi angker.
Ukuran kerisnya tidak terlalu besar dibandingkan keris Tuban yang lain, ganjanya walau tidak terlalu besar tetapi
memberi kesan montok dan luwes. Kembang kacangnya bagus, lambe gajahnya kecil. Sogokannya dangkal,
panjangnya cukup. Janurnya tumpul, keris yang dibuat kinatah indah sekali, biasanya bermotif lung-lungan. Jika
membuat keris kinatah biasanya dibuat tidak memakai bahan pamor dan besi yang digunakan berwarna hitam
kehijauan.
SURATMAN, EMPU, empu dari Tuban yang hidup jaman Pajajaran sekitar abad 11. sebagian orang
menyebut empu Sura Timan, keris buatannya banyak jumlahnya dan buatannya indah. Tandanya bilah keris
agak panjang, lebar cukup tetapi agak tebal dibanding keris Majapahit atau Mataram. Bilah diatas sor-soran
membentuk seperti pinggang, sehingga secara keseluruhan tampak manis dan serasi. Ganjanya tergolong ganja
wuwung, bentuknya datar, panjang. Sirah cicak membulat seperti potongan buah mlinjo. Gulu melednya
jenjang, gendokannya gemuk. Jika gandiknya polos, gandik itu tebal, membulat, memberi kesan kokoh.
Blumbangannya lebar, kalau kerisnya luk maka luknya dangkal. Kembang kacangnya terlalu kecil dibandingkan
ukuran bilah. Lambe gajah nya juga kecil, sogokannya dangkal , janurnya majal. Keris buatan Ki Suratman
biasanya dibuat dari bahan besi yang liat dan padat. Pamornya tidak terlalu lembut, namun kesannya rapi dan
tertancap kuat di bilah. Motifnya biasanya Udan Mas, Wos Wutah atau yang sejenis.
SUPAJAYA, EMPU, empu yang hidup jaman Sunan Paku Buwono III dari Surakarta. Keris buatannya
sebagai berikut, ganjanya ganja wuwung bentuknya datar, sirah cicaknya besar, gulu melednya berukuran
panjang. Bagian gendokannya menampilkan kesan montok. Bialhnya umumnya besar, birawa, banyak
menggunakan bahan baja, pamornya lembut kurang mubyar, penampilannya memberi kesan gagah dan tangkas.
SURA CURIGA, TUMENGGUNG, gelar Empu Jaka Sura, anak dari Empu Pitrang.
SURA LASEM, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Jalak, warangka
kayu trembalo, pendok dari emas 24 karat “tinurut manik sasotya” artinya emas bertahtakan mutu manikam.
SUREN, KAYU, sejenis kayu yang biasanya digunakan penutup tombak. Kayu ini lunak, mudah dibentuk dan
tidak menyebabkan aus bilah mata tombak. Istilah latinnya, Toona sureni Merr.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 73
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 74
T
TAJI AYAM, senjata tikam traditional daerah Lampung dan Bengkulu, bentuknya serupa pisau dengan bagian
tajam pada dua sisi mata, ujungnya meruncing dan membengkok sehingga menyerupai bentuk taji ayam, bagian
tengah bilah relatif tebal, terbuat dari besi berlapis baja, kadang kadang berpamor. Panjangnya kira kira
sejengkal diberi sarung dari kayu dilapisi logam, biasanya perak. Cara memakai diselipkan dilipatan kain sarung
dibagian depan. Hulunya menghadap kekanan, taji ayam dikenakan sebagai kelengkapan adat.
TAMAN BANARAN, UKIRAN, salah satu model hulu keris kraton Yogyakarta, berpenampilan agak
“kendo” sehingga cocok untuk orang berwatak sabar dan lembut. Ukiran model Taman Banaran juga sesuai
dipakai orang yang berperawakan sedang.
TAMBAL, pamor yang mirip goresan kuas besar dibidang lukisan, tergolong pamor rekan, sebagian masuk
pamor miring dan sebagian mlumah. Tetapi pamor ini pemilih, tuahnya dapat mengangkat ke drajat lebih tinggi.
TAMAN NGABEYAN, UKIRAN, hulu keris gaya Yogyakarta berpenampilan keras, agak kenceng. Serasi
bila dikenakan orang yang keras, berbadan tegap atau tinggi besar.
TAMBAHKUSUMA, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, dapur Sengkelat, warangka dari
cendana wangi, pendok dari emas blimbingan, merupakan putran dari KK Tambahkusuma, dibuat empu
Supa dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
TANGKIS, pamor yang hanya pada salah satu sisi bilah saja tidak perduli bentuknya pamor apa, harus dilihat
apakah salah satu sisi itu memang tidak ada pamornya atau karena aus, rusak. Tuahnya menangkal wabah
penyakit. Selain pada keris juga ada di pedang dan tombak.
TANJEG, ilmu tradisional untuk menentukan kegunaan keris, tombak atau pusaka lainnya, ada dua macam.
Pertama, melihat penampilan lahiriyah sebuah keris, baik dari pamor, besi, cara pembuatannya, bentuknya dan
rabaannya. Kedua dengan mengandalkan kemampuan batin secara tradisional, cara ini hanya dapat dipelajari
dengan cara tradisional antara lain dengan berpuasa, menghapalkan dan mengulang mantera tertentu dengan
bimbingan orang yang menguasai ilmu tersebut. Seorang ahli tanjeg biasanya akan ditanyai apabila seseorang
akan membeli atau mendapatkan sebilah keris, sebab bila dulu keris tersebut dipunyai oleh prajurit maka tidak
akan cocok bila dimiliki oleh pedagang dan sebagainya.
TAPAK KUDA, hulu keris yang banyak terdapat di Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Malaysia, Brunei,
bentuknya mirip ulekan cabai, dihias dengan ukiran rumit. Hulu keris ini biasanya dibuat dari kayu keras, gading
atau perak. Biasanya kayu kemuning, orang Malaysia menyebutnya “Kopiah Pak Haji” karena seperti kopiah
Haji.
TARIMO, lih TARIMAN.
TAYUH, ilmu yang digunakan apakah keris tersebut cocok dengan orang yang bersangkutan. Ilmu ini terutama
bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan seseorang agar dia dapat menangkap kesan karakter sebilah keris
dan menyesuaikan dengankesan karakter dari calon pemiliknya.
TEBU SAUYUN, nama keris luk 3, ukuran panjang bilah sedang, penempatan luk merata disepanjang bilah,
gandiknya polos, memakai pejetan, sraweyan dan greneng lengkap, kadang ada yang memakai gusen.
TEJA BUNGKUS, lih SIRAT.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 75
TEJA KINURUNG, pamor yang merupakan perpaduan Sada-saler dan Wengkon. Tuahnya baik bagi
pegawai negri atau orang yang bekerja untuk negara, termasuk pamor rekan dan tidak pemilih.
TEJA KUSUMA, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogya, dapur Sengkelat luk 13, warangka dari kayu
Timoho, pendok dari suasa bertahtakan permata.
Keris ini merupakan putran dari KK Sengkelat dibuat pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
TELAGA MEMBLENG, nama salah satu pamor yang selalu menempati bagian pejetan atau blumbangan,
bentuknya menyerupai lingkaran-lingkaran berlapis menyerupai gambar peta pulau-pulau. Pamor ini tergolong
tiban dan membuat pemiliknya bersifat hemat.
TEMBAROK, EMPU, empu yang tinggal di Kadipaten Blambangan pada Jaman Majapahit sekitar abad 12.
tanda kerisnya, ukuran wilah sedang, kesannya ramping, padat, manis, tapi keras dan berwibawa, besinya padat,
warna hitam dan matang tempaan. Pamornya kebanyakan pamor miring. Kalau membuat ganja, bagian guru
melednya sempit, bagian sirah cicaknya menyudut agak meruncing, kalau membuat sogokan agak pendek
disbanding ukuran normal tetapi dalamnya cukup. Bagian greneng pembuatan aksara Dho kurang lengkap
sehingga terasa kurang manis, gandiknya berukuran pendek, tikel alisnya juga pendek.
TEPEN, lih Wengkon.
TIBAN, Pamor, pamor yang motifnya tidak dirancang dulu dan diserahkan kepada Tuhan YME saja.
TIKEL ALIS, adalah bagian dari keris yang berupa alur dangkal melengkung seperti alis, alur dangkal ini
dimulai dari atas gandik membelok keatas sepanjang lebih kurang 35 mm.
TILAM PETAK, lih TILAM UPIH.
TILAM PUTIH, lih TILAM UPIH
TILAM SARI, nama salah satu dapur keris lurus serupa dengan Tilam Upih, ricikannya adalah : gandik polos,
tikel alis, pejetan, tingil atau greneng.
Beda dengan Tilam Sari, kalau Tilam Sari ada greneng atau tingil maka Tilam Upih tidak.
TILAM UPIH, salah satu dapur keris lurus
dengan ukuran bilah sedang, gandiknya polos, tikel
alis dan pejetan tanpa ricikan lain.
Dapur ini paling banyak terdapat di Jawa.
TIMANG, adalah bagian kepala dari epek, yaitu semacam ikat pinggang yang bentuknya khas. Hampir semua
pakaian adat di Jawa dan Madura menggunakan ikat pinggang epek dengan timangnya.
Timang selalu dibuat dari logam, yang sederhana dari kuningan atau tembaga, sedang yang baik dari perak atau
emas dan sering dihiasi ukiran indah atau intan berlian.
TIMOHO, nama sejenis kayu yang banyak digunakan untuk warangka keris atau tombak, motif dari urat
kayunya mempunyai nama sendiri sendiri dan dinamakan pellet. Kayu Timoho (Kleinhovia hospita) oleh
orang bali disebut Purnama Sadha, orang Lombok menyebutnya kayu Brura. Orang Jawa percaya bahwa
kayu Timoho ada penunggunya sehingga untuk menebang harus memilih hari baik dan bulan baik. Warna dasar
umumnya coklat kopi susu ke abu-abuan. Sedangkan warna urat kayu yang tergolong pelet coklat tua
kehitaman.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 76
TIRTADANGSA, EMPU, empu yang hidup dijaman kerajaan Surakarta, kerisnya sering disebut Tangguh
Mangkubumen. Ganjanya agak melengkung dan tergolong Sebit Ron Tal, gulu melednya sempit dan
lekukannya tidak begitu dalam, sirah cicaknya meruncing diujungnya, wetengannya ramping dan bagian buntut
urangnya melebar pipih. Keris buatannya berukuran sedang, besinya matang tempaan, pamornya rumit, meriah
dan merata diseluruh bilah, biasanya Wos Wutah atau Pendaringan Kebak. Kalau membuat Kembang
Kacang seperti Gelung Wayang, sogokannya berukuran dalam dan makin meruncing kearah ujung dan didekat
ujungnya agak melengkung. Janurnya menyerupai lidi dan blumbangannya luas dan lebar. Kalau keris itu tanpa
kembang kacang, gandiknya miring, secara keseluruhan kerisnya memberi kesan tampan lembut dan anggun.
TITIPAN, PAMOR, pamor yang dibuat secara sengaja yang dipasang atau disusulkan setelah keris selesai
dibuat. Biasanya dikerjakan empu atas pesanan sipemilik keris.
TITANIUM, unsure logam yang amat keras, tahan karat, tahan panas dan warnanya putih mengkilat, biasanya
digunakan untuk Pamor, diperkirakan sudah digunakan oleh Empu sejak abad ke 10 dan mereka
mendapatkannya dari meteor yang jatuh ke bumi.
TOGOK, nama salah satu dapur tombak lurus mirip dapur Baru Kalantaka. Dibagian sisi tengah bilah ada
tekukan landai, bentuknya semacam pinggang tidak begitu ramping. Bagian dibawah pinggang lebih lebar dari
bagian atasnya. Bilahnya tebal dan memakai ada-ada dan dibawah ada-ada ada bungkul berukuran kecil. Sisi
bilah yang menghadap bilah membulat membentuk semacam separuh elips.
TOMBAK, senjata tradisional dikenal di hampir semua bangsa didunia , pada mulanya digunakan sebagai alat
untuk berburu, mencari ikan atau menghadapi binatang buas, kemudian untuk berperang. Tombak terdiri dari
dua bagian penting, yaitu mata tombak disebelah ujung yang runcing dan bagian tangkai atau gagang. Tangkai
tombak umumnya dari kayu, bamboo atau rotan. Panjangnya bisa 40 sampai 360 cm. Mata tombak biasanya
dari besi, baja dan kadang diberi pamor, bentunya bermacam-macam, ada yang pipih meruncing, kerucut
memanjang, berlingir seperti buah belimbing dan panjang mata tombak antara 12 sampai 60 cm. Mata tombak
di Jawa hampir semuanya berpamor dan bisa indah sekali dan seperti keris juga mempunyai nama dapur seperti
Baru Kuping, Towok, Panggang Lele dan lainnya. Pada suku Jawa, tombak biasanya diletakan berdiri
dengan memasukan kedalam lubang Jagrak, dipajang dibagian Pendopo, semacam ruang tamu.
TORRONGKU dan USSU, nama gunung didaerah Luwu, Sulawesi Selatan yang dikenal penghasil bahan
pembuat pamor yang biasanya disebut Pamor Luwu, walau bukan batu meteorit tetapi terkenal sejak jaman
Majapahit dan menjadi barang dagangan laris.
TOSAN AJI, istilah Jawa untuk segala senjata traditional yang dibuat dari besi yang dianggap sebagai pusaka.
TOTOK, nama salah satu dapur tombak lurus, bagian atas menyerupai bentuk daun andong, bagian
tengahnya menyerupai pinggang. Tombak ini memakai bungkul berukuran besar dibagian atas bagian metuk.
Tidak memakai ada-ada tetapi permukaan bilahnya ngadal meteng, secara keseluruhan bentuknya mirip
dapur Sadak tetapi lebih tebal bilahnya.
TOYA TINABAN, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya, berdapur Jangkung Mayat, warangka
dari kayu Timoho dengan pendok suasa bertahtakan intan. Semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO
I, diserahkan ke putranya Pangeran Hangabehi dan dikembalikan ke kraton dimasa Sri Sultan HAMENGKU
BUWONO V.
TREMBALO,KAYU, sejenis pohon untuk bahan pembuatan warangka keris, Trembalo Aceh (Dysoxylum
acutangulum Miq), kayu trembalo ini banyak dicari orang karena memiliki garis sejajar yang sangat indah,
Trembalo Jawa (Cassia glauca L), orang sering menyebut dengan kayu Ambon.
TRIMAN, Pamor yang hanya mengumpul dibagian sor-soran saja kemudian
berhenti tak ada kelanjutannya lagi. Pamor ini dinilai kurang baik untuk orang
yang masih aktif bekerja karena dapat menurunkan ambisi untuk maju tetapi
baik untuk yang sudah pensiun atau berusia lanjut karena dapat menumbuhkan
rasa tentram. Sebagian orang menyebut juga pamor Tarima.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 77
TRI MURDA, salah satu dapur keris luk 19, umumnya bilahnya lebih panjang dibandingkan keris biasa,
ricikannya gandik polos, memakai tikel alis.
TRI SIRAH, keris dengn luk 21, tergolong kalawija, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan
rangkap ukurannya normal, memakai tikel alis dan greneng.
TRISULA, salah satu dapur tombak bercabang 3,
bentuk tombak dapur Trisula banyak ragamnya, ada
yang lurus, ada yang luk 3 atau 5 dan ada juga yang
kombinasi. Tombak dapur ini popular dan banyak
disukai.
TRIWARNA, sebutan pamor keris atau tombak yang sesungguhnya terdiri dari 3 macam nama pamor,
misalnya sebilah keris dibagian bawah ada pamor Wos Wutah, ditengah menjadi pamor Adeg, ujungnya Lawe
Setukal, ini yang disebut Triwarna.
TUAH, lih ANGSAR,
TUKON, lih Petukon,
TULAK, pamor keris atau tombak yang menyerupai
pamor kudung, bedanya arah hadap sudut pamor,
kalau pamor Kudung menghadap keujung keris maka
pamor Tulak sebaliknya, pamor ini tidak pemilih dan
bisa melindungi dari perbuatan jahat orang lain.
TULAK, PELET, nama gambar pada warangka
kayu Timoho yang berupa garis garis tebal dari atas
kebawah, berwarna hitam atau coklat tua, bagian
tengahnya umumnya berwarna lebih hitam
dibandingkan bagian pinggirnya.
TUMBUK, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, bentuknya menyerupai dapur Kudup
Melati, sisi bilah lurus tanpa pinggang tebal, memakai ada-ada, permukaan bilah bagian atas berbentuk Ngadal
meteng.
TUMENGGUNG, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yagyakarta, berdapur Parungsari luk
11, menurut Pakem seharusnya Parungsari itu luk 13. Warangkanya dari kayu Timoho, pendok kemalon, warna
putih dan slorok dari emas kinatah rinajawarna. Semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III dan
kembali dipemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V setelah diserahkan ke seseorang bernama
Mukidin.
TUMPAL KELI, pamor yang terolong langka, pamor ini
menyebabkan pemiliknya disukai masyarakat, pandai bergaul,
pamor ini tidak pemilih, bentuknya merupakan gabungan Kenanga
Ginubah dengan Ganggeng Kanyut, karena agak mirip keduanya
maka pamor ini sering dikacaukan orang.
TUMPER INAS, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, pipih dan tebal, sisi bilah bagian tengah
terdapat lekukan landai membentuk semacam pinggang yang ramping, bilah bagian atas pinggang lebih lebar
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 78
dari bagian bawahnya. Ditepi bilah dibagian paling bawah terdapat satu tonjolan yang berbentuk menyudut.
Tombak ini memakai pudak sategal dan kruwingan.
TUNDUNG, pamor yang menurut pecinta keris
mempunyai tuah yang buruk, pemiliknya sering
terusir dari suatu tempat baik dengan alas an atau
tidak.
TUNGGAK SEMI, pamor yang ada hanya dibagian sor-soran
dari keris, tombak atau benda pusaka lainnya. Bentuknya
merupakan garis yang tak beraturan, berlapis dan pada bagian
ujung bentuk itu seolah “tumbuh” lagi pamor lain seperti tunas
bersemi.
TUNGGUL WULUNG, pamor yang bentuknya menyerupai
gambar sederhana dari bentuk manusia, ada bagian menyerupai
kepala, badan, kaki dan tangan, selalu menempati bagian sorsoran,
terutama didaerah Blumbangan atau Pejetan. Menurut
buku kuno dapat menolak penyakit, untuk memilikinya ada
beberapa syarat berat antara lain berperilaku jujur, banyak amal
dan kuat ibadahnya. Tergolong pamor tiban.
TUNGKAKAN, bentuk batas ujung belakang antara bagian
ganja dan bagian wilah, jika bentuk batas itu merupakan garis
lengkung, disebut Tungkakan, umumnya ada di keris nemneman.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 79
U
UBUBAN, alat pompa tradisional dengan teknik sederhana berfungsi memompakan udara ke tungku perapian
gunanya mengatur panas bara arang sesuai kehendak empu. Terbuat dari kayu atau batang kelapa yang dilubangi
tengahnya sehingga berbentuk silinder. Penampang lobang sekitar 12 sampai 15 cm dengan tinggi sekitar 150
cm, dipasang tegak dua batang berjajar. Orang yang menjalankan duduk disebuah kursi tinggi dan disebut
PANJAK.
UDAN MAS, pamor yang amat terkenal, mendatangkan rejeki dan berbakat kaya. Tergolong pamor mlumah
dan rekan serta tidak pemilih, bentuknya bulatan bulatan kecil tersebar diseluruh permukaan bilah, bulatan itu
terdiri dari lingkaran bersusun, paling tidak terdiri dari 3 lingkaran atau lebih, dalam perkerisan Jawa maka
pamor ini yang paling baik berasal dari tangguh Pajajaran dan Tuban.
UKEL, CUNDUK, lihat Cunduk Ukel.
UKIRAN, bagian keris yang
merupakan tempat pegangan
tangan, diluar Jawa disebut HULU
KERIS, sedang didaerah
Yogyakarta dan Surakarta disebut
Deder atau Dederan.
Ukirannya hampir seluruhnya
berbentuk manusia yang distilir
halus, sebagian kecil berbentuk
hewan dan tumbuhan yang distilir.
Bahan biasanya dari kayu dengan urat yang bagus serta gampang dibentuk, kadang dari tanduk, gading, fosil
graham gajah. Untuk kayu biasanya Timoho, Cendana, Tayuman, Kemuning atau akar jati. Ukiran atau hulu
keris yang berpamor dan menyatu dengan bilah keris di Jawa Tengah dan Timur sering disebut Deder Iras, keris
semacam ini biasa disebut Keris Sajen.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 80
ULER LULUT, pamor bagaikan tubuh seekor ulat, sebetulnya
merupakan gabungan bentuk bulatan-bulatan yang menempel rapat satu
sama lain dari pangkal sampai ujung bilah, tergolong pamor Mlumah.
Bertuah baik dan tidak memilih serta Rekan.
UMAYI, EMPU, empu terkenal di Jaman Mataram, masa Sultan Agung, ganjanya agak melengkung, tergolong
Sebit Ron Tal, sirah cicak meruncing pada ujungnya, guru meled dan wetengannya berukuran sedang,
kedudukan bilah terlalu tunduk kedepan bila disbanding dengan bilah lain. Besi yang digunakan kurang matang
tetapi pamornya penuh dan rumit, dengan demikian mutu besi yang kurang baij itu tertutup oleh pamot yang
mewah. Kembang kacangnya menyerupai gelung Wayang, jalennya terlalu menonjol, bilah selalu disertai gusen
yang jelas dan rapi sampai ujung, sogokan makin keujung makin sempit. Secara keseluruhan keris buatannya
Wingit berwibawa.
UMYANG, EMPU, empu kerajaan Pajang yang terkenal. Banyak yang percaya buatannya baik tuahnya,
memudahkan menagih hutang dan melindungi harta kekayaan pemiliknya. Tanda tandanya, Ganjanya
mendatar tergolong ganja wuwung dan ukurannya besar dan tebal, gulu melednya sempit dan agak dalam
lekukannya, sirah cecak agak pendek tetapi meruncing ujungnya. Ukuran bilah agak panjang dibandingkan keris
Majapahit lainnya, spadan dengan buatan Mataram, biasanya memakai Luk, jarang yang lurus. Pamor penuh
merata dipermukaan , rumit dan biasanya bermotif Beras Wutah, Pendaringan Kebak atau sejenisnya. Beberapa
diantaranya berbentuk “Ngeron-tebu”. Kembang kacangnya berukuran besar dan kokoh, pejetan agak dangkal
tapi lebar, sogokannya dibuat dalam, panjang dan ujung agak melengkung.janurnya tajam, kruwingannya jelas
dan lebar. Lambe Gajah agak panjang, tapi manis bentuknya, secara keseluruhan mulai bagian sor-soran sampai
pucuk bilahnya tergolong lebar dan agak tebal.
Sebagian pecinta keris di Yogyakarta dan Surakarta berpendapat tanda buatan Empu Umyang adalah : bilah
berukuran sedang, tidak terlalu membungkuk, kebanyakan berupa luk dan luk pertama berbentuk aneh.
Memberi kesan seperti orang kekenyangan. Karena luk pertama yang aneh maka keris ini bukan menghadap
kedepan tetapi mendongak kebelakang, tetapi pendapat ini tidak banyak pengikutnya.
UNTU WALANG, pamor yang menyerupai pamor
Tepen atau Wengkon, bedanya kalau wengkon garis
yang menjadi “bingkai” dari tepi merupakan garis lurus
sedang Untu Walang garis itu merupakan gambaran
serupa mata gergaji. Pamor ini pemilih dan bertuah
membuat dipercaya orang sekeliling, kata katanya
banyak didengar, paling baik dipunyai guru atau
pendidik. Pamor ini tergolong pamor rekan.
URAB-URAB, pamor yang mirip Jarot Asem, bedanya pada pamor ini
garis pamornya lebih tebal dan nyata, pamor ini merupakan kombinasi
pamor Miring dan Mlumah. Tergolong pamor pemilih, menambah
kewibawaan dan sebagian orang menyebut pamor Hurap-hurap.
URUB JINGGA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta. Berdapur Sengkelat luk
13, warangka dari Timoho Bosokan, pendok emas “sinasotya”, yaitu pendok emas bertahta intan. Semula milik
Tumenggung Mangunnegoro kemudian diberikan ke Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 81
URUBING DILAH, salah satu dapur keris luk satu, disebut dapur DAMAR MURUB, gandik polos
memakai pejetan, tikel alis dan greneng, bilah berukuran sedang, lurus tetapi dipucuk bilah ada luk satu. Keris
ini mudah dikenali dengan adanya sebuah luk diujungnya dan tergolong langka.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 82
W
WADUK, lih GENDOK.
WALANG SINUDUK, atau Walang Sinudukan, pamor tergolong pemilih dan pamor Rekan, pemiliknya
menjadi panutan dan cocok untuk guru, pemuka masyarakat dan pemimpin agama.
WALIKUKUN, KAYU, biasa digunakan untuk gagang tombak (Landeyan), bila menebang dengan benar
maka kayu ini tidak mudah patah, tetap lurus dan cukup ringan, istilah latinnya Schontenia ovata Korth.
WALULIN, jenis besi pembuat keris, tetapi sedikit sekali pengetahuan mengenai bahan ini, ada yang
mengatakan besi ini agak berpori, kering dan warnanya abu-abu kehitaman.
WANA, KANGJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Parungsari, luk 13, Warangkanya gaya
Surakarta dari kayu Trembalo dengan pendok “Salak Tinatah”. Semula milik Kiai Wanadikrama dari Kauman
kemudian dibeli Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WANDA, Gaya pembuatan keris atau tombak yang dapat menimbulkan kesan (mengekspresikan) watak dan
karakter tertentu, ini tidak berkaitan dengan bentuk dapur, pamor maupun tangguhnya. Misalkan keris berdapur
Tilam Upih berpamor Wos Wutah dari Tangguh Mataram, ada yang berwanda Brangasan (mudah marah)
maupun berwanda Kemayu (Genit). Wanda dalam dunia keris sama dengan Wanda dalam pewayangan, untuk
menilai wanda diperlukan kepekaan rasa seni tinggi, dalam beberapa hal istilah wanda hampir sama dengan
istilah pasikutan. Istilah Wanda dikaitkan dengan penampilan masing masing keris, sedangkan istilah pasikutan
lebih banyak dikaitkan tangguh keris.
WANGKINGAN, kata lain yang lebih halus dari keris (lihat juga Duwung).
WARANGAN, bahan mineral mengandung ARSENIKUM, dipakai untuk mengawetkan keris, melapisi bilah
dengan warangan disebut mewarangi atau marangi. Gambar pamor akan lebih indah dan jelas. Mewarangi keris
dilakukan setelah dibersihkan dan biasanya pada bulan Suro.
Warangan alami sejak dulu berasal dari Tiongkok dan paling baik untuk mewarangi, warna nya jingga
kemerahan dengan semacam alur warna merah seperti urat pada kristalnya. Warangan yang lebih rendah
mutunya berwarna kuning kotor dinamakan Atal, didatangkan dari Thailand dan kurang baik untuk mewarangi.
WARANGKA, semacam pelindung, sarung atau pengaman bilah keris, tombak atau tosan aji lainnya, sebutan
warangka biasanya di Jawa, Madura dan beberapa tempat lain. Didaerah lainnya disebut sarung keris.
Warangka keris umumnya terbuat
dari kayu, ada juga yang dibuat meter
dari akar, baru terakhir sekitar 1
meter dari permukaan tanah.
Untuk kalangan berada , warangka
biasanya dihias dengan permata atau
logam, biasanya emas, perak atau
kuningan, seringkali warangkanya
lebih mahal dari harga kerisnya.
Jaman dulu ada larangan tak tertulis
yang melarang masyarakat biasa
menggunakan beberapa model
warangka, misalnya warangka
sunggingan alas alasan dengan dasar
putih.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 83
Pendok Kemalon warna merah,
pendok Tinaretes, pendok tatah
dengan motif semen huk.
Ada pula warangka yang dilukis (di-
SUNGGING), warangka ini tidak
perlu menggunakan kayu mahal,
yang paling penting adalah mutu
lukisan sunggingannya. Biasanya
lukisan ini dikerjakan oleh
penyungging wayang.
Ragam bentuk warangka ada 3
macam, LADRANG, GAYAMAN
dan SENDANG WALIKAT.
Ketiga bentuk dasar ini dikenal di
Jawa, Madura dan Bali, sedangkan
daerah lain umumnya Gayaman dan
Walikat saja.
Bentuk dasar bisa berbeda tiap
daerahnya walau sama sama, misalnya,
warangka Gayaman, bahkan karean
dapur yang lain bisa membuat warangka
tersebut berbeda walau dari daerah yang
sama.
Perbedaan ke 3 macam warangka itu
dikarenakan beda penggunaannya,
LADRANG dibuat gagah, tampan dan
bagiannya rumit, ini untuk menghadiri
upacara resmi, kebesaran atau acara yang
sifatnya gembira, misalnya menjadi
Pengantin. Tetapi karena warangka ini
mudah rusak maka biasanya untuk
berperang digunakan yang lebih praktis
dan sederhana yaitu LADRANG,
bentuknya lebih “sportif”. Ini
digunakan untuk acara umum atau
sehari-hari. SENDANG WALIKAT,
merupakan warangka yang paling
sederhana, biasanya untuk jenis keris
ukuran kecil dan pendek. Sebilah keris
seringkali mempunyai lebih dari satu
warangka, di Jawa biasanya disebut
warangka yang tua diwayuh oleh yang
muda (dimadu), kalau warangka bekas
digunakan keris lain disebut warangka
randan (janda).
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 84
WARU GUNUNG, KAYU, jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat tangkai tombak. Kayu ini
tergolong murah dan banyak dipakai, istilah latinnya Hibiscus Macrophyllus Roxb.
WARU LAUT, KAYU, juga untuk tombak, walau serat seratnya kurang baik, istilah latinnya Hibiscus
filiaceus. L.
WATU LAPAK, lih BATU LAPAK.
WELANGI, jenis besi pembuat keris warnanya kuning kehijauan dan tuahnya baik untuk mencari rejaki.
Namum menurut buku kuno, pemilik keris ini tidak boleh menghutangkan atau membungakan uang.
WENGKON, nama pamor yang gambarannya menyerupai garis bingkai disepanjang tepi bilah keris. Pamor ini
biasa juga disebut pamor Tepen atau pamor Lis-lisan. Tergolong pamor Rekan dan tuahnya membuat hemat,
tahan terhadap godaan serta merupakan pamor yang tidak pemilih.
WERANI, jenis besi pembuat keris, warnanya hitam keunguan, menurut buku kuno sebagai senjata besi ini
ampuh sekali.
WETENGAN, lih GENDOK.
WEWE PUTIH, KANGJENG KYAI, merupakan keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Carita,
warangka dari kayu Timoho, pendoknya emas murni bertahtakan intan permata. Keris ini dibeli 18 ripis oleh Sri
Sultan HAMENGKU BUWONO V ketika masih remaja.
WILAHAN, bagian utama dari keris selain bagian
ganja dan pesi, disebut juga dengan istilah wilah, awakawakan
atau bilah.
WILUT, GANJA, salah satu bentuk ganja keris, ganja wilut bentuknya tidak datar dan tidak melengkung
melainkan mirip huruf S tidur seperti ulat sedang berjalan. Ganja ini hanya terdapat pada keris dengan dapur
khusus.
WINDUADI, sejenis besi pembuat keris dan tosan aji lainnya berwarna pucat dengan kristal bening keperakan
menyebar dipermukaan. Menurut pecinta keris, bahan ini sangat ampuh dan kalau dibawa perang maka
pembawanya tidak terlihat musuh.
WINGIT, menimbulkan kesan angker, menakutkan, bisa berarti berwibawa, menyeramkan.
WIRING DRAJIT, lih Biring Drajit.
WIRING LANANG, lih Biring Lanang.
WISA MANDRA AJI, KANGJENG KYAI, salah satu pusaka kraton Yogyakarta, dapur Sengkelat luk 13,
warangka dari kayu Timoho dengan pendok blewahan dari suasa. Keris ini merupakan putran dari KK.
Sengkelat dibuat Empu Lurah Supo pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WISA PRAMANA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yogyakarta, dapur Sabuk Inten luk
11, warangka dari kayu Timaha dengan pendok dari Suasa. Dibuat atas pesanan Sri Sultan HAMENGKU
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 85
BUWONO II, diselesaikan di Pulo Gedong, diberikan ke Penembahan Mangkurat kemudian diwariskan ke
Tumenggung Reksanegara dan dibeli kembali oleh Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WISAPRATANDA, KANGJENG KYAI, pusak kraton Yagyakarta, dapur Jalak Sangu Tumpeng,
warangka dari kayu Timoho dan pendok kemalon putih berslorok emas intan. Keris ini duplikat dari KK
KOPEK, dibuat oleh Empu Lurah Mangkudahana pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WONOAYU, tempat di Madura, asal Empu Brajaguna yang terkenal di kraton Surakarta.
WOS WUTAH, pamor yang paling banyak terdapat
berupa bulatan dan garis tak beraturan, tergolong
pamor tiban, pamor mlumah dan tidak memilih.
WULAN-WULAN, pamor yang berupa bulatan bulatan yang terpisah satu sama lainnya, agak mirip melati
sinebar tapi ukurannya agak besar, tergolong pamor mlumah dan tidak pemilih, biasanya dimiliki pedagang atau
pengusaha karena katanya pemiliknya mudah mencari rejeki.
WUNGKUL, atau Dungkul atau Bungkul, nama salah satu dapur keris lurus, bilahnya sedang gandiknya agak
panjang, sogokannya satu didepan, keris ini dungkul, artinya ganja yang bentuknya seperti hurup W terbalik,
tergolong langka dan biasanya keris lama.
WUWUNG (1), salah satu dapur keris luk 3, panjang bilahnya sedang. Gandiknya polos, pejetannya dangkal,
khusus keris ini bagian yang tajam hanya pada satu sisi saja yaitu sisi depan sedang sisi belakang tumpul sampai
sekitar tiga perempat bilah.
WUWUNG (2), nama salah satu bentuk ganja keris, pada dasarnya rata dan datar, mirip bumbungan rumah, ia
tidak melengkung. Ganja ini banyak digunakan di jaman Pajajaran dan Tuban, walau bentuknya sederhana
tetapi jika serasi dengan bentuk bilahnya akan tampak anggun.
A to Z – Sesuatu mengenai KERIS dan TOMBAK
KERIS – SENJATA TRADISIONAL INDONESIA 86
Y
YASADIPURA II, pujangga terkenal Kraton Solo. Tahun 1814 beliau menulis Serat Centini bersama RM
Ranggasutrasna dan RM Sastrodipura, membahas mengenai Pakem Keris dan Tombak Jawa dibawah
koordinasi Paku Buwono V, pekerjaan ini selesai tahun 1823.
YOGAPATI, pamor yang oleh banyak penggemar keris
dianggap buruk, pemiliknya akan sering dirundung malang,
sehingga sebaiknya dilarung atau diserahkan ke Museum saja,
pamor ini terletak di sor-soran dan tergolong pamor Tiban.
YONI, semacam daya atau kekuatan gaib yang menurut ahli esoteri dianggap sebagai kekuatan yang ada pada
tuah keris. Ini menunjukan ketinggian ilmu empu yang membuat.
YUYU RUMPUNG, salah satu dapur keris lurus, ada 2 versi mengenai keris berdapur ini, yang pertama,
bilahnya berukuran sedang, gandiknya panjang dan diatas gandik ada kembang kacangnya berukuran kecil. Yang
kedua gandiknya berada dibelakang, panjang, bilahnya agak membungkuk, ganjanya kelap lintah. Biasanya
dimiliki petani dan mempunyai tuah membantu menangkal serangan hama dan menyuburkan tanaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar